“Hei, Ren... sudah lama kamu sampai?” sapa Debby pada gadis itu.“Lumayan, sudah 15 menitan,” jawab gadis yang rambutnya diberi hair light pirang itu.“Ini kenalin kakakku,” ucap Debby memperkenalkan Aizar padanya.Aizar pun menyalami gadis itu sambil memperkenalkan namanya, demikian pula gadis itu menyebutkan kalau namanya Irene, teman kuliah Debby.“Kok kamu baru cerita kalau punya kakak ganteng, Deb?” ujar Irene saat mereka sudah duduk bersama.“Iya, dia baru pulang dari tugasnya setelah belasan tahun,” jawab Debby sekenanya.“Lho, emang Kak Aizar kerja di mana? Kok lama banget baru pulang?” tanya Irene merasa heran.“Aku sebenarnya...” ucap Aizar terhenti.“Dia bekerja di kehutanan, jauh di pelosok...” potong Debby menjelaskan. Aizar hanya mengangguk mengiyakan ucapan adiknya karena tidak tahu harus menjawab apa.“Berarti sekarang Kakak tinggal di sini, kan? Nggak pergi lagi ke tempat kerjanya?” tanya Irene.Aizar pun mengiyakan kembali pertanyaan gadis di depannya yang makin la
Cempaka merasa gembira melihat Aizar mulai bisa mengambil hati adiknya dalam waku singkat, padahal Debby memiliki watak keras yang tidak mudah didekati orang baru. Ia semakin yakin kehadiran Aizar akan membawa kebahagiaan dalam keluarganya.“Kalian berdua akan pergi kemana, sih, kok Mama nggak diajak?” tanya Cempaka melihat Aizar dan Debby sudah siap-siap untuk keluar rumah.“Kemarin aku sudah keluar sama Mama, sekarang giliran aku keluar sama Debby, aku mau minta ditraktir makan dan belanja sama dia, Mah,” jawab Aizar beralasan.“Enak aja... kamu yang ngajak aku jalan, berarti kamu yang bayarin aku,” bantah Debby sambil memasang wajah cemberut.“Iya, tenang saja... aku yang traktir,” balas Aizar.“Memangnya kamu punya duit, Nak?” tanya Cempaka coba memastikan.“Hari ini kan aku menemani kakek meeting ke pusat kota, Mah, jadi Kakek memberiku uang,”jelas Aizar beralasan.“Tidak heran namanya juga cucu kesayangan, baru mengantar meeting saja sudah dapat bayaran,” ujar Debby menyindir Ai
“Dimana kamu belajar menjadi pawang burung?” tanya Furi merasa penasaran pada kemampuan Aizar.“Kan sudah aku bilang, aku bukan pawang burung, tapi aku berteman dengan burung-burung,” jelas Aizar sambil tersenyum.“Kamu pikir kamu Tarzan bisa berteman denga hewan? Ada-ada saja sih alasanmu,” ujar Furi tidak mempercayai ucapan Aizar.Belum sempat Aizar memberi penjelasan, tiba-tiba seorang mekanik mobil dari bengkel datang untuk memperbaiki mobil Furi yang mogok. Keduanya pun segera menghampiri lelaki itu, lalu Furi menjelaskan masalah kampas kopling mobilnya yang bermasalah.“Baik, Bu, saya akan menggantinya dengan yang baru,” ucap lelaki itu yang sudah membawa semua peralatan di dalam mobil yang dibawanya.“Lama tidak, Pak?” tanya Furi coba memastikan.“Kurang lebih butuh waktu 1 jam,” jelas si mekanik itu.Menyadari hal itu, Aizar pun berinisiatif mengajak Furi untuk menunggu di sebuah kedai makan yang tampak ada di seberang jalan. “Aku mau saja, tapi... aku tidak biasa nyeberang j
Aizar menghampiri Kakek Pram yang sedang berdiri di luar mobil bersama Tante Mirna dan Furi.“Sudah bangun kamu, Nak? capek sekali sepertinya, sampai tertidur pulas,” ucap Kek Pram saat Aizar mendekat.“Iya, Kek, mungkin karena kebanyakan makan saat di hotel jadi aku mengantuk sekali,” jelas Aizar beralasan. “Oh iya, ada apa dengan mobilnya, Tante?” tanya Aizar menyapa Mirna yang berdiri tidak jauh dari Kek Pram.“Ada masalah dengan kampas koplingnya, Nak Aizar, mana Tente buru-buru lagi harus segera ke kantor,” jawab Mirna tampak resah.Mendengar jawaban Tante Mirna, tiba-tiba terbersit ide di pikiran Aizar.“Kakek juga harus cepat sampai ke kantor, kan?” ucap Aizar sambil memberi kode di matanya pada Kek Pram. “Bagaimana kalau Tante Mirna duluan saja dengan Kakek, aku dan Furi menunggu di sini sampai bantuan dari bengkel datang,” ujar Aizar menjalankan rencananya.Mendengar ucapan Aizar, Mirna tampak terkejut sampai mengerutkan kening.“Iya, Bu Mirna... ikut saja dengan mobilku, na
“Iya, Benar, si anak hilang itu sekarang sudah kembali,” jelas Kek Pram sambil tersenyum, sedangkan Mirna terlihat keheranan mengetahui kembalinya Aizar setelah begitu lama menghilang.“Jadi, selama ini sebenarnya kamu berada di mana, Nak Aizar?” tanya Mirna merasa penasaran.“Aku sebenarnya tidak hilang Tante, aku tinggal bersama ayahku di...” jawab Aizar terpotong.“Sebenarnya dia dibawa ke sebuah desa terpencil di pedalaman kabupaten oleh ayahnya. Makanya kini dia kembali lagi menjadi bagian dari keluarga besar Prambudi,” jelas Kek Pram memotong ucapan Aizar.“Oh, jadi begitu ceritanya,” ujar Mirna sambil mengangguk. “Oh iya, Aizar, apa kamu masih ingat sama Furi, dulu dia teman sekolahmu, lho...” tambah Mirna coba memperkenalkan gadis yang sejak tadi berdiri di belakangnya.“Serius, Tante?” tegas Aizar merasa terkejut mengetahui kebetulan itu.“Iya, Nak... aku dan mamamu bersahabat. Dulu kami selalu bertemu di TK Mutiara jika kebetulan menjemput kalian berdua pulang sekolah,” jel
Selesai acara meeting, semua orang dipersilakan untuk menikmati jamuan makan siang yang sudah tersedia di dalam ruangan itu. Aneka makanan tersedia di meja buffet, bebes memilih apa saja yang disukai. Aizar dan Kek Pram pun tampak sudah berbaur memilih makanan yang mereka inginkan.“Kakek mau minum apa, biar aku ambilkan,” ucap Aizar menawari kakeknya yang sudah duduk di meja makan beserta makanan yang telah dipilihnya.“Ambilkan aku jus saja,” ucap Kek Pram. Aizar pun pergi menuju ke meja minuman yang tersedia di bagian pojok ruangan, saat itulah ia melihat si gadis berambut panjang sepunggung itu sedang mengambil minuman di sana. Tentu saja, Aizar tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan itu untuk mendekati.“Ini jus buah ya?” ucap Aizar saat berada di samping gadis itu. Spontan gadis itu menoleh ke arah Aizar yang tiba-tiba berdiri di dekatnya.“Kamu bertanya padaku?” tanya gadis itu menegasi Aizar.“Iya, apa ada orang lain lagi di sini selain kita berdua?” Aizar balas bertanya sambi