Share

Bab 77

last update Huling Na-update: 2025-07-14 14:18:49

Andara mematung mendengar rangkaian kata demi kata yang meluncur lancar dari mulut Ananta. Terdengar begitu manis. Namun, sebelum benar-benar terhanyut, ucapan lama Ananta yang menyakitkan menyelinap di memorinya.

Rasanya seperti mendengar dua pria berbeda dalam satu tubuh yang sama.

"Makasih atas perhatian dan kepeduliannya, Mas. Tapi aku lebih baik tetap belajar di tempat itu. Aku udah keluar uang banyak. Sayang kalau disia-siakan."

"Aku akan ganti uangmu, Andara. Kamu nggak usah takut rugi." Ananta masih terus mencoba meruntuhkan pertahanan istrinya.

“Ini bukan hanya soal uang, Mas.”

Ananta diam.

Andara melanjutkan. “Belajar di sana bukan cuma tentang materi. Tapi tentang suasana dan kepuasan batin. Di sana aku bisa bergaul, mengekspresikan diri, bertemu dengan orang-orang baru. Aku butuh itu, walau cuma dua jam sehari.”

"Tapi kamu sekarang nggak sendiri. Kayak yang aku bilang tadi, ada anak kita bersama kamu. Jadi aku harus pastikan kamu nggak kelelahan, nggak kenapa-kenapa di ja
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter
Mga Comments (4)
goodnovel comment avatar
Pey
taeklah omdo
goodnovel comment avatar
Cessyta Tanod
Bibirmu itu Nata, filter dulu. Gombal murahan, wkwkwk
goodnovel comment avatar
agneslovely2014
hahaha yakin? orang dianggap jongos di depan orang luar tuh si Andara, nasabah prioritas mah beda, Bapak! Ini mah musibah punya suami kadang A kadang B kadang C pening.
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Lelaki Yang Terpaksa Menikahiku   Bab 82

    Langkah kaki pria itu terdengar mantap memasuki rumah. Dengan satu tangan membawa botol minum gym besar, satu lagi menenteng handuk kecil. Rambutnya masih basah, kaus hitamnya melekat di badan karena keringat.Tatapan Ananta jatuh tepat ke arah ruang tamu. Dan di sanalah ia mendapati pemandangan yang tidak biasa.Andara bersimpuh di lantai. Clarin duduk angkuh di sofa, satu kakinya tengah dipijat oleh istri sahnya.Andara menghentikan gerakan tangannya. Tubuhnya tegang. Clarin justru menyambut Ananta dengan senyum lebar, tanpa sedikit pun merasa bersalah. Ia berdiri dari tempatnya lalu melangkah menghampiri Ananta dan mengecup pipinya lembut.Saat melihat itu Andara hanya bisa menahan perasaan."Dari tadi aku telepon nggak dijawab." Clarin memberengut."Aku nggak tahu. Tadi lagi di gym," jawab Ananta."Lebih penting gym emangnya daripada aku?" "Kenapa ke sini nggak bilang dulu?" Ananta mengabaikan pertanyaan Clarin dan balik menanyakan hal lain."Gimana mau bilang kalau aku nelepon n

  • Lelaki Yang Terpaksa Menikahiku   Bab 81

    Memasuki bulan kelima kehamilan Andara mulai merasakan gerakan-gerakan kecil dari dalam rahimnya. Sentuhan-sentuhan halus itu kerap datang tiba-tiba dan lebih seringnya tengah malam di saat ia akan beristirahat.Di pagi yang tenang ini ia sedang duduk di balkon, membelai perutnya pelan sambil menikmati udara segar. Hari ini hari Sabtu dan Lyncore tidak beroperasi pada hari tersebut, jadi ia bisa santai di rumah. Andara hanya sendirian. Ananta pergi sejak tadi. Waktu Andara menanyakannya, Ananta mengatakan pergi ngegym dengan teman-temannya.Andara tidak tahu siapa saja teman Ananta karena mereka tidak pernah datang ke rumah. Andara yakin Ananta melarangnya.Seulas senyum kecil membingkai bibir Andara ketika merasakan sebuah gerakan lagi dari dalam perutnya. Ia mengelusnya. Membisikkan di dalam hati bahwa ia akan selalu menjaganya. Andara sudah tidak sabar menunggu sore tiba. Ananta sudah berjanji akan menemaninya ke rumah sakit untuk kontrol kandungan.Andara terpaksa beranjak dari b

  • Lelaki Yang Terpaksa Menikahiku   Bab 80

    Andara terbaring lemah di sebelah Ananta. Setelah percintaan panas mereka barusan, energinya terserap habis. Tapi meski tubuhnya lelah, hatinya terasa ringan. Hangat. Damai.Di sebelahnya, Ananta mengelus lembut lengan Andara. Ia tidak berkata sepatah kata pun. Tapi bagi Andara, keheningan itu tidak lagi menakutkan. Justru menenangkan. Sebab segala perlakuan lelaki itu malam ini sudah lebih dari cukup untuk membuatnya merasa dicintai.Beberapa menit berlalu sebelum akhirnya Ananta bertanya pelan. “Kamu mau hadiah apa, Andara?”Andara menoleh. “Nggak usah, Mas. Diperlakukan seperti ini aja rasanya udah lebih dari cukup.”“Tapi aku tetap pengen ngasih sesuatu,” balas Ananta, suaranya tenang namun penuh ketegasan.Andara terdiam sejenak. Ragu. Tapi kemudian ia tersenyum kecil, lalu berbisik. “Kalau boleh minta aku pengen Mas Nata nyanyi buat aku sambil main gitar.”Ananta mengerjapkan mata. Tidak menyangka permintaan yang begitu sederhana tapi personal.“Sekarang?” tanyanya.Andara menga

  • Lelaki Yang Terpaksa Menikahiku   Bab 79

    Semua ini bagaikan mimpi yang sangat indah bagi Andara. Baju baru di tubuhnya, makan malam romantis, serta perlakuan manis Ananta yang tidak pernah dirinya duga. Andaipun ini mimpi, Andara tidak ingin bangun. Ia ingin terlelap selamanya.Sesekali Andara menatap dalam ke wajah suaminya. Mencari tahu bagaimana ekspresi lelaki itu. Perasaan khawatir masih melingkupinya kalau saja tiba-tiba sikap Ananta berubah. Tapi yang ditakutkannya tidak terjadi. Ananta tetap bersikap lembut. Ia bahkan tidak lelah memandangi Andara setiap kali perempuan itu bicara. Mendengarkan tanpa menyela. Tersenyum ketika Andara menceritakan hal-hal sepele dari kelas bahasa Inggrisnya. Tidak ada Ananta yang dingin dan tidak peduli padanya.Yang ada malam itu hanyalah kehangatan. Sesuatu yang nyaris membuat Andara lupa bahwa suaminya pernah menyakitinya.Setelah menyelesaikan makan malam, Ananta menggandeng tangan Andara menuju lift. Ia menggenggamnya erat, seolah tidak ingin melepaskannya lagi.Di dalam mobil, An

  • Lelaki Yang Terpaksa Menikahiku   Bab 78

    Sejak malam itu hubungan Andara dan Ananta kembali membaik. Setiap pagi mereka berangkat kerja bersama. Walaupun Ananta menurunkan Andara dua ratus meter sebelum kantor, namun sudah ada taksi yang menunggunya. Saat jam kerja berakhir biasanya Andara akan berjalan dengan jarak yang sama dan Ananta sudah menunggunya di sana. Dari hari ke hari bersembunyi seperti itu sudah menjadi rutinitas mereka.Senja ini sedikit berbeda. Sebelum Andara sempat keluar ponselnya bergetar dalam saku celana. Ada pesan dari Ananta yang langsung Andara baca.[Aku tunggu di parkiran basement.]Andara mengerutkan kening. Ini di luar kebiasaan. Biasanya Ananta tidak akan muncul di area kantor, apalagi masuk ke gedung parkir. Rutinitas mereka selalu rapi dan penuh perhitungan. Tapi hari ini kenapa berbeda?Andara menatap layar ponselnya beberapa detik sebelum menguncinya kembali. Ia baru saja mengambil tas saat sebuah tepukan mendarat ringan di bahunya dari belakang."Belum pulang lo?" suara itu familiar. Ber

  • Lelaki Yang Terpaksa Menikahiku   Bab 77

    Andara mematung mendengar rangkaian kata demi kata yang meluncur lancar dari mulut Ananta. Terdengar begitu manis. Namun, sebelum benar-benar terhanyut, ucapan lama Ananta yang menyakitkan menyelinap di memorinya. Rasanya seperti mendengar dua pria berbeda dalam satu tubuh yang sama."Makasih atas perhatian dan kepeduliannya, Mas. Tapi aku lebih baik tetap belajar di tempat itu. Aku udah keluar uang banyak. Sayang kalau disia-siakan.""Aku akan ganti uangmu, Andara. Kamu nggak usah takut rugi." Ananta masih terus mencoba meruntuhkan pertahanan istrinya.“Ini bukan hanya soal uang, Mas.”Ananta diam.Andara melanjutkan. “Belajar di sana bukan cuma tentang materi. Tapi tentang suasana dan kepuasan batin. Di sana aku bisa bergaul, mengekspresikan diri, bertemu dengan orang-orang baru. Aku butuh itu, walau cuma dua jam sehari.”"Tapi kamu sekarang nggak sendiri. Kayak yang aku bilang tadi, ada anak kita bersama kamu. Jadi aku harus pastikan kamu nggak kelelahan, nggak kenapa-kenapa di ja

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status