Share

Bab 11

Dalam perjalanan pulang, Aara dan Citra mencipta hening. Aara sekali-kali menoleh ke arah Citra, namun dilihatnya, sahabatnya itu masih terlihat sangat sedih.

“Cit….”

“Iya,” jawab Citra, pelan. “Aku mau bertanya, aku masih bingung!”

“Iya.”

“Kamu dulu pernah cerita tentang kakak senior kamu, yang kamu sebut kak Man. Tapi, tadi Hendri sebut abangnya itu Fajar?”

“Kak Man itu, Fajar Bimantara!”

“Oh gitu.” Aara mengangguk.

“Dulu, saat kuliah, kak Man itu sedikit nakal, jarang masuk kuliah. Makanya teman-temannya memanggil kak Man. Kata mereka, nama Fajar, enggak cocok dengan perilakunya saat itu. Jadi kami, juniornya, ikut mengenal beliau sebagai kak Man,” jawab Citra, yang terlihat sudah lebih baik.

“Kita singgah di soto Mas Tomo? Kamu mau?” pinta Aara.

“Boleh.”

Suasana kembali senyap.

Citra terus menatap lurus ke depan. Dia tampak terus berpikir, matanya bahkan tak berkedip. Melamun.

“Cit, k

Locked Chapter
Ituloy basahin ang aklat na ito sa APP

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status