Share

Chapter 1 – Sang Detektif

POV DETEKTIF JOHAN

Hari ini seluruh media sosial dan televisi dihebohkan dengan pernikahan Ezra Natapradja, anak laki-laki dari pemilik perusahaan Wihardja Group dengan seorang artis penyanyi ternama Avanti. Maria anak pertamaku adalah salah satu penggemar lagu-lagu dari Avanti. Sejak awal Ezra Natapradja dan Avanti berpacaran, Maria tidak pernah mau ketinggalan mengikuti beritanya di infotainment. Menurut anakku, perjalanan kisah cinta pasangan Ezra Natapradja dan Avanti benar-benar romantis. "Entahlah nak, ayahmu ini tidak tertarik untuk mengikuti berita semacam itu. Ayah hanya tertarik menerima dan memecahkan kasus, karena dengan hal itulah kamu bisa sekolah sekarang ini."

 Beberapa waktu lalu ada siaran LIVE di salah satu stasiun televisi swasta, aku dan istriku sempat menonton siarannya, acara di mana Ezra melamar Avanti. Aku ikut terharu menonton acara tersebut, terlebih istriku, bahkan dia sampai meneteskan air mata. sampai bilang padaku, "Cara Mas melamar aku waktu itu nggak seheboh ini deh."

 Aku hanya bisa meng-iyakan, "memang tak heboh, tapi sangat berkesan," pikirku sambil seulas senyum kecil menghias bibirku. Perkataan istriku, membawaku pada masa Aku melamarnya. Hanya bermodal sebuah cincin cantik yang kubeli dari menyisihkan sebagian penghasilanku selama setahun. Lewat acara makan malam sederhana, kusematkan cincin dijari manisnya sebagai tanda lamaran. Maklum saat itu, aku baru saja mendirikan biro jasa detektif dan bukan hal mudah mendapatkan pekerjaannya.

 Penghasilanku juga tak tentu bila menghitung uang. Semua tergantung kasus yang ditangani. Beruntung istriku, bukan type wanita yang banyak menuntut ini itu, dia cukup bahagia dengan apa yang aku punya. Bahkan istriku ikut membantu ekonomi keluarga dengan berjualan baju secara online.

 Anak kami Maria, hari ini usianya tepat tujuh belas tahun. istriku sudah menyiapkan kue ulang tahun untuknya, dan aku menyiapkan sebuah hadiah istimewa, juga Justin anak keduaku. Bersama istriku, aku sudah bersiap di ruang tengah untuk menyambut Maria turun dari kamarnya yang berada di lantai dua rumah kami.

 "Happy Birthday my moon!" teriak kami serempak ketika Maria mulai menuruni anak tangga. Ekpresi terkejut terlihat dari wajah anakku yang cantik, dia tersenyum lebar sambil buru-buru turun dan berdiri di depanku dan istriku.

 "Aahhh....ayah, bunda makasiiihh," dengan mata berbinar Maria langsung meniup lilin yang berada di atas kue tart yang aku sodorkan kepadanya. Tanpa menghiraukan tanganku yang masih memegang kue, dia memelukku erat, lalu kemudian memeluk ibunya yang memberikan sebuah kado padanya.

 "Kalian emang the best!" ungkapnya dengan riang.

 "Kak, aku juga punya hadiah buatmu," kata Justin, dia langsung memberikan kado untuk kakaknya.

 "Makasih ya bro," kata Maria, sambil merentangkan kedua tangannya akan memeluk adik semata wayang, namun Justin sigap menghindar.

 "Aiisshh...., bukan muhrim," seru Justin sambil tertawa.

 "Huh...," ungkap Maria yang langsung membuat aku dan istriku ikut tertawa melihat tingkah kedua buah hati kami.  

 "Ya ampuun, ayah aku sudah lama kepingin jam tangan ini. Makasih yaa." seru Maria dengan mata berbinar, ketika membuka hadiahnya, ia sangat senang saat melihat isi kadonya.

 Kemudian Maria membuka hadiah dari adiknya. Justin menghadiahkan sebuah action figured Hello Kitty untuk kakaknya. Melihat isi kado dari Justin Maria langsung mengerutkan dahinya.

 "Bro, aku bukan anak kecil lagi ya. Dan aku sudah nggak suka lagi ama Hello Kitty." Katanya dengan pandangan aneh pada adiknya.

 "Sudah terima saja kak, toh Justin sudah berusaha," kataku saat melihat reaksi sedih yang terpancar di mata Justin.

 Maria menghela nafas panjang, dipandanginya Justin yang berdiri diam di hadapannya, Ia lalu memegang kedua bahu adiknya yang masih SMP itu, sambil mengembangkan senyumnya Maria berkata, "Thanks bro."

 "Sama-sama kak," balas Justin yang langsung tersenyum membalas kakaknya. Melihat pemandangan itu aku dan istriku saling pandang lalu kami pun ikut tersenyum dengan kebahagian kecil ini.

 "Kamu sudah tujuh belas tahun, kuharap kamu sudah banyak berubah sekarang. Nggak manja lagi dan lebih dewasa," kataku sambil memeluk bahu Maria.

 "Iya ayah, do'ain aku ya," jawabnya dengan tegas.

 Setelah sarapan bersama, Maria dan Justin berangkat ke sekolah. Kejutan-kejutan lain pasti sudah menunggu anak gadisku, dia termasuk siswa populer di sekolahnya. Aku orang yang cukup bahagia dengan momen-momen ini. Semoga ini berlangsung lama.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ivan Haws
ingat diriku sendiri jadinya....euh......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status