Home / Romansa / Lembah Awan Berkabut / Bab 37.2 Ujian Sang Penjaga

Share

Bab 37.2 Ujian Sang Penjaga

Author: Shana13
last update Last Updated: 2025-12-07 16:00:46

Dengan sedikit memiringkan kepala, menggeser bahu, atau memutar pergelangan kakinya, ia membiarkan setiap bilah angin yang mematikan itu lewat hanya beberapa senti dari tubuhnya. Jubahnya berkibar-kibar liar, tetapi tidak sehelai benang pun yang tergores. Ia benar-benar menari di tengah hujan pedang, kelembutan yang bertahan.

“KAMU HANYA BISA MENGHINDAR, DASAR PENGECUT!” raung Lin Feng, frustrasinya mencapai puncak. Ia merasa konyol. Ia melepaskan badai, dan lawannya hanya menari di dalamnya. “LAWAN AKU! AKU DATANG KE SINI UNTUK BERTARUNG, BUKAN MENONTON PERTUNJUKAN TARIAN!”

“Aku tidak menghindar, Lin Feng,” jawab Xiao Li, suaranya terdengar jelas dan tenang di tengah desingan angin. “Aku hanya mengalir bersamamu. Ketika kamu keras, kamu akan pecah. Ketika kamu lembut, kamu akan bertahan. Kamu mengajarkanku kecepatan, dan aku memberimu gerakan.”

Lin Feng sudah mencapai batas kesabarannya. Ia telah dipermalukan di depan semua orang. Ia
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Lembah Awan Berkabut   Bab 51.2 Ekstra Gema Pedang Patah

    Puncaknya terjadi pada malam bulan purnama darah. Master Tian Jue mengumumkan bahwa ia akan melakukan terobosan ke tingkat selanjutnya dan membutuhkan bantuan murid-murid terpercayanya untuk menjaga formasi. Wang Yue, yang masih berharap bisa menyadarkan guru dan sahabatnya, setuju untuk datang. Ia tiba di aula ritual terlarang di bawah tanah dan pemandangan di sana membuatnya ngeri. Di tengah formasi raksasa, terikat belasan kultivator dari sekte kecil yang diculik, tubuh mereka lemah, dijadikan bahan bakar untuk ritual. Gurunya, Tian Jue, berdiri di tengah, matanya menyala dengan cahaya merah yang gila. Dan di sisinya, berdiri Feng Xiao, pedang apinya terhunus, wajahnya tegang. “Feng Xiao! Apa yang kamu lakukan?!” teriak Wang Yue. “Aku melakukan apa yang perlu, Xiao Yue!” balas Feng Xiao, suaranya bergetar. “Demi kekuatan! Demi sekte!” “Ini bukan kekuatan, ini kegilaan!”

  • Lembah Awan Berkabut   Bab 51.1 Ekstra Gema Pedang Patah

    Beberapa dekade setelah pertempuran melawan Makhluk Void, kehidupan di Lembah Awan Berkabut telah mencapai puncak kedamaiannya. Wang Yue, yang rambutnya kini lebih banyak dihiasi perak daripada hitam, sedang duduk di teras kediamannya, menghadap ke kebun yang tenang. Di tangannya, sebilah pisau ukir kecil menari dengan lincah di atas sepotong Kayu Hati Giok. Mengukir telah menjadi meditasinya, caranya menuangkan keheningan di dalam jiwanya ke dalam bentuk yang nyata. Ling Yue datang membawakan secangkir teh, gerakannya sudah begitu sinkron dengan pasangannya hingga nyaris tanpa suara. Ia meletakkan cangkir itu dan melirik ukiran di tangan Wang Yue. Biasanya, Wang Yue mengukir binatang, bunga, atau terkadang sosok Ling Yue atau Ling Er. Tapi hari ini, sosok yang terbentuk berbeda. Itu adalah sosok seorang pemuda yang bersemangat, dengan senyum menantang di wajahnya dan pedang terhunus di tangannya. Sosok yang tidak Ling Yue kenal.

  • Lembah Awan Berkabut   Bab 50.2 Warisan Abadi

    Ia menundukkan kepalanya dalam-dalam, bukan lagi dengan rasa bersalah atas niatnya yang segelap dulu, tetapi dengan rasa syukur yang meluap yang melunakkan setiap sudut hatinya. “Kepada Tuan Wang Yue, Tuan Ling Yue, Nona Ling Er, dan Tuan A-Chen,” bisiknya, suaranya dipenuhi emosi yang tulus. “Terima kasih telah menciptakan tempat seindah ini. Terima kasih telah menunjukkan jalan bahwa kekuatan tidak harus berarti kehancuran. Dan terima kasih…” ia berhenti, melirik ke samping pada Xiao Li yang menatapnya dengan penuh cinta dan bangga. “...terima kasih telah meninggalkan dia untukku. Terima kasih telah memberiku kesempatan untuk memperbaiki lukaku dan menjadi layak untuknya, untuk menjadi bagian dari tempat ini.” Xiao Li membantunya berdiri. Mereka berdiri di depan batu memorial para pendiri dan pewaris lembah dengan hormat. “Mereka pasti bangga padamu, Lin Fen

  • Lembah Awan Berkabut   Bab 50.1 Warisan Abadi

    Tahun-tahun mulai berlalu menjadi dekade yang tenang. Di Lembah Awan Berkabut, waktu tidak lagi diukur dengan musim, melainkan dengan generasi-generasi murid yang datang dan pergi, masing-masing dari mereka membawa pulang benih filosofi yang mereka tanam di hati mereka. Di bawah kepemimpinan bersama dari Grandmaster Xiao Li dan Grandmaster Lin Feng, akademi itu telah menjadi mercusuar harapan yang cahayanya semakin bersinar dan tak pernah redup, bersinar di tengah dunia kultivasi yang sering kali gelap. Dunia kultivasi mengenal mereka sebagai dua sisi dari koin yang sama, sepasang Pemimpin yang setara dengan legenda Grandmaster Wang Yue dan Grandmaster Ling Yue. Grandmaster Xiao Li, dengan kebijaksanaannya yang tenang dan hatinya yang penuh dengan welas asih, adalah Jiwa dari lembah itu sendiri. Ia mengajarkan para murid-muridnya cara untuk berdamai dengan bayangan mereka sendiri, mengubah luka mereka menjadi empati, dan

  • Lembah Awan Berkabut   Bab 49.2 Pagi Pertama

    Saat mereka sarapan, Xiao Li dengan santai mengambil sepotong kue talas kukus dari piringnya dan meletakkannya di piring Lin Feng. “Cobalah. Ini kue kesukaanku.” Lin Feng menatap kue itu, lalu pada Xiao Li yang makan dengan tenang di depannya seolah tidak terjadi apa-apa. Di masa lalunya, berbagi makanan adalah tanda kelemahan, menunjukkan kamu tidak bisa mendapatkan makananmu sendiri. Di sini… itu hanyalah sebuah isyarat sederhana dari kepedulian. Dengan ragu, ia memakan kue itu. Rasanya manis dan hangat, seperti sarapan yang harusnya ia nikmati saat masih kecil bersama keluarganya, sebelum tragedi. Hari itu, pelajaran dimulai seperti biasa. Namun, ada dinamika baru. Lin Feng menjadi pengawasi sekelompok murid yang berlatih kuda-kuda dasar. dan insting lamanya sebagai pemimpin sekte yang kejam masih kuat saat mengajar murid di lembah. “Lebih rendah!” bentaknya pada seorang murid

  • Lembah Awan Berkabut   Bab 49.1 Pagi Pertama

    Lin Feng terbangun secara tiba-tiba. Bukan karena mimpi buruk atau panggilan alam, melainkan karena sensasi yang sama sekali asing, tubuh yang terasa nyeri, kehangatan yang stabil di sisinya dan keheningan total di dalam benaknya. Untuk sesaat yang panik, ia tidak tahu di mana ia berada. Instingnya yang telah ditempa selama bertahun-tahun di dunia yang kejam berteriak waspada. Insting untuk menyerang muncul dalam sekejap di benaknnya. Lalu, ingatannya kembali dalam satu gelombang yang hangat, Puncak bukit. Pengakuan yang membebaskan. Malam di mana sentuhan dan ciuman yang membuatnya tersentak. Saat matanya benar-benar terbuka, yang menyambutnya adalah wajah tampan Xiao Li yang d perbesar di depannya. Cahaya fajar yang lembut menyelinap masuk melalui jendela, menerangi ruangan dengan warna keemasan. Ia masih berada dalam pelukan Xiao Li yang hangat. Pria itu masih tertidur lelap, wajahnya terlihat lebih mud

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status