Share

Bab. 9

Penulis: Harumi
last update Terakhir Diperbarui: 2022-04-05 12:30:57

Seorang pria tengah duduk sembari menatap layar laptop, raganya berada di kantor tetapi pikirannya terus melayang. Di dalam benaknya selalu terlintas senyuman tipis yang terukir di wajah pias Elijah. Emilio selalu melirik ke arah ponselnya berharap Elijah menghubunginya. Sudah tiga hari sejak Elijah keluar dari rumah Emilio yang megah tanpa kabar.

          Kekhawatiran Emilio akan Elijah semakin kuat. Karena seorang suruhannya melaporkan bahwa Elijah tidak terlihat di area tempat tinggalnya. Ia sangat gelisah saat mendapati kabar itu dirinya bahkan sudah tidak fokus lagi akan pekerjaan yang sudah menunggunya.

          “Sebastian, datanglah ke ruanganku. Sekarang!” Emilio menghubungi Sebastian agar menemuinya.

          Setelah menunggu sebentar akhirnya Sebastian datang menghampiri Emilio. raut wajahnya sedikit kebingungan karena ia tidak tahu apa yang akan dilakukan olehnya. Sebastian memerhatikan Emilio dengan saksama berharap tidak ada sesuatu yang buruk terjadi.

          “Tuan, ada apa? Mengapa begitu gelisah?”

          “Sebastian kau ikut aku!” perintahnya.

          Sebastian termangu ia berusaha mencerna perkataan sahabat sekaligus bos nya di tempat kerja. Ia melirik ke arah Emilio yang mengenakan mantelnya dengan tergesa-gesa seakan ada sesuatu yang akan hilang sebelum dapat diperbaiki. Menyadari Emilio telah pergi Sebastian pun berlari kecil mengejarnya menuju garasi.

          “Kita akan pergi ke mana?”

          “Rumah Elijah.”

          Sebastian semakin tercengang dia tidak tahu seberapa jauh hubungan antara Emilio dan juga Elijah. ia hanya bisa menurut dengan cara mengemudikan mobilnya menuju area pemukiman rumah Elijah. Sepanjang perjalanan tak ada suara selama berada di dalam mobil. Emilio selalu berusaha menghubungi Elijah walau dari seberang telepon tidak mendapat jawaban sama sekali.

          “Tuan, kita sudah sampai,” Sebastian berbalik ke arah kursi belakang.

          Kaki panjangnya melangkah turun dari mobil. Sejenak ia merenung sebelum melanjutkan langkah kakinya menuju rumah Elijah yang berada tepat di tengah kumpulan anak tangga. Emilio mengamati jika lingkungan tempat tinggal Elijah sedikit tidak aman. Jalanannya cukup sepi dan tidak ada cctv membuatnya khawatir akan keselamatannya.

          Di depan pintu masuk banyak terselip tagihan serta kumpulan kertas yang lain seakan dia tidak keluar rumah selama tiga hari setelah ia pulang dari rumah Emilio.

          “Apa ini?” Emilio menarik beberapa kertas yang tertempel di pintu.

          “Apa... dia tidak keluar selama tiga hari? Apa...dia tidak keluar atau masuk?” Emilio berbalik pada Sebastian dengan wajah yang tidak percaya.

          “Apa? Aku...” belum sempat Sebastian menjawab karena kebingungan. Emilio langsung menekan bel rumah Elijah. Emilio menunggu dengan cemas di depan pintu karena tidak ada jawaban.

          “Hei, Diora Elijah, keluarlah.” Emilio terus menggedor pintu dan berteriak memanggil namanya berulang kali tetapi tetap saja tidak ada jawaban dari dalam.

          “Hei, Elijah. Kau mau sembunyi? Apa-apaan ini? Kau akan dapat masalah jika terus berada di dalam. Ke mana dia pergi?” Emilio meraih ponselnya berusaha untuk menghubunginya. Ponsel Elijah berdering terdengar dengan jelas jika suara itu berasal dari dalam. Emilio memandang Sebastian dengan tatapan bingung. Ponsel yang berdering tapi tidak ada jawaban membuat Emilio semakin khawatir terhadapnya.

          Emilio segera menggedor pintu dan mencoba menarik handle pintu dengan kuat tetapi tak bisa terbuka. “Hei. Elijah!” Emilio masih terus berusaha membuka paksa. Sementara sebastian semakin kebingungan karena ulah Emilio. Seorang wanita tetangga Elijah datang menghampiri ia panik karena mendengar keributan.

          “Ada apa ini?”

          Keduanya berbalik dan saling menatap satu sama lain. “Hei, telepon 911!” teriak Emilio. ia segera berlari masuk ke dalam rumah sebelah rumah Elijah.

          Emilio mencoba memanjat dari samping jendela untuk bisa mencapai rumah Elijah. Emilio bersusah payah terus menggedor kaca jendela. Di sisi lain Sebastian berlari keluar memastikan apa yang dilakukan oleh sahabat serta bosnya itu.

          “Tuan, Kembali. Itu berbahaya! Tuan, Hati-hati.” teriak Sebastian yang panik. Melihat Emilio bergelantungan di samping jendela.

          Emilio masih bersusah payah untuk membuka jendelanya namun ternyata jendela itu terkunci dari dalam. Emilio meraih sapu tangan miliknya lalu membungkus tangannya.

          “Tuan, apa yang Anda lakukan?” Emilio mencoba memecahkan kacanya dengan tangan kosong.

          “Tuan, hentikan. Anda bisa terluka!” Sebastian terus berteriak tanpa henti hingga suaranya serak. Pikiran Emilio sudah tidak karuan ia berharap jika tidak ada sesuatu yang mengerikan terjadi pada Elijah.

          “Oh, itu terlalu berbahaya,” Sebastian bergididik ngeri saat melihat Emilio bergantung dengan berpegang pada kumpulan kabel. Akhirnya Emilio berhasil memecahkan kacanya hingga bisa masuk ke dalam rumah.

          “Tuan, Anda baik-baik saja?”.

          “Astaga, hati-hati!” teriak tetangga kala melihat Emilio menerobos pecahan kaca.

          Napas Emilio tersengal-sengal. Pikirannya sudah tidak jerhih saat mengedarkan pandangannya di dalam rumah Elijah yang sepi seakan tidak ada  kehidupan di sana. Emilio berjalan mendekati pintu kamar dia merasa rapuh saat mendorong pintu. Ia kembali teringat akan masa lalu di mana ia menyaksikan ibunya sendiri bunuh diri dengan cara menggantung dirinya sendiri, di saat yang bersamaan Elijah keluar dari kamar mandi dengan rambut basahnya serta wajah pucat. Emilio terkejut ia mundur beberapa langkah ke belakang saat melihat Elijah ada perasaan lega di dalam dirinya.

          “Apa yang kau lakukan di sini?” Elijah berkata dengan nada suara yang dingin.

          Raut wajah Emilio begitu panik, kedua netra nya berkaca-kaca, Emilio berbicara dengan terbata-bata di hadapan Elijah. “Kau... kau baik-baik saja?”

          “Tentu saja,” jawabnya datar,

          Tubuh Emilio sedikit bergetar ada perasaan haru saat mendapati Elijah masih berdiri di hadapannya sekarang. Elijah melirik ke arah jendela yang pecah. Serpihan kaca berserakan dimana-mana.

          “Apa kau datang lewat sana?”

          Emilio mencoba meredam emosinya tetapi ia tidak bisa menyembunyikan seberapa khawatirnya dia hingga berteriak pada Elijah.

          “Aku khawatir! Kau tidak dengar aku teriak?”

          Elijah membelalak ia menatap Emilio dengan tatapan yang tidak mengerti. “Aku sedang mandi.” Sahutnya.

          “Apa...?”

          “Aku baik-baik saja, jadi pergilah.” Pinta Elijah.

          Kaca-kaca di dalam mata coklat Emilio sedikit berjatuhan. Dari raut wajahnya terlukis ketakutan yang sangat jelas. Ia begitu frustrasi karena terjebak dalam keadaan yang begitu rumit. Emilio beralih pada Elijah bibir tipisnya bergerak-gerak menahan emosi yang kian memuncak saat mendapati Elijah kembali bersikap dingin padanya.

          “Kau sungguh baik-baik saja? Benarkah?”

          “Aku baik-baik saja, jadi pergilah.”

          “Jika baik-baik saja, aku akan...” Sebelum Emilio menyelesaikan perkataannya ia sudah didorong keluar oleh Elijah yang marah.

          “Kubilang keluarlah! Tolong, pergilah! Sana!” Elijah berteriak begitu nyaring hingga membuat Emilio mematung. Ia kembali melihat sosok Elijah yang kesepian.

          Elijah bernapas dengan cepat dan berat. Jauh di dalam lubuk hatinya ia tidak ingin bersikap kasar pada Emilio. tetapi rasa takut,tidak percaya diri, depresi, dan rasa frustrasi terus menghantuinya. Kejadian itu tidak pernah lepas dalam ingatannya. Air mata Elijah luruh bersamaan dengan tubuhnya yang merosot ke lantai dan meringkuk bagaikan anak kucing yang kehilangan induknya.

          Dengan enggan Emilio keluar. Dirinya benar-benar mengalami frustrasi saat menghadapi Elijah yang kembali bersikap dingin padanya. Emilio berjalan sendirian sementara Sebastian menunggunya di depan mobil.

          “Ah, bagaimana bisa aku melupakan itu?” Emilio menghentikan langkahnya dengan salah satu tangannya di pinggang Emilio kebingungan sendiri.

          Sebastian yang melihat sosok Emilio yang linglung segera menghampirinya. “Apa? Kenapa? Apa yang salah? Apa kau terluka?” Sebastian bertanya dengan cemas, ia memeriksa tangan yang dipakai untuk memukul kaca hingga pecah dan mendapati beberapa luka goresan di sana.

          “Tangan? Astaga!” Sebastian tidak percaya dengan yang dilihatnya sekarang.

          “Bukan soal itu. Aku tidak bertanya, apa dia sudah makan? Itu sebabnya aku datang ke sini.” Emilio sedikit kebingungan. Mengapa dia bisa melewatkan hal itu. Ia berbalik ke arah rumah Elijah yang tampak dari belakang.

          Sementara Elijah ia meringkuk sendirian. Ia menangis sendirian suara tangisnya terdengar begitu pilu tanpa seseorang yang menemani ataupun menghiburnya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Lelaki Penyembuh Luka   END

    Tiga hari telah berlalu sejak Emilio mengetahui kabar Elijah akan menikah. Baik Earnest dan Jesslyn juga kebingungan dengah hal ini. Emilio terlihat frustrasi dan sangat pucat. Tapi, keduanya tidak tahu apa yang telah terjadi pada Emilio. Akhirnya Earnest menginterogasi Sebastian. Sebastian pun akhirnya menceritakan semuanya. Earnest tahu ini adalah buah perbuatannya, dia yang sengaja memisahkan Elijah terlepas dari semua kebohongan yang dilakukan oleh Emilio. sepenuhnya Elijah mengerti. Tapi, desakan untuk meninggalkan Emilio lebih besar akhirnya Elijah yang meninggalkannya meninggalkan bekas yang tak mungkin tertutup kembali. Emilio tidak terlihat di beberapa perusahaan. Dia hanya berdiam diri di rumahnya. tinggal di dalam ruang kerjanya tanpa berniat keluar. Perasaannya masih tidak stabil. Dia masih tidak bisa menerima kenyataan ini. tapi dia juga sadar akan kesalahannya yang tak mungkin untuk diperbaiki lagi. Di tengah kesedihannya suara ketukan pintu terdengar lem

  • Lelaki Penyembuh Luka   Bab. 275

    Emilio membuka berkasnya dan melihat isi dari dokumen itu. Matanya membelalak. Sudah jelas jika Emilio juga sama kagetnya. Dia tidak pura-pura tidak mendengar perkataan Sebastian, dia tidak mempercayai kenyataan yang ada di depannya ini. Rasanya begitu sesak, ia kesulitan bernapas. Emilio mundur beberapa langkah. Di dalam pikirannya mungkin dia berkata, kenapa semua ini terjadi padanya? Selama enam tahun dia berharap jika istrinya akan kembali padanya suatu saat nanti. Tapi, harapan itu tinggal harapan. Hari yang selalu dinantikannya itu tidak akan pernah datang padanya. Emilio membalik setiap lembarnya. Dia melihat foto Elijah tertawa bahagia bersama seorang pria yang digadang-gadang adalah calon suaminya. “Apakah informasi ini valid?” Emilio bertanya. “Ya, informan kita bahkan mengirimkan undangannya.” Jawab Sebastian. Tidak ada pembicaraan lagi. Emilio meremas dokumen itu, matanya mulai memerah. Sebastian tahu bagaimana perasaannya sekarang. Sedih hancur dan

  • Lelaki Penyembuh Luka   Bab. 274

    Elijah yang baru saja selesai memasak sejenak tertegun, hatinya begitu hangat kala melihat kedekatan Ezy dan Dareen. Mereka berdua bagaikan pasangan ayah dan anak. Jika orang di luaran sana melihat mereka berdua mungkin tidak akan menyangka jika Dareen hanyalah ayah sambung. Tawa renyah itu memenuhi seisi rumah, Celine yang berada di ruang tamu pun ikut tersenyum dengan tingkah laku keduanya. Mereka bagaikan anak kecil yang bahagia hanya dengan melakukan hal sederhana. “Ezy, turunlah. Ayahmu pasti sangat lelah.” Elijah berjalan ke arah meja makan seraya membawa sepiring daging dan meletakkannya di meja makan. “Cepat cuci tanganmu, kita makan malam bersama.” Ajak Elijah pada Dareen. “Ezy, kamu juga cuci tanganmu sebelum makan.” Perintahnya. “Ok!” Ezy memberi isyarat pada jari tangannya yang kecil. Elijah hanya mengulas senyum, lalu kembali menata meja makan. Dareen dan Ezy menuju wastafel, keduanya mencuci tangan bersamaan. Ezy menaiki kursi kecil lalu mele

  • Lelaki Penyembuh Luka   Bab. 273

    Dareen sangat sibuk sekali, dia mulai mengurusi masalah pernikahan, lalu bulan madu semua itu membutuhkan waktu, namun Dareen memintanya untuk menyelesaikannya dalam waktu satu minggu. asistennya Maxi secara intensif sedang mengatur jadwalnya, berusaha keras agar jadwal Dareen tidak bentrok dengan yang lainnya. Setelah rapat rutin, Dareen berjalan keluar dari ruang rapat, tangan kirinya memegang sebuah dokumen, sambil berjalan, sambil berpesan sesuatu pada Daniel. Asisten Maxi datang dari depan, dengan hormat berkata. “Direktur, orang dari perusahaan penyelenggara pernikahan datang, saya sudah mengaturnya di ruang tamu untuk menunggu Anda.” “Mmm.” Dareen mengangguk pelan, berjalan memasuki ruang tamu. Daniel adalah salah satu orang kepercayaan Dareen, dan juga sahabat baginya. Maka dari itu setiap Dareen merencanakan sesuatu, dia akan selalu ikut andil di dalamnya. Dareen segera mengikutinya masuk ke dalam. Perusahaan penyelenggara pernikahan datang dua orang, satu

  • Lelaki Penyembuh Luka   Bab. 272

    Untuk sesaat Elijah dibuat bingung harus berkata apa dengan kondisi yang ada di depannya. Beberapa waktu lalu, Elijah juga berharap Dareen bisa membawa cincin dan melamarnya. Dan sekarang saat momen itu tiba, Elijah malah belum sadar. Melihat Elijah tak bergerak, Geofrey tak kuasa bicara, "Nyonya, seharusnya Anda mengerti. Biasanya pria ini tak mau berurusan dengan hal seperti ini, menghindari wanita, janji yang diucapkannya juga tak sembarangan. Pria baik seperti ini, jika kamu sungguh melewatkannya, tidak akan ada kesempatan kedua." Kesadaran Elijah kembali dan tidak membalas perkataan Geofrey. Elijah lama sekali menatap Dareen. Kalau setuju, nantinya mungkin akan banyak bahaya. Jika tidak setuju, apakah dirinya sungguh melewati begitu saja perasaannya? "Ya." Akhirnya telah diputuskan. Hati Elijah seperti melepaskan sebuah batu besar. Ia merasa jika sudah saatnya dia melepaskan masa lalunya, dan memulai hidup baru. Melihat Elijah mengangguk, Dareen tak ku

  • Lelaki Penyembuh Luka   Bab. 271

    Walau tubuhnya sedikit gemetar, tapi perlakuan Dareen sangatlah lembut. Elijah mengangguk, mengisyaratkan jika dirinya menyetujuinya. Dareen tersenyum puas, dia mulai menggeluti Elijah. desahan lembut terdengar memenuhi seisi ruangan. Keesokan paginya. Elijah terbangun, ia merasakan seluruh tubuhnya sakit. Elijah memutar tubuhnya dan melihat di Dareen yang berbaring di sebelahnya. Apa yang terjadi? Elijah berpikir. Ah benar. Dirinya ingin pergi, lalu dihalangi, setelah itu... Dada bidang serta perut berotot terlihat jelas, suara yang serak, karena bergairah, wajahnya pun memerah, saat itu Dareen sangat tampan dan menawan.. Elijah tak berani memikirkannya. Saat ini Elijah merasa wajahnya pasti merah sekali. Dareen sangat menikmati melihat perubahan wajah Elijah, ujung hidungnya yang mancung meneteskan keringat. "Kenapa? Apa kamu masih belum puas melihatnya?" Dareen tersenyum licik. Sepasang matanya yang sedari awal sudah bersinar semakin terliha

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status