LOGIN“Maaf, maksud Ibu eh kamu apa?” “Aku akan memberi mu apa saja, uang, mobil, rumah, asal kamu bisa membuat ku puas. Bisa membuat ku tidak kesepian lagi. Mau kan?” “Tapi aku sudah menikah.” “Aku juga sudah menikah. Masalahnya di mana? Aku janji tidak akan memonopoli waktu mu. Kamu tetap akan menjadi milik istri mu. Kamu hanya perlu menyediakan waktu untuk ku, melayani ku dengan baik di saat aku membutuhkan mu.” “Tapi..” “Aku tahu ini tidak mudah untuk mu. Tapi pikirkanlah, dengan menjadi simpanan ku, kamu bisa memenuhi kebutuhan keluarga mu. Membelikan barang-barang mewah untuknya dan juga anak kalian. Kamu tidak perlu menjawabnya sekarang. Tapi pintu ku selalu terbuka. Kalau kamu berubah pikiran, kamu bisa menghubungi ku kapan saja.” Kalandra memilih diam. Apa yang keluar dari mulutnya selalu dijawab oleh Yulia. Walau tawarannya menggiurkan, tapi menjadi simpanan wanita itu tidak pernah terbersit dalam pikirannya. Bagaimana pun juga dia tidak ingin mengkhianati Alya dan menghanc
“Ayo silakan duduk.” Suara lembut Yulia membuyarkan lamunan Kalandra. Bersama dengan Mega, Kalandra menuju sofa lalu mendudukkan diri di sana. Tidak disangka, Yulia justru memilih duduk di dekat pria itu, membuat Mega duduk di sofa lain. “Sudah berapa lama kamu menjadi fotografer majalah?” “Dua bulan lebih, Bu.” “Kenapa kamu baru melaporkan masalah ini pada saya, Mega?” “Maaf, Bu. Saya sudah melaporkan hal ini pada Pak Teddy. Saya pikir Bapak sudah mengatakannya pada Ibu.” “Sudahlah, yang penting saya bisa bertemu dengan Kalandra. Kamu boleh pergi sekarang, Mega. Saya masih ada urusan dengan Kalandra.” Mega menarik nafas panjang. Dua tahun bekerja di kantor majalah SENSATION, wanita itu sudah tahu sepak terjang Yulia. Komisaris utama itu senang sekali mengoleksi pria tampan sebagai lelaki piaraannya atau sekedar memusakan nafsunya. Dulu Aris juga sempat melayani Yulia beberapa kali. “Baiklah, kalau Ibu tidak memerlukan saya lagi, saya pergi sekarang.” Mega melihat sekilas pa
Setelah berbicara dengan Adam, perasaan Kalandra justru gelisah. Pria itu mengusap wajahnya kasar beberapa kali. Dia terus merutuki dirinya kenapa sampai meminum minuman beralkohol itu sampai mabuk. Dan akibatnya Kalandra melakukan hal yang memalukan. Walau pun keadaannya mabuk ketika mencium Mega, namun tak ayal pria itu dihantam perasaan bersalah juga. Dia seperti sudah mengkhianati cinta istrinya. Seharusnya Kalandra bisa mencegah hal itu. “Mas..” Kalandra terkejut ketika mendengar suara Alya. Wanita itu sudah berdiri di depan pintu kamar sambil menatap Kalandra dengan bingung. Suaminya itu nampak resah, seperti tengah memikirkan sesuatu. Berbeda dengan Kalandra yang justru ketakutan. Takut kalau Alya mendengar pembicaraannya dengan Adam tadi. “Ka.. kamu kapan bangun?” “Barusan, Mas. Mas kenapa sih?” “Ng.. ngga apa-apa kok. Kamu kenapa sudah bangun, tidur lagi aja.” Alya tidak menanggapi ucapan Kalandra. Wanita itu mendaratkan bokongnya di samping sang suami kemudian masuk k
Setelah membaca pesan yang dikirimkan Endang, Kalandra segera membereskan barang-barang miliknya. Dia membatalkan niatnya untuk tinggal lebih lama di vila ini. mengetahui kalau Alya sedang sakit, tak ayal membuat pria itu cemas. Sambil membereskan barangnya, Kalandra mencoba menghubungi Alya. Namun istrinya itu tidak juga menjawab panggilannya. Hal tersebut tentu saja membuat Kalandra semakin cemas. Kalandra mempercepat membereskan barang-barangnya, kemudian segera keluar seraya menyampirkan tas ransel ke bahunya. Keluarnya Klaandra dengan membawa tas, tentu saja mengejutkan semua orang yang tengah menunggunya di ruang tengah. “Loh Ndra, mau kemana?” tanya Adam. “Maaf, aku ngga bisa ikut dengan kalian. Aku harus pulang ke Bandung sekarang.” “Ada apa? Apa anak mu sakit lagi?” “Bukan, istri ku yang sakit.” “Kamu pulang naik apa?” “Gampang, aku bisa naik angkutan umum atau sewa mobil. Aku pulang duluan, have fun.” Tanpa menunggu tanggapan dari semua orang, Kalandra bergegas kel
Mega yang awalnya terkejut, akhirnya membalas ciuman Kalandra. Keduanya langsung terlibat ciuman panas. Lumatan dan pagutan bergantian mereka berikan, sampai lidah keduanya masuk dan berbagi saliva. Posisi Mega sekarang sudah duduk di pangkuan Kalandra dengan menghadap ke depan. Kedua tangan wanita itu memeluk leher Kalandra. Saking asiknya berciuman, Kalandra sampai mengabaikan ponselnya yang bordering. Volume deringan memang kecil tapi masih bisa tertangkap telinga. Hanya saja kedua orang yang sedang tenggelam dalam hasrat, tidak mengindahkan panggilan. Layar ponsel Kalandra yang menunjukkan nama Alya kembali gelap setelah sang pemanggil mengakhiri panggilan. Adam yang sedang membakar daging, masuk ke dalam vila untuk mengambil piring. Saat menuju dapur, pria itu melintasi ruang samping di mana Kalandra dan Mega berada. Dia cukup terkejut melihat apa yang terjadi di antara mereka. Selama mengenal Kalandra, Adam tidak pernah melihat pria itu berbuat macam-macam. Jangankan berciuman
“Mas ngomong apa sih?” tanya Alya bingung. “Kenapa kamu pergi sama Bayu ngga bilang sama aku?” “Aku udah ijin sama Mas.” “Kapan? Kamu ngga pernah ijin!” suara Kalandra semakin meninggi karena emosi mulai menguasainya. “Aku ijin pergi sama Mbak Susan.” “Kamu ijin pergi dengan Susan, tapi kamu pulang dengan Bayu. Kamu berbohong, Al! Kamu menggunakan Susan sebagai alibi. Kamu terkejut kan karena aku pulang?” “Ngga seperti itu, Mas. Aku..” “Mama..” Ucapan Alya terhenti begitu mendengar suara Nabila. Mendengar orang tuanya bertengkar, anak itu menjadi takut. Dia keluar dari kamar sambil memanggil Alya. Bergegas anak itu mendekati anaknya. “Papa kenapa marahin Mama?” tanya Nabila polos. “Papa ngga marah, sayang. Nabil masuk kamar lagi, ya. Nonton film kartun mau?” Kepala Nabila mengangguk pelan. Alya mengambil ponselnya lalu memutarkan film kartun kesukaan Nabila. Tak lupa wanita itu memasangkan headphone ke telinga Nabila agar anak itu tidak mendengar pertengkaran mereka. Setel







