Home / Urban / Lelaki Tak Terkalahkan / Bab 1: Reinkarnasi Sang Dewa Perang

Share

Lelaki Tak Terkalahkan
Lelaki Tak Terkalahkan
Author: Poel Story27

Bab 1: Reinkarnasi Sang Dewa Perang

Author: Poel Story27
last update Huling Na-update: 2023-05-25 18:07:35

"Keberadaanmu masih sangat dibutuhkan oleh banyak orang. Di kehidupanmu yang kedua nanti, jadilah pribadi yang lebih hebat daripada sebelumnya!"

Di Immortality, pusat alam semesta, Tristan Miller tengah menghadap penjaga alam para jiwa.

"Aku berjanji!" Tristan menjawab dengan sungguh-sungguh.

Selama tiga tahun, Tristan Miller menjadi jiwa penasaran yang melanglang buana tanpa tujuan. Hingga tibalah hari ini, di mana ia diberi kesempatan untuk bereinkarnasi.

Detik selanjutnya Tristan pun mendapatkan tubuh baru. Dia hidup kembali di tubuh seorang pemuda yang baru saja dinyatakan meninggal.

"Ha ... hantu!"

Tepat ketika Tristan membuka mata, ia langsung disambut jeritan histeris dari seorang wanita berseragam perawat.

Tubuh suster muda itu gemetaran, dan nyaris buang air kecil di celana, tapi untungnya dia masih memiliki sedikit tenaga untuk berlari keluar.

Melihat ini, Tristan pun hanya bisa tersenyum geli. Dia tidak heran dengan reaksi suster tersebut, sebab siapa pun orangnya, pasti akan merasa jantungan bila melihat sosok yang sudah dinyatakan meninggal tiba-tiba hidup kembali.

Tak berselang lama setelahnya, tampak tiga orang memasuki ruang rawat secara bersamaan. Tristan menebak kedatangan orang-orang ini pasti dikarenakan aduan dari suster barusan.

Yang berjalan paling depan adalah seorang wanita paruh baya. Di sampingnya ada seorang pria berumur sekitar 30 tahunan dengan setelan pakaian mewah.

Sementara yang berjalan paling belakang adalah seorang wanita cantik, memiliki bibir tipis, hidung mancung, mata bulat dan berbulu lentik, lalu ditambah betis jenjang yang disempurnakan oleh kulit mulus seputih salju.

Tristan memperhatikan gestur tubuh dua orang pertama, dan seketika menyadari ekspresi tidak senang di wajah keduanya.

Hal ini sontak menghadirkan pertanyaan di benak Tristan, mereka ini siapa? Keluarga dari tubuh barunya atau bukan? Jika keluarga, mengapa raut wajah kedua orang ini terlihat masam?

Bukankah seharusnya orang-orang akan bahagia bila ada keluarganya yang berhasil selamat dari maut?

Di tengah kebingungan itu, Tristan segera mendengar si wanita paruh baya membentak, "Mengapa kau tidak jadi mati, hah! Dasar beban keluarga, menantu pembawa sial!"

Tristan belum bereaksi, tetap diam dan mendengarkan dengan tenang.

Berkat kecerdasan di atas rata-rata yang dibawa dari kehidupan sebelumnya, Tristan langsung memahami situasi hanya dari mendengar kalimat barusan. Tristan sekarang tahu bahwa tubuh barunya adalah menantu yang tidak diharapkan, dan wanita paruh baya ini adalah ibu mertuanya.

Masih tidak puas, si wanita paruh baya kembali menghardik, "Karena keberadaan manusia idot sepertimu, keluarga Wilson kami harus hidup menanggung malu, David!"

Tristan terus mendengarkan ocehan wanita ini dengan acuh tak acuh, sementara memori di kepalanya mencatat satu informasi tambahan, David adalah nama tubuh barunya.

"Ibu, sudahlah, jangan memarahinya lagi. David adalah suamiku, bagaimanapun kita harus mensyukuri kesembuhannya." Wanita cantik di samping menyela.

Mendengar putrinya membela sang suami yang tidal berguna, si wanita paruh baya semakin naik darah.

Dia menoleh ke samping dengan mata melotot. "Apa katamu? Bersyukur? Alea, kesembuhan suami idiotmu ini adalah musibah, karenanya ibu tidak bisa menikahkan kamu dengan Kenzo!" teriaknya kesal.

Semua ibu di dunia ini pasti ingin putrinya memiliki suami yang bisa dibanggakan. Namun, sial bagi Ellyana karena putrinya justru menikah dengan pria yang memiliki keterbelakangan mental.

Sangat disayangkan, padahal di belakang sana tidak sedikit pemuda dari keluarga kaya raya dan terhormat yang tergila-gila pada Alea, dan mereka semua pasti akan mengantri bila Alea menjadi janda.

Salah satunya adalah Kenzo Glazier yang berdiri di sebelahnya. Pemuda ini di mata Ellyana, adalah sosok sempurna untuk mendampingi Alea. Di usia yang masih terbilang muda, Kenzo Glazier sudah memiliki karir yang bagus di militer, saat ini saja dia sudah berpangkat Kapten.

Sangat hebat, bukan?

"Bu, aku sudah bilang. Walaupun David meninggal dan aku menjadi janda, aku tetap tidak akan menikah dengan Kenzo," balas Alea dengan keras kepala, sudut matanya melirik pria bernama Kenzo yang berdiri tenang dengan wajah cemberut.

Ellyana mendengkus kesal. "Coba pikir baik-baik, Alea. Apa kurangnya Kenzo jika dibanding suami idiotmu ini?"

Di tengah pedebatan ibu dan anak yang semakin memanas, terdengar suara Tristan mencibir dengan santainya, "Hanya anggota militer berpangkat menengah saja, apa hebatnya?"

Hah?

Bola mata Ellyana semakin melotot. Baginya, pernyataan Tristan barusan terdengar sangat arogan dan tidak tahu malu.

"David, sepertinya ada salah dengan saraf di kepalamu. Harusnya kau berkaca sebelum mengatai orang lain!"

Sementara Kenzo yang berdiri di samping, tentu saja tidak terima diremehkan oleh orang yang memiliki keterbelakangan mental. Dia lantas mendekati Tristan yang masih duduk di atas brankar dengan penuh percaya diri, bermaksud untuk menunjukkan kehebatan pada pihak lawan.

"Kita baru pertama kali bertemu, namaku Kenzo Glazier, aku memang hanya seorang perwira menengah!" ujar Kenzo Glazier sembari mengulurkan tangan.

Sepintas terdengar jika Kenzo Glazier adalah pribadi yang low profil, tapi kenyataannya tidak begitu. Dia merendah hanya untuk mendapatkan simpati dari Alea.

Dia hanya ingin memamerkan sebuah kesan, jika seorang perwira militer saja bisa bersikap rendah hati, lalu hal apa yang membuat menantu tidak berguna ingin bersikap sombong?

Tristan melirik uluran tangan Kenzo, tersenyum dingin lalu menjabatnya. Pada saat yang sama, Kenzo sengaja meremas tangan Tristan dengan kuat, bermaksud memberi tekanan mental pada pihak lawan.

Dia seorang militer, tentu saja merasa percaya diri bahwa fisik dan tenaganya lebih kuat daripada Tristan.

Namun, belum genap satu detik bersalaman, Tristan sudah membuat tangannya mati rasa, bahkan keringat dingin mulai muncul di wajahnya karena beradu tatap dengan Tristan.

Ini? Bagaimana mungkin?

Tenaga menantu bodoh ini begitu kuat, dan sorot matanya juga sangat mengerikan!

Tristan memang menghunus tatapan mematikan sembari berjabat tangan dengan Kenzo Glazier. Namun, dia bukan marah karena pria ini berniat merebut istrinya, melainkan karena Tristan memang memiliki dendam pribadi pada pria ini.

Di kehidupan sebelumnya, Tristan Miller adalah seorang dewa perang yang menjadi kebanggaan Negaranya. Tristan meninggal karena pengkhianatan dari bawahannya yang sangat terobsesi untuk menduduki tahta sebagai panglima tertinggi.

Pada saat itu, kamp peristirahatan Tristan di medan perang meledak akibat serangan bom atom. Tubuh Tristan hancur, dan ia pun dinyatakan meninggal.

Ketika jiwanya melanglang buana, Tristan akhirnya mengetahui bahwa ledakan itu bukan disebabkan oleh serangan dari pihak musuh, melainkan politik rekayasa yang dibuat oleh bawahannya.

Kenzo Glazier memang bukan dalang utama dari pengkhianatan itu, tapi dia juga terlibat.

Pada saat ini, suasana di ruang rawat itu menjadi sangat canggung. Kenzo meringis menahan sakit, dan hal ini terlihat jelas oleh ibu mertua Tristan.

Lalu wanita paruh baya itu meneriaki Tristan dengan marah, "David, apa yang kamu lakukan, cepat lepaskan Kenzo!"

Tristan tersenyum tanpa daya pada ibu mertuanya, melepaskan jabat tangan dan berkata dengan santai, "Ibu, kami hanya bersalaman!"

Sial, Kenzo hanya bisa mengumpat kesal ketika mendengar jawaban Tristan. Jelas-jelas pria ini hampir meremukkan tangannya, tapi malah seenaknya berkata sekedar bersalaman.

Lihat saja setelah ini, aku pasti akan memberimu pelajaran! Kenzo membantin.

Sementara Tristan, dia melepaskan Kenzo karena sadar bahwa rumah sakit bukanlah tempat yang tepat untuk memulai balas dendam.

Lagi pula, akan sangat tidak sopan jika dia langsung membunuh orang di depan keluarga barunya, ya kan?

Di saat ketegangan mulai mereda, Alea Wilson tiba-tiba berkata dengan raut wajah panik usai mengangkat panggilan telepon, “Ibu, gawat, di Beauty Clinic ada pelanggan yang kulitnya bermasalah, dia meminta ganti rugi dua miliar!"

"Ba-bagaimana bisa?" Nada bicara Ellyana terdengar lemas, seperti orang yang hendak pingsan.

Kesembuhan menantunya yang di luar nalar saja sudah membuat Ellyana sangat frustasi, sekarang malah ditambah lagi oleh kabar buruk yang baru saja disampaikan Alea.

Melihat ini, seulas senyum licik segera tergambar di wajah Kenzo. Dia sadar ini adalah kesempatan bagus untuk tampil sebagai pahlawan, sekaligus membuat Tristan terlihat semakin tidak berguna.

Kenzo berkata dengan percaya diri, "Bibi, Alea, kalian berdua jangan panik. Itu cuma masalah sepele, biar aku yang menanganinya."

Ellyana merasa lega mendengarnya, lalu berkata dengan bangga, "Lihat, Alea. Di saat masalah datang, Kenzo hadir menjadi penyelamat bagi keluarga kita!" Ellyana menjeda kalimatnya hanya untuk melirik sinis ke arah Tristan, "Sedangkan suamimu yang idiot ini, sama sekali tidak bisa berbuat apa-apa!"

Alea terdiam, dia sadar betul kapasitas suaminya. Bahkan dalam mimpi pun Alea tidak berani berharap suaminya mampu bersaing dengan Kenzo.

Tanpa membuang waktu lagi, ketiganya pun beranjak meninggalkan ruang rawat.

Pada saat ini, suara Tristan yang penuh percaya diri kembali terdengar, "Ibu, Alea, aku ikut. Aku juga ingin membantu!"

Perkataan Tristan sontak membuat gerakan ketiganya berhenti dan berbalik badan, Ellyana dan Kenzo kompak menatap Tristan dengan penuh cibiran.

"Tidak perlu, lagi pula keberadaanmu tidak akan membantu!" tolak Ellyana.

"Memangnya apa yang bisa dilakukan pria idiot sepertimu?" Kenzo menarik sudut bibir, menampilkan wajah sarkas.

"Yang adanya malah akan menambah masalah!" tambah Ellyana dengan sinis.

Mendapati dirinya terus-menerus dipandang rendah, membuat Tristan diam-diam mengutuk tubuh barunya. Andai saja dia bisa memilih wadah untuk bereinkarnasi, sudah pasti dia tidak akan mau hidup di dalam tubuh menantu yang tidak berguna ini.

Sementara Alea, menatap sang suami dengan pandangan bercampur aduk. Sebelum mengalami kecelakaan dan menjadi koma, suaminya ini sangat pemalu dan seringkali berprilaku seperti orang autis.

Kenapa sekarang tampak begitu percaya diri?

Alea cukup senang dengan melihat perkembangan ini, tapi dia juga tidak lupa jika suaminya baru saja kembali dari koma. “David, tapi kau baru saja sembuh. Bukankah lebih baik jika kau memulihkan dirimu dulu?”

Tristan menggeleng, sama sekali tidak peduli pada hinaan ibu mertua dan Kenzo, juga kekhawatiran sang istri.

Tistan Miller, adalah seorang Panglima Besar, selama hidup dihormati oleh jutaan orang, mana mungkin akan membiarkan dirinya berlama-lama dipandang sebelah mata.

Tristan segera turun ranjang, seraya menatap ibu mertuanya dengan penuh percaya diri.

"Ibu, percaya padaku. Di dunia ini, tidak ada masalah yang tidak bisa aku selesaikan!"

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (2)
goodnovel comment avatar
Adriana Epa Hoy
jangan menilai seseorang dari pisiknya
goodnovel comment avatar
Tha Chan
akhirnya, aku punya kesempatan kemari...
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Lelaki Tak Terkalahkan   Bab 126: Memilikimu Sepenuhnya

    "Hmmmm?"Alea menoleh, tepat pada waktunya untuk melihat senyum penuh maksud di wajah Tristan, dan yang hal itu membuat jantungnya tiba-tiba berdebar kencang.Sejak mengalami penganiayaan sadis waktu itu, pemilik tubuh sebelumnya menderita trauma berat.Ia menjadi rentan terhadap serangan panik, bahkan terkadang merasa takut sendiri saat Alea atau siapa pun mendekatinya.Kondisi menyedihkan itu berlanjut hingga keduanya menikah dan tinggal bersama.Rasa takut akan keberadaan orang lain membuat pemilik tubuh sebelumnya selalu memilih tidur di lantai, meski Alea sudah sering membujuknya untuk tidur bersama di ranjang.Pada akhirnya, mereka baru benar-benar tidur bersama untuk pertama kalinya sejak Tristan bereinkarnasi ke dalam tubuh ini.Jadi, meskipun Alea dan pemilik tubuh sebelumnya adalah pasangan yang menikah karena saling mencintai, dan telah tinggal seatap selama dua tahun, mereka belum menjadi pasangan suami istri dalam artian yang sesungguhnya, dikarenakan gangguan kesehatan y

  • Lelaki Tak Terkalahkan   Bab 125: Munculnya Ingatan Lampau

    Ekspresi wajah Alea masih masam. Meski begitu, dia tidak bisa menolak ajakan Tristan untuk pulang. Lagi pula, perkataan Tristan cukup masuk akal. Dikarenakan harus merawat Tumbuhan Sisik Naga, Tristan terpaksa menetap di Desa Huiland selama beberapa waktu belakangan, dan baru kembali ke Kota Fuji pada hari ini. Alea sendiri tentu saja merindukan Tristan, dan juga ingin menghabiskan waktu bersama. Di sisi lain, Nenek Lena sudah sembuh, di masa depan, masih ada banyak waktu yang bisa dihabiskan Alea untuk bersama sang nenek. Setelah sepakat untuk pulang, Alea pun berpamitan pada keluarga Wilson. Setibanya di rumah, Tristan dan Alea segera bersiap-siap untuk tidur. Saat ini, Tristan mengenakan piyama tidur berbahan katun lembut, dengan potongan leher berbentuk huruf V yang dalam hingga ke bagian dada. Hal itu membuat Alea dapat melihat sembulan otot dada Tristan yang mulai terbentuk, dan ia tak kuasa menelan ludah. Selama berada di Desa Huiland, Tristan memang sangat aktif melati

  • Lelaki Tak Terkalahkan   Bab 124: Mulai Berani Menggoda

    "Tuan Graham, apa kamu tidak pernah berpikir untuk membuka klinik pengobatan tradisional? Dengan kemampuan menyembuhkanmu yang luar biasa itu, seharusnya pasien dari ujung negri sekali pun akan datang untuk berobat.""Jika kamu memiliki niat itu, aku ingin mengajukan diri untuk menjadi asistenmu."Setelah tiba di ruang kerja Direktur Liam, dan duduk tenang sambil menikmati teh hangat, dokter Jimmy Laurent pelan-pelan mengungkapkan keinginannya pada Tristan.Sejak pertama kali mendengar tentang kemampuan Tristan dari cerita Hendrik Liam, dokter Jimmy Laurent sudah sangat tertarik untuk mengenal sosoknya.Sekarang setelah menyaksikan dengan mata kepala sendiri, yang ternyata bahkan lebih luar biasa dibanding yang diceritakan, dia tidak dapat lagi memendam keinginan besar untuk berguru pada Tristan.Dia bahkan telah membuat rencana untuk pindah ke Kota Fuji, demi mewujudkan keinginan tersebut."Dokter Jimmy Laurent sangat terkenal, salah satu ahli bedah terbaik di negri ini, apa yang mem

  • Lelaki Tak Terkalahkan   Bab 123: Perubahan yang Luar Biasa

    Tristan menatap wajah Alfred Wilson yang penuh harap. Ia tetsenyum ringan, lalu menoleh ke arah Alea yang terlihat tengah menahan tarikan napasnya."Jangan khawatir, semuanya sudah selesai," ucap Tristan, suaranya datar namun memberi perasaan lega bagi keluarga Wilson.“Apa maksudmu sudah selesai? Apakah ibuku sudah baik-baik saja?" tanya Aldric Wilson memastikan.Mata kakak dari ayah mertua Tristan itu memerah, tak hanya karena bekas tamparan tapi juga karena cemas.Tristan menganggukkan kepala. "Ya, jaringan tumor ganas di kepala Nenek Lena sudah berhasil diatasi, begitu juga dengan jaringan abnormal lain yang tersebar di tubuhnya. Sekarang yang dibutuhkan hanyalah waktu untuk pemulihan. Kalian semua sudah boleh masuk untuk melihatnya, tapi pastikan jangan mengusik ketenangannya untuk sementara ini."Untuk sesaat, koridor itu menjadi sunyi. Tak ada satu pun dari mereka yang bisa langsung bereaksi. Mereka seolah-olah tenggelam di antara rasa percaya dan tidak percaya.Lalu Alfred Wil

  • Lelaki Tak Terkalahkan   Bab 122: Harga untuk Sebuah Pengampunan

    Alih-alih mendengarkan perkataan Alea, Alfred Wilson dan Aldric Wilson justru menunduk lebih dalam. "Maafkan kami, Alea," ucap Alfred Wilson dengan suara parau, berat dan terdengar memohon. "Paman juga, Alea, selama ini paman sudah berlaku terlalu kasar... terlalu jahat padamu …." Aldric Wilson menyusul, meski kata-katanya terdengar lebih kaku dan penuh pergolakan. Alea benar-benar terkejut melihat dua pria yang selama ini dikenal sebagai sosok paling keras dan tak tergoyahkan dalam keluarganya, kini berlutut di hadapannya, seperti dua orang pesakitan yang menanti pengampunan. Belum sempat Alea menanggapi lebih lanjut, kedua pria itu sudah berbalik saling menghadap satu sama lain. Untuk sesaat, suasana terasa membeku. "Ayah…." Aldric menatap Alfred, lalu berucap dengan ragu-ragu, "Apa kita benar-benar akan- ...." Alfred Wilson tidak langsung menjawab, dan keragu-raguan juga terlihat jelas di wajahnya. Pada saat yang sama, suara Hendrik Liam terdengar, "Terserah kalian mau bag

  • Lelaki Tak Terkalahkan   Bab 121: Tamu Tengah Malam

    "Ya, apa pun pasti aku lakukan!" Alfred Wilson sebenarnya masih ingin mempertahankan ego di depan Tristan, tapi dia tidak berdaya karena saat ini Tristan adalah satu-satunya harapan yang tersisa untuk kesembuhan istrinya. "Baiklah, kalau begitu kalian berdua pergi temui istriku, dan minta maaf padanya. Lalu biarkan juga dia menamparmu seperti yang kau lakukan padanya kemarin malam." Tristan berkata dengan ringan, dan kilasan senyum jahat muncul di sudut bibirnya. Alfred Wilson melotot, tidak masalah baginya harus sedikit merendah di depan Tristan, tapi menemui Alea dan meminta maaf secara pribadi, benar-benar membuat martabatnya habis tak tersisa. Lagipula kapan ada sejarahnya seorang kakek mendatangi cucu untuk memohon maaf? "David, kamu jangan keterlaluan!" bentak Aldric Wilson, dia juga merasa keberatan untuk melakukan permintaan Tristan. "Kenapa? Apa kalian berdua tidak mau? Kalau tidak mau juga tidak masalah, aku tidak akan memaksa. Lagipula jika bukan karena Alea, aku tida

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status