Pagi ini, yaya datang ke Sanjaya Company seperti yang disampaikan mereka semalam.
“Yaya!” ucap HRD menggulang nama yaya
“Untung saja kamu tidak dipanggil nina.” ujar wanita itu lagi. Namanya Nina. Pantas saja dia berkata seperti itu. Semoga saja namanya bukan karenina. Karena akan benar-benar mirip dengan yaya. Walau sebenarnya sama pun tak apa.
Itu karena dia memakai name tag. Jadi yaya bisa mengetahui namanya. Jangan mengira bahwa yaya bisa mengetahui namanya begitu saja.Jika ia bisa, ia akan mencari tahu juga nama jodohnya. Siapa tahu memang sudah saatnya dia menikah.
“Apa nama ibu juga karenina ?” tanya yaya mencoba mengobrol agar mereka tidak terlalu kaku satu sama lain
“Oh tidak. Nama saya Nina kalista. Jadi saya biasa di panggil nina,” jelas nya
Yaya mengangguk mendengar penjelasan nya. Tidak terlalu buruk. HRD nya itu orang yang baik. Menurut yaya.
“Oh ya,” ucap bu nina
"Kamu akan bekerja sebagai asisten manajer keuangan, dan ini ruanganmu." ucap bu nina Yaya mengangguk sebagai jawaban tanda mengerti. "Terimakasih Bu" ucap yaya sopan "Panggil saja nina. Saya baru berusia 26 tahun kok." kata nina Yaya terbengong sesaat. Dia kira wanita itu berumur sekitar awal 30-an. Ternyata dia lebih muda setahun dari yaya. "Apa saya terlihat setua itu ?" Tanyanya "Emm, tidak juga. Tadi saya pikir kamu berusia sekitar awal 30-an" jawab yaya jujur Bukannya tersinggung, nina malah tertawa mendengar ucapan yaya barusan. "Kamu perempuan pertama yang jujur seperti itu. Biasanya mereka akan memuji saya awet muda namun menatap saya dengan tatapan sebaliknya!" ujar nina Nina ini tipikal orang yang ramah. Mungkin dia hanya bertemu dengan orang yang salah.Atau mungkin itu terjadi karena terkadang, bumi terlalu baik karena menampung orang-orang jahat untuk hidup dan menetap di dalamnya
"Berapa umurmu ?, 24 tahun ?" Tanya nina. Mengapa mereka seperti berpikiran terbalik tentang rentang umur mereka ? Yaya mulai tersenyum mendengarnya. Tolonglah, jangan banyak memujinya, nanti dia bisa terbang. "Apa saya semuda itu ?" Kata yaya balik bertanya "Apa itu sebuah pertanyaan ?” tanya nina memastikanYaya mengangguk sebagai jawaban. Dia bahkan tidak perlu bersusah payah menyembunyikan senyuman nya.
“Tentu saja. Kamu terlihat sangat modis dan pastinya proposional!" jawab nina setelah nya.
Oke, yaya tipikal orang yang tidak suka dipuji seperti itu. "Saya 27 tahun bulan kemarin," kata yaya. Yaya bisa melihat nina yang terdiam sejenak. Dia bahkan tidak berusaha menutupi kekagetannya."Sepertinya kita berdua berkebalikan!" kata nina dengan gaya bicara yang dibuat sedramatis mungkin. “Tidak juga. Tapi mungkin bisa dibilang begitu” kata yaya yang disusul tawa mereka berdua.
“Sebentar. Saya penasaran kenapa saya tidak melakukan wawancara kemarin, tetapi langsung di terima bekerja disini ?” tanya yaya
“Saya juga tidak tahu alasannya. Saya cuman disuruh nganterin kamu aja hari ini.” jawab nina
“Apa perusahaan ini terkadang seperti itu ?” tanya yaya lagi
“Oh tentu saja tidak. Selama saya disini, ini adalah pertama kalinya.” jawab nina
“Sudahlah. Anggap saja kamu beruntung!” kata nina
“Mungkin saja,” ucap yaya membenarkan
"Baiklah. Aku harus kembali bekerja. Kalau ada perlu sesuatu hubungi saja aku. Ini nomorku!" ucap nina. Mungkin lebih akrab jika mereka berbicara aku-kamu.
Mereka mulai bertukar nomor telepon satu sama lain dan setelahnya nina pamit untuk pergi keruangannya. Yaya kira nina itu sekretaris CEO, awalnya. Tapi dia berkata jika CEO perusahaan ini memiliki asisten pribadi dan itu pria. Dia bekerja sebagai sekretarisnya sekaligus.Oh, apa asisten itu yang kemarin ada di ruang interview dan orang yang sama juga yang menelponnya tadi malam ? Itu bisa saja sih.
Pasti pria itu anti wanita. Itu pemikiran pertama yang melintas di pikiran yaya setelah mendengar berita CEO perusahaan.Yaya memperhatikan ruangan kerjanya dan juga berbincang dengan atasannya. Maksudnya manager keuangan. Karena posisi yaya kan sebagai sekretarisnya.
Yaya mulai bekerja setelah diberi arahan oleh atasannya itu. Hingga tak lama kemudian..
"Yaya!" panggil nina saat yaya sedang berjalan menuju kafeteria
"Iya ?" Jawab yaya "Dipanggil boss noh, cepet pergi." kata ninaBukan hanya tentang siapa yang lebih dulu kau temui, karena segalanya bukan karena sudah waktunya, tapi karena memang dia orangnya.. . .Hari ini adalah hari pernikahan Yudha dan Ina.“Udah siap sayang ?, cepat udah ditelepon mama nih” itu teriakan ryan.“begini nih kalau udah dandan. Harus lama banget gitu” kata ryan pada melodi yang berada di gendongannya.“Iya sayang, udah siap kok” jawab yaya.Dia berjalan menuruni tangga sembari memeriksa isi tasnya.“Sayang” tegur ryan“Apa aku cantik?” tanya yaya“Apa kamu yakin?” kata ryanAda apa lagi ini?“Sayang, coba lihat. Apa itu mommy?” tanya ryan pada melodi“kenapa sih sayang?” bingung yaya“Itu sangat cantik. Makanya aku bertanya apakah ini benar mommy-nya Melodi?”Huffhh, yaya menghela n
“Dek!” panggil ryan saat yaya sedang berada di dapur. Dia sudah mencari keberadaan istrinya dan akhirnya menemukanya disana“Hmm?” yaya hanya bergumam sebagai jawaban. Dia sedang sibuk melakukan beberapa pekerjaan saat ini.“Lagi ngapain?” tanya ryan. Dia berjalan semakin dekat kesana untuk mengampiri yaya dan memeluk pinggang istrinya itu dari belakang.“Ngapain sih?” kata ryan mengulang pertanyaannya barusan, yang belum sempat dijawab oleh Yaya.“Aku cuman lagi nyuci piring aja.” Jawab yaya. Bahkan Ryan bisa melihat bahwa istrinya itu sedang mencuci beberapa tempat makan.“Nggak usah dicuci. Dikit gitu doang.” Kata ryan tapi Yaya masih saja meneruskan kegiatannya mencuci beberapa peralatan makan yang tersisa.“Sayang!” Panggil ryan lagi. Ada apa dengan suaminya kali ini?“Iyaa, sayang?” tanya yaya seadanya“Kita nggak usah fi
“Kak!” panggil yaya setelah dia mendapati suaminya sedang berada di depan tv saat ini. Ryan yang merasa dipanggil oleh istrinyapun, langsung bergumam sebagai jawabanDia bisa melihat istrinya yang sudah siap dengan pakaian rapinya saat ini. Padahal Ryan baru saja ingin memanggil Yaya agar berbincang dengannya saat ini.“Hmm?” balas ryan datar, dia mencoba bersikap seperti itu agar Yaya menjadi bertanya tentang tingkahnya.“Aku mau kerumah mama dulu. Mau bantuin mama ngurus acara pernikahan Yudha dan Ina." ucap yaya sebelum Ryan bertanya lebih dulu. Dia bahkan tidak berniat untukg mengobrol dengan suaminyaSebenarnya Yaya memang berniat seperti itu sejak awal. Dia bahkan sudah berlatih saat berada di kamar tadi. Dengan cermin besar yang ada di kamar mereka tentunya.“Kok gitu sih sayang?” tanya ryan setelah Yaya menjelaskan maksudnya. Tapi kenapa balasannya malah berbeda sekali?Yaya yang mendengar it
Vano dan Audrey sudah melakukan bulan madu selama hampir dua minggu. Selama itupula, mereka hanya melakukan beberapa perjalanan dan sisanya hanya berdiam diri di tempat honeymoon mereka.Siang ini, Vano dan Audrey sudah kembali ke Jakarta. Setelah beberapa jam setelah ketibaan mereka, Audrey dan Vano berencana untuk jalan-jalan keluar. Mereka berdua akhirnya berkunjung ke rumah Yaya dan Ryan setelah mereka memberitahu bahwa mereka akan berkunjung“Halo kak!” sapa yaya setelah Audrey sampai disana“Haii!” balas Audrey yang langsung memeluk yaya dengan semangat.Ternyata selain Audrey dan Vano, mereka juga bertemu dengan Yudha disana. “Kak Audy!” panggil yudha dengan semangat saat melihat Audrey ada disana. Audrey berjalan mendekat dan memeluk sepupunya itu.“Apa kabar, dek?” tanya Audrey pada Yudha“Baik dong kak. Gimana kabar kak Audy sama kak Vano?” tanya Yudha setelah dia me
Vano mencari keberadaan Audrey siang ini di rumah mereka. Dia hanya meninggalkan Audrey sebentar, dan sekarang istrinya itu entah pergi kemana.“Beib?” panggil Vano setelah dia turun ke lantai bawah. Kemana istrinya pergi tanpa memberitahu lebih dulu?Vano berjalan ke kamar mereka dan
Beberapa menit setelah berkendara, mereka akhirnya sampai di sebuah rumah yang tampak elegan. Rumah itu terdiri dari empat tingkat dengan halaman yang sangat luas. Disana terdapat banyak lampu yang menghiasi setiap sudut rumah.“C’mon beib!” ajak Vano yang baru saja membukakan pintu mobil untuk Audrey. Audrey meraih tangan suaminya dan ikut berjalan Bersama“Selamat datang di rumah.” Kata Vano setelah pintu rumah yang tampak megah itu terbuka dengan lebar“Ini bukan rumah kamu.” Ucap Audrey. Dia terbiasa berkunjung ke rumah Vano yang dulu. Tapi itu bukanlah rumah yang sedang mereka datangi saat ini“Ini memang bukan rumah aku.” Jawab Vano. Audrey menatap pria itu dengan sebekah alis yang terangkat. Pertanda bahwa dia tidak mengerti maksud perkataan Vano barusanSebelum Vano menjawab pertanyaan Audrey, dia terlebih dahulu menggendong istrinya ala bridal style. Padahal kenyataannya mereka me