Share

Bab 3

Author: Tanzahra
Begitulah, sama sekali tidak ada yang menanyakan pendapatku, mereka langsung menempatkan Syifa di rumahku.

Malamnya, Syifa sendiri mengetuk pintu memanggilku makan. Setelah aku menolak tiga kali, dia malah mulai menangis manja di luar pintu.

Tangisannya makin lama makin keras, sampai menarik Derrick datang. Dia langsung berkata sambil memanfaatkan situasi, "Kak Olivia sepertinya sangat nggak suka padaku. Aku sudah mengajaknya makan, tapi dia malah memarahiku."

Dengan wajah penuh kekesalan, aku membuka pintu, menatap Syifa yang menangis dengan ekspresi penuh kesedihan.

Derrick maju dengan wajah penuh rasa kasihan. Dia menggenggam lengan Syifa dan menenangkan, "Jangan nangis, serahkan saja kepadaku."

Syifa lalu mengeluarkan sebuah tusuk konde dari sakunya dan menyerahkannya padaku. "Kak Olivia, ini aku buat sendiri. Terimalah, mulai sekarang kita bisa berhubungan baik ya?"

Belum sempat kata-katanya selesai, aku langsung menyela, "Jangan mimpi. Akting pura-pura baik ini mau kamu tunjukkan ke siapa?"

Begitu aku selesai berbicara, Syifa melemparkan diri ke pelukan Derrick dengan ekspresi sedih.

Derrick marah dan langsung menamparku. "Olivia, aku sudah mengingatkanmu, Syifa itu sedang hamil. Dia harus menjaga emosinya tetap stabil. Kamu ini kejam sekali, mau bikin dia mati karena marah atau gimana?"

Ekspresinya terlihat seperti sedang memandang seorang penjahat besar. Tamparan itu pun menghancurkan sisa-sisa hubungan terakhir di antara kami.

Aku menatap pasangan berengsek di depanku, lalu melangkah maju dan membalas dengan dua tamparan keras di wajah Derrick.

Hampir seluruh tenagaku kukerahkan, pipi Derrick langsung memerah dan membengkak. Wajahnya pun penuh keterkejutan. "Olivia, kamu gila? Berani-beraninya menamparku!"

Aku menatap tanganku yang memerah, lalu terkekeh-kekeh. "Jelas-jelas kamu yang mulai duluan, kok malah marah-marah? Aku ini Nona Besar Keluarga Sanjaya, kamu kira kamu bisa seenaknya menindasku?"

Ibu Derrick mendengar keributan dan segera datang menengahi. "Olivia, Derrick itu cuma terbawa emosi sesaat, jangan kamu ambil hati."

Melihat wajahku tetap dingin tanpa sedikit pun melunak, dia buru-buru menarik lengan baju Derrick, terus-menerus memberi isyarat dengan matanya.

Ini memang pertama kalinya Derrick menamparku, aku bisa melihat dia juga agak tegang. Namun, mungkin karena ada Syifa atau mungkin karena harga diri, Derrick malah memalingkan wajah dan tidak mau meminta maaf.

"Derrick!" Ibu Derrick membentak keras. Dia tahu kalau kami terus bertahan seperti ini, yang rugi pasti Derrick.

"Memang tadi aku terlalu emosional. Tapi kalau kamu mau ikut Syifa makan malam sejak awal, semua ini nggak akan terjadi."

Kalimatnya sama sekali bukan permintaan maaf. Setiap kata justru menyalahkanku karena dianggap tidak dewasa. Hati ini seperti jatuh ke dasar jurang, aku bahkan tidak turun makan malam.

Semalam penuh aku tidak berinteraksi lagi dengan keluarga mereka, hanya Nabila yang merasa kasihan padaku dan mengantarkan makan malam ke kamarku.

Keesokan harinya aku tidur sampai siang. Saat melihat mereka sedang bersiap makan siang, aku langsung keluar rumah tanpa menoleh.

Asisten perusahaan memberitahuku, entah dari mana orang-orang mendapat kabar bahwa Derrick membawa pulang seorang wanita hamil setelah pulang dari dinas setengah tahun. Kantor pun mulai dipenuhi gosip tentangku.

Baru keluar rumah setengah jam, Derrick sudah mengirim pesan, memintaku membelikan dua kotak sarang burung untuk Syifa saat aku pulang.

Dia bahkan menambahkan supaya aku membelikan Syifa perhiasan sebagai hadiah untuk menebus kesalahanku kemarin. Nada memerintahnya membuatku ingin tertawa.

Aku hanya membalas dengan tidak acuh.

[ Kalau mau makan, kamu urus saja sendiri. ]

Begitu pesan itu terkirim, Nabila memberitahuku bahwa Syifa langsung mengambil semua suplemen kesehatan yang baru saja dikirim ibuku, dengan alasan itu baik untuk janin di kandungannya.

Aku pun bertanya, "Mereka bilang apa?"

Nabila menjawab dengan kesal, "Mereka senangnya bukan main. Katanya kalau wanita itu mau apa pun, silakan minta saja."

Ibuku mengirimkan suplemen khusus untukku setiap tiga bulan, supaya aku lebih memperhatikan kesehatan. Tak kusangka, niat baik ibuku malah dimanfaatkan mereka.

Bahkan ibu Derrick yang biasanya tahu batas pun membiarkannya, jadi aku tak perlu lagi menjaga harga diri mereka. Kalau mereka memperlakukanku seperti ini, kenapa aku harus menjaga harga diri mereka?

Aku langsung pergi ke kantor, mengadakan rapat tingkat tinggi, memeriksa perkembangan terbaru perusahaan, lalu menyusun ulang rencana kerja dan mengumumkannya ke seluruh karyawan.

"Mulai hari ini, aku akan kembali ke Grup Sanjaya. Untuk Derrick, dia nggak boleh lagi menginjakkan kaki di Grup Sanjaya!"
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Lima Tahun yang Tiada Artinya   Bab 27

    Belakangan aku baru tahu, dalam hitungan beberapa hari saja, tak terhitung banyaknya pemasok yang memutus kontrak kerja sama dengan Derrick. Bukan hanya itu, dia juga harus menanggung denda pelanggaran kontrak yang jumlahnya lebih dari puluhan miliar.Seumur hidup pun, dia tak akan mampu melunasinya!Semua aset yang bisa dilepaskan untuk membayar sudah Derrick lepaskan. Namun, seberapa banyak yang dia punya untuk dijual?Dalam waktu singkat, Derrick yang dulunya angkuh berubah menjadi pengusaha bangkrut yang dihina dan diusir semua orang.Dalam keterpurukan di dunia bisnis, Derrick masih menyimpan secercah harapan. Dia berkeliling ke hampir semua rumah sakit besar di seluruh provinsi untuk memeriksakan kesehatannya.Namun tanpa terkecuali, jawaban yang didapat selalu sama. Di saat itu, keangkuhan Derrick pun benar-benar runtuh.Sementara itu, Syifa diam-diam pergi ke rumah sakit untuk menggugurkan kandungannya. Dia bahkan tak mengirim kabar apa pun kepada Derrick, menghilang begitu saj

  • Lima Tahun yang Tiada Artinya   Bab 26

    Meskipun sudah bertahun-tahun sejak aku lulus, untungnya selama ini aku tidak pernah meninggalkan hobiku, jadi aku masih bisa mengikuti pelajaran dengan baik.Bagaimanapun, belajar bagiku jauh lebih mudah dibandingkan melepaskan diri dari Keluarga Kinarto. Walaupun aku tidak berada di dalam negeri, dengan sedikit membayangkan saja aku sudah bisa menebak betapa buruknya situasi yang terjadi di sana.Hanya saja, semua masalah itu dibereskan sendirian oleh Nixon, sehingga tak sampai berdampak padaku.Setiap kali aku punya waktu luang, aku akan merenung. Sebenarnya apa hubunganku dengan Nixon? Keluarga? Persahabatan? Atau cinta?Pada akhirnya, aku menyadari jawabannya. Kalau di antara kami benar-benar ada cinta, aku tidak mungkin punya pertanyaan seperti ini.Suatu hari setelah kelas selesai, seperti biasa aku berjalan santai di jalan menuju asrama yang indah karena dipenuhi lukisan cat minyak.Tiba-tiba, ponselku berdering. Sebuah nomor dari dalam negeri yang tidak pernah kulihat.Sejak p

  • Lima Tahun yang Tiada Artinya   Bab 25

    Setelah semua urusan selesai, Nixon membawaku ke luar negeri. Tentu saja, bukan untuk liburan.Nixon bilang, aku yang sejak dulu ingin melanjutkan pendidikan di bidang seni dan dia bisa membantu. Dia tahu sejak kecil aku suka menggambar dan punya bakat besar dalam desain. Hanya saja demi Derrick, aku mengorbankan impian seniku.Lagi pula, aku adalah anak tunggal di keluarga. Sejak kecil, aku mendapat amanat untuk belajar bisnis agar bisa mewarisi usaha keluarga. Beberapa tahun belakangan setelah Derrick mengambil alih perusahaan, aku pernah beberapa kali mengutarakan keinginanku untuk melanjutkan studi seni, tetapi selalu ditolak olehnya.Derrick bahkan merasa aku terlalu kekanak-kanakan, bilang aku ini seperti orang kaya yang manja dan di usia segini seharusnya lebih realistis, bukan mempelajari hal-hal "tidak berguna" seperti itu. Aku menghormati pendapatnya, jadi keinginanku itu pun tertunda terus.Sekarang, urusan Derrick sudah selesai dan aku juga mulai sadar akan beberapa hal. Ma

  • Lima Tahun yang Tiada Artinya   Bab 24

    "Pria ini adalah selingkuhan yang dibawa Olivia! Ini buktinya dia selingkuh! Selingkuhannya sampai datang ke rumah. Sekarang kalian semua bisa lihat sendiri betapa kotornya perempuan ini, 'kan?" Melihat Nixon datang, bukannya takut, Syifa malah semakin arogan dan berteriak.Dia tahu, meskipun Nixon bertubuh kuat, dia sangat gentleman dan tidak akan mungkin memukul seorang wanita hamil seperti dirinya. Lidah bisa lebih mematikan daripada tangan. Selama dia terus bersikap galak, di depan banyak orang seperti ini, tak seorang pun bisa berbuat apa pun padanya.Seperti yang Syifa duga, kata-katanya yang tajam dan provokatif itu sekali lagi memancing rasa ingin tahu para tetangga yang suka bergosip. Mereka semua melirik Nixon sambil menggeleng. Suasana aneh mulai menyebar di antara kerumunan."Syifa, di depan vila ini ada CCTV yang merekam video dan suara. Kamu tahu nggak, fitnah seperti ini bisa bikin kamu kena masalah besar? Sekarang juga aku bisa lapor polisi buat nangkap kamu!" Di bawah

  • Lima Tahun yang Tiada Artinya   Bab 23

    Sampai sekarang, Derrick belum tahu siapa sebenarnya pria yang berdiri di sampingku. Namun, dia sangat paham bahwa tanpa mengandalkan pria di sisiku, hanya dengan kekuatan Keluarga Sanjaya di kota ini saja, sudah cukup membuat dirinya kewalahan.Hari itu, aku mengantar Derrick dan keluarganya yang menangis tersedu-sedu keluar dari vila yang memang milikku.Aku menghubungi pihak pengelola. Mulai sekarang, ketiga orang itu masuk daftar hitam tamu rumahku. Aku tidak ingin melihat satu pun dari mereka muncul lagi di depan pintu rumahku.Namun, yang tak pernah kusangka adalah hanya karena sedikit kelalaian, aku kembali mendapat masalah yang lumayan merepotkan.Pagi-pagi, aku mendengar keributan lagi dari luar pintu. Awalnya aku mengira itu tetangga yang sedang pindahan atau semacamnya, jadi aku tidak terlalu memperhatikan.Namun, kemudian aku mendengar sepertinya ada suara-suara yang sedang membicarakan tentang diriku. Aku sedikit mengernyit.Saat melangkah keluar dari vila, aku melihat Syi

  • Lima Tahun yang Tiada Artinya   Bab 22

    "Yang ... kamu bilang semua ini ... benar?" Bahkan sampai sekarang, Derrick masih sulit percaya pada kata-kata Nixon."Sekarang teknologi sudah begitu maju, cukup ambil sedikit air ketuban sudah bisa melakukan tes DNA, nggak perlu menunggu sampai anak lahir." Nixon menatap Derrick dengan senyuman seperti sedang melihat badut.Kemudian, dia meneruskan dengan dingin, "Kalau Syifa begitu yakin anak dalam kandungannya itu anakmu, demi membuktikan ucapannya, seharusnya dia mau melakukan tes DNA, 'kan?""Bukan cuma DNA, kamu juga bisa langsung pergi ke rumah sakit untuk memeriksa spermamu. Siapa tahu benar-benar terjadi keajaiban, azoospermia-mu sembuh!" Aku ikut mendukung perkataan Nixon, menatap Derrick dengan senyuman penuh dorongan."Syifa, kamu mau ikut aku buat tes DNA nggak?" Saat itu, Derrick seperti menemukan pegangan hidup. Dia merangkak mendekati Syifa, memandangnya penuh harap."Kamu ... kamu ... kamu begitu nggak percaya sama aku? Apa di matamu aku begitu nggak berharga? Aku ...

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status