Share

Bab 8 Misterius

“Woahh beer memang yang terbaik,” ucap Sera

“Memang pas dengan daging,” sahut Fianna

“Kalian berdua nikmati saja sepuasanya jangan sungkan,” ucap Kak Diana

“Ini untuk kak Diana,” ucap Fianna sambil memberikan sepotong daging kepada kak Diana

“Terimakasih,” ucap Kak Diana

“Ngomong-ngomong kapan terakhir kita seperti ini?” ucap Fianna

“Entahlah aku lupa karena banyak yang harus ku kerjakan mana sempat berpesta seperti ini,” ucap Kak Diana. Sambil meminum beer

“Ku dengar belum lama ini ada staff yang membuat skandal dengan salah satu aktor loh,” ucap Fianna

“Apa? aku tidak pernah dengar tuh,” ucap Kak Diana

“Aku juga tidak pernah dengar,” sahut Sera

“Wahhh ternyata kalian kehilangan info ya. Itu dia memang populer tidak bukan hanya itu dia juga menarik baru-baru ini ada staff baru di perusahaan kita dan kabarnya dia pindahan dari perusahaan sebelah,” ucap Fianna

“Kau tahu namanya?” tanya Kak Diana

“Kalau tidak salah dia Elena,” ucap Fianna

Jujur saja seketika itu membuatku terkejut. Tidak mungkin Elena pindah ke perusahaan kami dan lagi dia membuat skandal dengan aktor apa-apaan ini.

“Kau kenapa Sera? Kau tidak apa-apa?” ucap Fianna

“Tidak kok aku tidak apa-apa,” ucap Sera dengan wajah cerah

Tanpa berkata apa pun kak Diana hanya melihat ke arahku dengan tatapan seperti itu. Aku tidak peduli selama dia tidak banyak tanya.

TRRTTTT..... TRTTTTT

“Ponselmu berbunyi tuh. Angkat sana,” ucap Fianna kepada Sera

“Ahh iya. Aku mau ke toilet sebentar,” ucap Sera sambil pergi meninggalkan dua temannya menuju toilet

“Kak Diana. Kenapa dari tadi melihat Sera seperti itu?” tanya Fianna

‘Rupanya anak ini cukup peka ya,’ batin Kak Diana

“Tidak bukan apa-apa kenapa bertanya seperti itu seolah mencurigaiku hehe,” jawab Kak Diana sambil tersenyum

“Bukan mencurigai lebih tepatnya aneh,” sahut Fianna

Tidak lama kemudian Sera datang dan bergabung lagi bersama kedua temannya itu. Sikap kak Diana sebelumnya jujur saja membuatku sedikit risau pasalnya orang ini selalu mengetahui banyak hal dan sangat peka.

“Siapa yang menelponmu? Apa dia Brian?” ucap Fianna

“I-itu,” ucap Sera dengan gugup

“Mungkin keluarganya. Kau tidak perlu sepenasaran itu,” ucap Kak Diana

“Setelah ini ada rencana lain?” tanya Fianna

“Aku akan pergi ke toko kue sebentar kebetulan nanti malam ulang tahun adik ku,” ucap Kak Diana

“Kau bagaimana hey Ryu Sera?” tanya Fianna

“Aku ada urusan sebentar hehe,” ucap Sera

“Kau sendiri bagaimana?” tanya Kak Diana

“Hmmm.... sepertinya mau bagaimana lagi aku harus pulang. Andai saja ada yang menjemputku,” sahut Fianna

“Makanya kencan sana,” ucap Kak Diana

“Jika itu mudah sudah ku lakukan,” sahut Fianna

“Mau ku kenalkan?” ucap Kak Diana

“Ayolah kak. Jangan bercanda paling kau hanya menyuruhku untuk kencan buta. No way,” ucap Fianna

“Hahaha ketebak rupanya tidak jadi deh,” sahut Kak Diana sambil tertawa

“Sepertinya aku harus segera pergi,” ucap Sera

“Memang sebentar lagi kita akan bubar. Sepertinya Fianna sedikit mabuk tuh,” ucap Kak Diana

“Kalau begitu ayo pergi,” ucap Sera

Setelah itu kami pergi dan sebelumnya menghentikan taxi untuk membawa Fianna yang sudah mabuk.

“Ayo masuk,” ucap Kak Diana sambil mendorong Fianna masuk taxi

Setelah itu Fianna pergi dengan taxi sedangkan Kak Diana menuju ke suatu tempat dulu kami berpisah di sini.

“Kau menunggu seseorang?” tanya Kak Diana

“Tidak aku akan pergi naik taxi juga,” ucap Sera

“Oh begitu hati-hati ya,” ucap Kak Diana. Yang saat itu pergi meninggalkanku

Tidak lama kemudian taxi itu datang dan aku pergi.

“Ke apartement Hilton,” ucap ku

“Baik,” jawan Mr. Taxi itu

Tepat di rumah sakit tempat Brian bekerja. Malam ini dia tengah melakukan pekerjaannya yang bisa dibilang cukup banyak. Setelah selesai melakukan operasi kali ini aku harus mengecek setiap pasien karena ini dinas malam. Jadwalku yang tadinya harus pulang tepat jam 9 malam diundur menjadi jam 8 pagi ini sama saja dengan kerja paksa. Tapi apa boleh buat tidak masalah jika besoknya aku harus libur. Malam ini tepat pukul 12 malam operasi terakhir selesai di lakukan aku keluar meinggalkan ruang operasi menuju ruang ganti seperti biasanya.

“Dok, semuanya sudah selesai,” ucap Suster Mary

“Baiklah kerja bagus,” ucap ku

Suasana sepi rumah sakit sudah seperti pemandangan sehari-hari di tambah lagi malam ini yang dinas hanya beberapa orang saja. Ini lah yang membuat pekerjaan sedikit memakan waktu. Tidak ada habisnya pasien yang sudah kembali pulih tergantikan dengan yang baru datang terus saja terulang seperti siklus hidup. Memang ini sudah sepantasnya terjadi tidak ada yang bisa menghentikan.

‘Sepertinya Sera sudah pulang aku akan menelponnya,’ batin ku

“Loh kok ponselnya tidak aktif apa dia sudah tidur?” ucap ku

Karena Sera tidak dapat ku hubungi jadinya aku hanya memainkan game online saja sesaat sebelum akhirnya aku di panggil lagi untuk melakukan prosedur lagi. Memang tidak ada habisnya baru saja duduk sebentar seketika IGD suadah di penuhi pasien baru. Tingkat kecelakaan di malam hari memang banyak terjadi pasalnya orang tidak pernah mendengarkan peraturan dan terus saja mengemudi sambil mabuk.

“Pindahkan kesini.”

“Baik tunggu sebentar.”

“Ambilkan infus.”

Suara berisik setiap petugas menghiasi seluruh ruangan orang-orang berlarian mencoba melakukan perawatan itulah pemadangan malam ini. Tidak terkecuali diriku.

Di waktu yang sama di tempat Sera.

‘Sudah sampai,’ batin Sera

Setelah itu aku langsung menuju apartement memasuki lift menuju lantai 40 setelah sampai aku mencari nomor kamar orang itu tidak lama kemudian aku menemukannya dan ku tekan tombol bel. Seseorang membukakan pintu dan menyuruhku masuk. Tanpa perpikir lama aku mengikutinya sudah ku duga tempat ini memang bukan tempat sembarangan.

Beberapa saast sebelumnya.

“Halo?” ucap ku

“Sudah lama ya kau malam ini ada waktu?” ucap orang itu

“Ya. Langsung saja ke intinya ada apa?” sahut Sera

“Wow rupanya kau tidak sabaran. Baiklah kalau begitu datanglah ke apartemenku malam ini di tunggu,” ucap nya sambil mematikan telpon. Sial kenapa orang itu datang menghubungiku menyebalkan. Namun jika aku tidak kesana dia akan membunuhku.

Malam yang tenang di tempat kerja Meredy dan Joe.

“Ah sial kenapa seperti ini,” ucap Ketua tim

“Sudahlah pak itu faktanya,” ucap Meredy

“Pak?” sahut Ketua tim

“Maksudku Mr,” ucap Meredy

“Ini memang merepotkan semua fatka sudah mengarah padanya jadi kenap tidak langsung saja,” ucap Joe

“Masalahnya atas tidak mengijinkan,” ucap Ketua

“Hanya karena dia sendok emas?” tanya Meredy

“Tidak ada alsan lain lagi pula dia memang bersalah tidak perlu di tutupi akui saja,” ucap Joe

“Kita akan meminta surat penangkapan besok,” ucap Ketua

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status