“Dari awal aku sudah menduga, kehadiranku tidak diinginkan,” batin Aizar saat kembali ke ruang keluarga. Ia duduk menyendiri di depan TV menonton program musik walaupun tidak bisa menghiburnya. “Aizar, pergilah makan? Semua orang sudah makan, tinggal kamu saja yang belum,” ucap Cempaka saat datang menghampirinya. “Aku belum ingin makan, Mah, nanti kalau sudah lapar aku ambil sendiri,” balas Aizar sambil menoleh ke arah mamanya.“Jangan telat makan ya, Nak, nanti sakit seperti adikmu,” tambah Cempaka, lalu ia bermaksud pergi melihat Debby di kamarnya, tapi Aizar menolak saat diajak menemui adiknya dengan alasan barus saja menemuinya.Sejurus Cempaka pergi, anggota keluarga yang lain datang memenuhi ruang keluarga.“Rupanya di sini boss besar kita,” ucap Dharma menyindir Aizar.“I-iya, Om… aku barusan habis menemani Debby di kamarnya, sekarang gantian Mama yang menemaninya,” jawab Aizar beralasan.“Sayang juga kamu dengan adikmu ya…? ya memang harus begitu. Sebagai keluarga besar kita
Sesampainya di rumah pada sore hari, Aizar mendapati Debby sudah pulang dari rumah sakit, “Aku ingin melihat, Debby, Mah,” ucapnya pada Cempaka yang sedang duduk menghilangkan lelahnya di ruang keluarga.“Jangan diganggu, dia sedang istirahat,” tiba-tiba Nek Ariy datang melarang Aizar. “I-iya, Nek…,” ucap Aizar sambil mengangguk, lalu dengan lesu ia duduk di samping mamanya.“Oh iya, aku dengar kamu sudah diangkat jadi Presdir menggantikan kakekmu selama liburan? Memangnya kamu siap?” tanya Nek Ariy sambil memandang ke arah Aizar dengan ekor matanya.“I-iya, Nek… aku akan berusaha…”“Kalau kamu keberatan tinggal bilang saja, tidak perlu memaksakan diri,” ujar Nek Ariy memotong ucapan Aizar.“Aizar pasti siap, Mih… lagipula nanti dibantu Sony dan direksi lainnya. Hitung-hitung latihan ya, Aizar? Biar Aizar bisa lebih paham tugas-tugas seorang pimpinan perusahaan itu seperti apa. Pada saatnya nanti, Aizar akan lebih siap ketika benar-benar diserahkan jabatan sebagai seorang Presdir yan
“Aku hanyalah anak muda yang dibesarkan di dusun terpencil di pedalaman. Tempat tinggalku dikelilingi belantara hutan ulin, hewan-hewan liar adalah teman mainku sehari-hari. Aku berdiri di sini, sekarang ini, bukanlah karena kehebatanku, tapi karena kerja keras dan perjuangan tak kenal lelah dari Kek Prambudi yang merintis Shine Group dari nol hingga kini menjadi salah satu produsen elektronik ternama di tanah air. Dengan demikian, aku tidak akan pernah lupa, tanpa Kek Pram aku hanyalah seorang anak dusun yang tiada siapa pun memandangnya. Jadi, aku berjanji akan menjaga apa yang sudah diamanatkan beliau. Aku akan bertekad meneruskan apa saja yang sudah dirintis beliau dan membuat Shine Group lebih sukses dan lebih maju lagi!” ucap Aizar dengan penuh semangat menyampaikan ucapannya setelah ditunjuk menjadi seorang Presdir di depan peserta rapat. Tepuk tangan seketika terdengar mewarnai seisi ruangan, “Hidup Pak Aizar! Hidup Pak Pram!” ujar beberapa orang direksi mengelu-elukan Aizar d
Bagi Adirah, pria bertubuh tegap dan gagah seperti Aizar adalah pria idamannya. Saat pertama kali bertemu, ia langsung jatuh hati. Namun, saat ini semua keinginan itu hanya dalam angan-angannya. Ia tak bisa berharap banyak pada Aizar, karena dia adalah seorang boss yang harus dilayani dan dihormati. “Yang penting Pak Boss senang, itu saja sudah cukup bagiku,” batin Adirah yang selalu curi-curi pandang untuk menikmati wajah Aizar setiap berdekatan dengannya.“Kenapa, Dirah?” tanya Aizar tiba-tiba menengok ke arah Adirah di depan meja kerjanya.“T-tidak apa-apa, Pak…” jawab Dirah gugup, lalu mengalihkan pandangannya ke layar komputer.“Sudah disusun semua laporannya?” tanya Aizar memastikan.“Sedikit lagi, Pa,” jawab Adirah.“Kalau sudah selesai langsung print saja ya. Aku mau ke balkon sebentar, menikmati udara pagi yang segar agar pikiranku lebih tenang saat rapat nanti,” jelas Aizar lalu berjalan keluar ruangan menuju taman di samping ruang kerjanya.“Duh, gagahnya Pak Boss-ku…” guma
Sambil memejamkan mata, tubuh Aizar mulai bergerak maju mundur di depan wajah Selina. Dalam situasi seperti itu, ia sudah tak memikirkan apa-apa, selain menuruti hasrat manusiawi yang haus dalam mereguk kenikmatan. Selina pun melakukannya dengan sepenuh hati semata-mata ingin membuat lelaki di depannya itu bahagia, sebagai balasan dan tanda terima kasih atas kebaikan hatinya.“Biar aku saja yang bersihkan,” ucap Selina saat Aizar telah mengeluarkan sari pati tubuhnya. “Terima kasih, Sel…” balas Aizar membiarkan Selina mengelap bagian bawahnya dengan tisu. Ia berdiri memperhatikan sambil mengelap keringat di dahinya.“Apa kamu mau duduk dulu atau…” ucap Selina setelah berdiri berhadapan Aizar.“Lebih baik aku pulang sekarang, Sel, besok pagi aku ada meeting,” jawab Aizar sambil menutup resleting celananya. “Terima kasih ya, Sel…” ucapnya sebelum keluar dari kamar Selina. Saat keluar dari dalam gang tempat tinggal Selina, tanpa Aizar sadari seseorang dari dalam mobil berwarna hitam be
Saat melewati kawasan pabrik Aiwa, Aizar teringat Selina. Keberhasilannya mengungkap penyelewengan prototype yang dilakukan Purnama, tidak lepas dari bantuan gadis itu. Detik itu, Aizar bermaksud untuk menemuinya. Amplop berisi uang pun sudah disiapkannya sebagai bentuk terima kasih atas pertolongannya. Namun, ia sedikit ragu karena tegangan dalam dirinya masih tinggi gara-gara digoda oleh wanita berdada besar di cafe. “Gimana, yah?” pikir Aizar gusar. “Masak aku tidak bisa menahan diri?” Aizar menyayangi Selina sebagai teman baik yang pernah menolongnya saat ia kesusahan, kini saatnya ia membalas kebaikannya itu, dan ia tak ingin dianggap mengambil kesempatan pada gadis itu. Aizar pun memutuskan untuk menemui Selina, ia memberhentikan mobilnya, lalu memarkir mobil sedannya itu di depan gang, lalu berjalan kaki menuju rumah sewa Selina yang dulu pernah dijadikan tempatnya menumpang sebelum ia bertemu keluarganya.Di rumah kontrakan itu ada tiga kamar terpisah. Suasana di sana sud