Share

Bab 2

Author: Tanzahra
Aku mengurung diri di kamar utama sepanjang siang tanpa keluar sama sekali. Suara tawa dari ruang tamu terdengar begitu menyakitkan di telinga.

Menjelang sore, Nabila mengetuk pintu dan masuk ke kamar. Dia memberitahuku bahwa Syifa awalnya berniat menempati kamar utamaku, tetapi dicegah oleh ibu Derrick.

"Nyonya bilang, bagaimanapun juga kamu punya dukungan dari Keluarga Sanjaya, jadi urusan-urusan besar maupun kecil di rumah masih butuh bantuanmu. Nggak boleh benar-benar membuatmu marah. Dia juga bilang ...."

Nabila adalah pengasuh yang sudah merawatku sejak kecil, dia tahu betul sifatku. Maka dari itu, saat berkata sampai di sana, dia menoleh memandang ekspresiku terlebih dulu.

Melihat aku tidak menyela, dia melanjutkan, "Dia juga bilang, semua biaya selama masa kehamilan akan ditanggung olehmu saja. Lagian kamu nggak bisa punya anak, sekalian saja kamu ikut terlibat dan merasakan pengalaman itu."

Wajahku langsung menjadi kaku dan napasku terasa sesak. Aku merapikan lengan bajuku dan bertanya datar, "Masih ada lagi?"

Nabila pun menambahkan, "Dia bilang, karena kamu nggak punya anak, semua hartamu nanti akan diwariskan ke anak ini juga ...."

Aku tak bisa menahan diri dan tertawa sinis. Sekeluarga ini benar-benar pintar sekali membuat perhitungan. Meski amarahku sudah membuncah di dada, aku tetap tidak menunjukkannya. Aku tahu, saat ini bukan waktu yang tepat.

Nabila bertanya padaku apa yang harus dilakukan selanjutnya. Aku hanya tersenyum dan berkata agar semuanya berjalan seperti biasa.

Dia membawakan makan siangku. Setelah makan, aku duduk di jendela kamar dan menatap ke bawah. Dari atas, kulihat Derrick sedang membawa Syifa keluar rumah.

Kenangan pun datang menghantam. Lima tahun lalu, di siang hari seperti ini, aku pulang ke rumah orang tuaku sambil menangis dan memohon agar mereka mengizinkanku menikah dengan Derrick.

Padahal, waktu itu orangtuaku sudah punya pilihan sendiri untuk calon menantu. Mereka menginginkan aku menikah dengan anak semata wayang Keluarga Hamdani, yaitu Nixon.

Keluarga Hamdani adalah salah satu yang paling berpengaruh di Kota Jeremo. Aku dan Nixon sudah bertetangga sejak kecil, orangtuaku sangat menyukainya. Bahkan mereka sering mengundang Nixon makan bersama di rumah.

Namun, aku tidak pernah punya perasaan apa pun terhadap Nixon. Sejak mengenal Derrick, seluruh hatiku hanya tertuju padanya. Tentu saja aku menolak perjodohan dengan Keluarga Hamdani.

Aku sering mengatakan pada orangtuaku bahwa pernikahan generasi kami seharusnya ditentukan oleh kami sendiri. Lagi pula, Nixon pasti juga tidak menyukaiku.

Namun, orangtuaku bersikeras bahwa kalau memang tidak ada perasaan, Nixon tidak mungkin begitu sering menjemputku sepulang bermain dan mengantarku pulang ke rumah.

Akan tetapi waktu itu, aku sama sekali tidak peduli apakah Nixon menyukaiku atau tidak.

Pertama kali aku bertemu dengan Derrick adalah saat hari pertama kuliah, tepatnya di acara rekrutmen anggota BEM. Kami nyaris bersamaan mengambil formulir pendaftaran.

Saat itu, dia sangat sopan dan berkata, "Maaf," sambil menyerahkan formulir itu padaku dengan ramah.

Hari itu dia mengenakan setelan olahraga abu-abu, penampilannya tampak bersih dan segar dengan sorot mata yang jernih. Posturnya tinggi dan senyumnya begitu cerah seperti sinar matahari.

Tangannya juga sangat bagus. Sebagai orang yang punya kelemahan pada tangan yang indah, aku langsung tak kuasa terpikat padanya. Pertemuan yang mendadak itu membuatku secara spontan menghafal nomor ponselnya.

Setelah berpisah, aku menambahkan kontaknya. Begitu aku menyebutkan namaku, dia langsung menjawab tanpa ragu, "Putri Keluarga Sanjaya, sudah lama aku dengar namamu."

Sejak hari itu, tanpa sadar aku sering berharap bisa "kebetulan" bertemu dengannya di jalan. Bahkan, aku berjuang mati-matian untuk masuk BEM demi bisa lebih dekat dengannya.

Cinta pada pandangan pertama membuatku rela mengikutinya ke mana pun.

Setelah menikah, Derrick mengusulkan diri untuk membantuku mengelola perusahaan, agar aku bisa menjadi ibu rumah tangga yang santai.

Aku tidak menolak. Bagiku, suami istri seharusnya sehati. Apalagi, latar belakang keluarga Derrick sebenarnya sangat sederhana. Kupikir, kalau dia ingin meniti karier dan membuktikan diri, sudah sepatutnya aku mendukungnya.

Orangtuaku dan sahabat-sahabatku sempat memperingatkanku agar mempertimbangkannya dengan matang.

Sejak sebelum menikah, orangtuaku sudah bilang bahwa Derrick menikahiku bukan hanya karena cinta, tapi juga karena tertarik pada status Keluarga Sanjaya di belakangku.

Namun, aku menjawab bahwa aku tidak peduli pada semua itu. Asal dia benar-benar mencintaiku, itu sudah cukup.

Setelah menikah denganku, orangtua Derrick langsung menjalani kehidupan yang nyaman. Mereka berhenti bekerja di pabrik, lalu hidup dari uang bulanan yang ditransfer Derrick setiap bulan.

Bahkan mereka mulai membanggakan ke mana-mana bahwa sekarang Derrick adalah seorang bos besar. Akibatnya, banyak kerabat dari keluarga Derrick mulai berdatangan untuk meminta bantuan. Kehidupan mereka juga sangat nyaman dan sejahtera.

Beberapa kerabat dari keluarga Derrick bahkan sampai menyerahkan urusan jodoh anak-anak mereka padanya, berharap dia bisa mencarikan pasangan dari kalangan terpandang di Kota Jeremo.

Menghadapi situasi seperti ini dari pihak keluarga Derrick, aku sama sekali tidak merasa resah. Aku berpikir, 'Lagi pula aku berasal dari keluarga berada, membantu mereka sedikit nggak akan membuatku rugi.'

Tanpa sepengetahuan Derrick, malam sebelum pertunanganku, Nixon pernah datang menemuiku dan memberiku sebuah kontrak peralihan saham.

Nixon bilang, dia berharap aku mau menandatanganinya. Jika suatu hari pernikahanku tidak bahagia, dia ingin aku punya cukup kekuatan untuk berbalik dan meninggalkan Derrick.

Waktu itu, dia mengepalkan tangannya dengan serius dan berkata, "Di belakangmu bukan hanya Keluarga Sanjaya, tapi juga ada aku. Kalau suatu hari dia menyakitimu, aku nggak akan membiarkannya hidup tenang."

Aku malah mentertawakannya dan bilang dia terlalu berlebihan. Sejak kecil aku percaya bahwa instingku dalam menilai orang tidak akan salah. Aku percaya Derrick tidak akan mengecewakanku.

Namun, mengingat semua itu sekarang, semua peringatan dari orangtuaku dan sahabat-sahabatku ternyata benar. Sayangnya, saat itu aku sedang dimabuk cinta, hingga tidak mau mendengarkan siapa pun.

Setelah menikah, meski aku selalu berusaha menuruti semua keinginannya, Derrick tetap suka mencari-cari kesalahan. Katanya aku tidak pandai mengurus rumah tangga, terlalu emosional, tidak sebaik istri-istri temannya yang anggun dan penurut.

Padahal saat itu aku mencurahkan seluruh perhatianku padanya, bahkan mengubah banyak kebiasaanku demi dia.

Dia suka melihatku menyambutnya di rumah setiap kali pulang kerja, aku pun selalu berusaha ada di rumah saat dia tiba. Aku juga mulai belajar resep-resep masakan baru agar bisa menyajikan hidangan berbeda setiap hari untuknya.

Sahabatku, Michelle, bahkan pernah bilang aku sudah berubah. Seorang putri kaya yang dulunya suka belanja dan foto-foto, kini rela berubah hanya demi seorang pria.

Orang tua Derrick sangat menyukaiku. Setiap kali ada jamuan keluarga, para kerabatnya selalu memujiku sebagai wanita cantik yang berhati baik. Mungkin satu-satunya orang di keluarga itu yang bisa menyebutkan kekuranganku hanyalah Derrick sendiri.

Dulu aku selalu mengira bahwa aku belum cukup baik. Namun sekarang aku sadar, baginya aku hanyalah batu loncatan. Mana mungkin dia bisa menghargaiku jika dalam hatinya tidak pernah ada cinta?
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Lima Tahun yang Tiada Artinya   Bab 27

    Belakangan aku baru tahu, dalam hitungan beberapa hari saja, tak terhitung banyaknya pemasok yang memutus kontrak kerja sama dengan Derrick. Bukan hanya itu, dia juga harus menanggung denda pelanggaran kontrak yang jumlahnya lebih dari puluhan miliar.Seumur hidup pun, dia tak akan mampu melunasinya!Semua aset yang bisa dilepaskan untuk membayar sudah Derrick lepaskan. Namun, seberapa banyak yang dia punya untuk dijual?Dalam waktu singkat, Derrick yang dulunya angkuh berubah menjadi pengusaha bangkrut yang dihina dan diusir semua orang.Dalam keterpurukan di dunia bisnis, Derrick masih menyimpan secercah harapan. Dia berkeliling ke hampir semua rumah sakit besar di seluruh provinsi untuk memeriksakan kesehatannya.Namun tanpa terkecuali, jawaban yang didapat selalu sama. Di saat itu, keangkuhan Derrick pun benar-benar runtuh.Sementara itu, Syifa diam-diam pergi ke rumah sakit untuk menggugurkan kandungannya. Dia bahkan tak mengirim kabar apa pun kepada Derrick, menghilang begitu saj

  • Lima Tahun yang Tiada Artinya   Bab 26

    Meskipun sudah bertahun-tahun sejak aku lulus, untungnya selama ini aku tidak pernah meninggalkan hobiku, jadi aku masih bisa mengikuti pelajaran dengan baik.Bagaimanapun, belajar bagiku jauh lebih mudah dibandingkan melepaskan diri dari Keluarga Kinarto. Walaupun aku tidak berada di dalam negeri, dengan sedikit membayangkan saja aku sudah bisa menebak betapa buruknya situasi yang terjadi di sana.Hanya saja, semua masalah itu dibereskan sendirian oleh Nixon, sehingga tak sampai berdampak padaku.Setiap kali aku punya waktu luang, aku akan merenung. Sebenarnya apa hubunganku dengan Nixon? Keluarga? Persahabatan? Atau cinta?Pada akhirnya, aku menyadari jawabannya. Kalau di antara kami benar-benar ada cinta, aku tidak mungkin punya pertanyaan seperti ini.Suatu hari setelah kelas selesai, seperti biasa aku berjalan santai di jalan menuju asrama yang indah karena dipenuhi lukisan cat minyak.Tiba-tiba, ponselku berdering. Sebuah nomor dari dalam negeri yang tidak pernah kulihat.Sejak p

  • Lima Tahun yang Tiada Artinya   Bab 25

    Setelah semua urusan selesai, Nixon membawaku ke luar negeri. Tentu saja, bukan untuk liburan.Nixon bilang, aku yang sejak dulu ingin melanjutkan pendidikan di bidang seni dan dia bisa membantu. Dia tahu sejak kecil aku suka menggambar dan punya bakat besar dalam desain. Hanya saja demi Derrick, aku mengorbankan impian seniku.Lagi pula, aku adalah anak tunggal di keluarga. Sejak kecil, aku mendapat amanat untuk belajar bisnis agar bisa mewarisi usaha keluarga. Beberapa tahun belakangan setelah Derrick mengambil alih perusahaan, aku pernah beberapa kali mengutarakan keinginanku untuk melanjutkan studi seni, tetapi selalu ditolak olehnya.Derrick bahkan merasa aku terlalu kekanak-kanakan, bilang aku ini seperti orang kaya yang manja dan di usia segini seharusnya lebih realistis, bukan mempelajari hal-hal "tidak berguna" seperti itu. Aku menghormati pendapatnya, jadi keinginanku itu pun tertunda terus.Sekarang, urusan Derrick sudah selesai dan aku juga mulai sadar akan beberapa hal. Ma

  • Lima Tahun yang Tiada Artinya   Bab 24

    "Pria ini adalah selingkuhan yang dibawa Olivia! Ini buktinya dia selingkuh! Selingkuhannya sampai datang ke rumah. Sekarang kalian semua bisa lihat sendiri betapa kotornya perempuan ini, 'kan?" Melihat Nixon datang, bukannya takut, Syifa malah semakin arogan dan berteriak.Dia tahu, meskipun Nixon bertubuh kuat, dia sangat gentleman dan tidak akan mungkin memukul seorang wanita hamil seperti dirinya. Lidah bisa lebih mematikan daripada tangan. Selama dia terus bersikap galak, di depan banyak orang seperti ini, tak seorang pun bisa berbuat apa pun padanya.Seperti yang Syifa duga, kata-katanya yang tajam dan provokatif itu sekali lagi memancing rasa ingin tahu para tetangga yang suka bergosip. Mereka semua melirik Nixon sambil menggeleng. Suasana aneh mulai menyebar di antara kerumunan."Syifa, di depan vila ini ada CCTV yang merekam video dan suara. Kamu tahu nggak, fitnah seperti ini bisa bikin kamu kena masalah besar? Sekarang juga aku bisa lapor polisi buat nangkap kamu!" Di bawah

  • Lima Tahun yang Tiada Artinya   Bab 23

    Sampai sekarang, Derrick belum tahu siapa sebenarnya pria yang berdiri di sampingku. Namun, dia sangat paham bahwa tanpa mengandalkan pria di sisiku, hanya dengan kekuatan Keluarga Sanjaya di kota ini saja, sudah cukup membuat dirinya kewalahan.Hari itu, aku mengantar Derrick dan keluarganya yang menangis tersedu-sedu keluar dari vila yang memang milikku.Aku menghubungi pihak pengelola. Mulai sekarang, ketiga orang itu masuk daftar hitam tamu rumahku. Aku tidak ingin melihat satu pun dari mereka muncul lagi di depan pintu rumahku.Namun, yang tak pernah kusangka adalah hanya karena sedikit kelalaian, aku kembali mendapat masalah yang lumayan merepotkan.Pagi-pagi, aku mendengar keributan lagi dari luar pintu. Awalnya aku mengira itu tetangga yang sedang pindahan atau semacamnya, jadi aku tidak terlalu memperhatikan.Namun, kemudian aku mendengar sepertinya ada suara-suara yang sedang membicarakan tentang diriku. Aku sedikit mengernyit.Saat melangkah keluar dari vila, aku melihat Syi

  • Lima Tahun yang Tiada Artinya   Bab 22

    "Yang ... kamu bilang semua ini ... benar?" Bahkan sampai sekarang, Derrick masih sulit percaya pada kata-kata Nixon."Sekarang teknologi sudah begitu maju, cukup ambil sedikit air ketuban sudah bisa melakukan tes DNA, nggak perlu menunggu sampai anak lahir." Nixon menatap Derrick dengan senyuman seperti sedang melihat badut.Kemudian, dia meneruskan dengan dingin, "Kalau Syifa begitu yakin anak dalam kandungannya itu anakmu, demi membuktikan ucapannya, seharusnya dia mau melakukan tes DNA, 'kan?""Bukan cuma DNA, kamu juga bisa langsung pergi ke rumah sakit untuk memeriksa spermamu. Siapa tahu benar-benar terjadi keajaiban, azoospermia-mu sembuh!" Aku ikut mendukung perkataan Nixon, menatap Derrick dengan senyuman penuh dorongan."Syifa, kamu mau ikut aku buat tes DNA nggak?" Saat itu, Derrick seperti menemukan pegangan hidup. Dia merangkak mendekati Syifa, memandangnya penuh harap."Kamu ... kamu ... kamu begitu nggak percaya sama aku? Apa di matamu aku begitu nggak berharga? Aku ...

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status