Share

Lentera Kegelapan
Lentera Kegelapan
Author: Jiebon Swadjiwa

Prolog

Malam terus merangkak sepi, secangkir espresso cukup kembali menyegarkan pikiranku yang bergelut dengan tumpukan kertas yang berisi berbagai kasus yang sedang aku selidiki. Suara ponselku berbunyi, memecah konsentrasi. Suatu hal yang sangat tidak aku sukai, namun kadang yang paling aku tunggu-tunggu. Aku memiliki dua ponsel yang digunakan untuk pribadi dan untuk urusan pekerjaan. Kali ini yang berbunyi ponsel untuk urusan kerja.

"Hallo, Inspektur James," sapaku membuka percakapan di ponsel itu.

"Ya hallo, Piere.sorry mengganggu tidurmu. Kami baru saja menemukan mayat yang berlokasi di dekat tempat tinggalmu. Kamu bisa segera datang ke sini?" Jawabnya.

Inspektur James Sukoco adalah teman baikku. Seorang inspektur polisi bagian kriminal yang sering meminta bantuanku untuk kasus yang dihadapinya. Bagiku sering kuartikan 'ada kasus, ada uang' Aku langsung bangun setelah memberikan kecupan hangat untuk istriku yang masih terlena dengan orgasme yang ia rasakan tadi. Setelah berbenah dan memakai baju, aku pun pergi. Kulajukan gerobak besi bernama Suzuki Ertiga menjauh dari rumahku.

Tempatnya tak jauh dari rumahku. Tak berapa lama aku sudah sampai. Hanya dengan mengitari satu blok perumahan. Kedatanganku bersamaan dengan lampu sirine yang meliuk-liuk ke segala penjuru, beberapa mobil polisi dan sebuah mobil ambulance terparkir di pinggir jalan. Lebih tepatnya di pinggir jembatan.

Kuparkir mobilku tak jauh dari mereka. Seseorang yang wajahnya sangat aku kenal menyambutku. Dengan tubuh yang sedikit gemuk tapi tidak tambun, kepala botak dan kumisnya lebat seperti tokoh video game Mario Bross, dialah inspektur James. Aku termasuk orang yang gemas dengan kumis milik inspektur James ini.

"Apa yang kamu temukan?" tanyaku, saat inspektur James sudah menjajari langkahku. Keningnya terlihat berkerut mendengar pertanyaanku.

"Mungkin kamu tertarik dengan seorang mayat dengan identitas William van Bosch," jawabnya sambil berjalan beriringan denganku.

"Orang asing?" tanyaku ikut mengerutkan kening, sambil melirik ke arahnya. Inspektur James tak menjawab pertanyaanku.

kami pun menyusuri samping jembatan dan turun ke bibir sungai, garis polisi sudah melintang di sana. Beberapa orang petugas kepolisian sudah berkerumun, di antaranya adalah tim ahli forensik. Cahaya lampu senter besar sudah menyorot ke sosok tubuh yang teronggok di atas rerumputan dengan bau anyir darah yang mulai menyengat hidung.

"Sosok itu ditemukan oleh seorang tuna wisma. Awalnya dikira cuma bualan dari tuna wisma yang sedang dalam keadaan mabuk, karena tercium bau alkohol di mulutnya. Tapi petugas kami cepat tanggap dan melaporkan ini," jelas Inspektur James.

"kebetulan lokasi ini dekat dari rumahmu, jadi aku ajak saja kamu ke sini." lanjut inspektur James.

"William van Bosch?" gumamku sambil menatap sosok mayat yang masih berada di posisinya saat ditemukan tadi.

"Ya, Itu yang tertulis di kartu identitasnya. Ini murni pembunuhan. Karena barang korban masih ada di dalam celananya. Dompet lengkap dengan kartu kredit, ATM, dan uang dua juta rupiah." Jelas inspektur James yang mendengar suara gumamanku.

"Lukanya cukup parah. Wajahnya remuk. Apakah batu itu yang menyebabkan di tewas?" tanyaku sambil menunjuk sebuah batu sebesar kepalan tangan orang dewasa yang terlihat masih berlumur darah dan berada tak jauh dari sosok jasad mayat itu.

"Sepertinya."

"Anda butuh tes DNA untuk memastikan bahwa itu identitas aslinya," kataku sambil tetap berdiri mengamati jasad itu.

"Iya, itu sudah aku pikirkan."

"Sepertinya ini perbuatan orang yang sangat dikenalnya," kataku setengah bergumam  memberikan pendapat dari hasil pengamatanku.

"Kenapa langsung menyimpulkan begitu?" tanya inspektur James sambil menatap wajahku sekilas.

"Tak terlihat ada perlawanan dan orang ini turun ke bawah jembatan seperti ini, mau apa? Apalagi dalam kondisi hujan yang belum reda  dari pagi. Apa dia tidak bisa melihat kalau arus sungai sangat deras di bawah sana?" kataku sambil menunjuk ke aliran sungai yang deras.

"Jadi kesengajaan?" kata inspektur James sambil memegang dagu.

"Terencana lebih jelasnya," jelasku kepada inspektur james.

"Dia hanya ada paspor turis, mungkin tak ada sanak familinya di sini," tambah inspektur James sambil menunjukan barang buktinya kepadaku.

"Kalau begitu tugas kita tambah berat. Siapa orang yang memungkinkan sangat dekat dengannya di negara ini?" jawabku, otakku langsung menerka-nerka

"Itu yang harus kita cari," suara tegas inspektur James menyambung ucapanku seakan bukan hanya ditujukan padaku tapi juga pada pada seorang asisten yang dari tadi berada di sampingnya.

Aku langkahkan kaki  untuk lebih mendekat ke mayat tersebut sambil memasang sarung tangan, lalu kembali kuamati jasad yang ada di depanku dengan seksama, dimulai dari baju yang dikenakannya. Jasad itu memakai celana jeans dan kaos oblong warna putih, kudekatkan indra penciumanku ke bagian dada jasad,  walau  samar kucium aroma dari sebuah parfum yang menempel di kaosnya, meskipun hujan mengguyur jasad itu.

Wangi dari sebuah Parfum wanita yang sangat khas. Unik, bahkan mungkin istriku tidak pernah mencium bau seperti ini. Bau yang menusuk, namun lembut dan menggoda, saat dihirup tadi pikiranku seolah-olah menjadi sangat rileks.

"Dugaanku si pembunuh adalah seorang  wanita," ungkapku, sambil tetap berjongkok disisi jasad laki-laki itu.

"Terlalu cepat menduga," tanggap inspektur James, lalu ikut berjongkok di sampingku.

"Tidak, aku temukan bau parfum wanita di kaosnya. Walaupun sudah samar aku masih bisa menciumnya," kataku tetap mempertahankan dugaanku.

"Mana mungkin?" reaksi tidak percaya terpancar dari matanya. Inspektur James mendekat pada jasad laki-laki itu, Ia melakukan hal yang sama yang tadi aku lakukan.

"Ahh.., kamu cuma membual. Tak ada bau parfum yang tercium olehku," kata inspektur James lalu berdiri dan mundur beberapa langkah menjauh dari jasad, begitu pun denganku. Memberikan ruang pada bagian forensik untuk segera mengurusnya lebih lanjut.

Aku masih berdiri mengamati jasad itu, mungkin cuma perasaanku, tapi aku yakin sekali baunya tadi masih ada. Dan tak mungkin pria ini memakai parfum wanita. Kecuali memang dia punya kelainan seksual. Otakku bekerja keras untuk menjabarkan apa yang aku lihat di hadapanku, segala dugaan yang muncul dan aku coba merefleksikan dalam pikiranku.

"Lapor Inspektur," Salah seorang petugas patroli menghampiri inspektur James.

"Ya, ada laporan apa?" tanya Inspektur James kepada petugas itu.

"Seseorang telah meninggalkan seorang bayi baru lahir di depan panti asuhan. Kemungkinan telah dibuang oleh orang tuanya," lapor petugas itu.

"Apa?" kagetku ketika mendengar informasi lainnya tentang ditemukannya bayi.

Saat itu, aku sama sekali tak menduga bila kedua kasus ini saling berhubungan. Pembunuhan Seorang turis dan penemuan seorang bayi yang dibuang. Kurangnya informasi, bukti dan saksi atas kasus tersebut membuatku tak menghiraukan kasusnya. Kini setelah tujuh belas tahun berlalu, kedua kasus itu kembali menyelimuti mimpi-mimpiku.

Comments (3)
goodnovel comment avatar
Yuniar Tantri
hot tapi gak meresahkan
goodnovel comment avatar
Azriel Hermansyah
awal yang menggairahkan
goodnovel comment avatar
Janesse
opening yang wow.. abis pikiran ngefly, eh malah disuruh mikir sama kasus, hahaha
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status