Share

Bab 6

last update Last Updated: 2025-07-05 15:45:23

Sentuhan bibir Aizar di leher dan telinga Lastri, membuat wanita itu mendapatkan kembali kehangatan dari seorang lelaki yang telah hilang dari kehidupannya sejak dua tahun lalu. Bahkan tak cukup peluk dan cium, Lastri sudah tidak bisa menahan diri lagi, tangannya mulai bergerak menyentuh bagian bawah Aizar yang masih terbalut celana pendek.

Bukan hanya suara Lastri yang mengeluarkan suara desahan, suara Aizar pun kini mulai terdengar saat tangan Lastri semakin liar.

“Berbaringlah...” detik berikutnya, Lastri bangkit dari duduknya lalu menyuruh Aizar merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur dengan kedua kakinya masih menjuntai di tepi ranjang. 

Aizar pun menuruti keinginan Lastri, terlentang dengan pasrah sambil menyandarkan kepala di kedua telapak tangannya. Saat itu Aizar jadi teringat wanita agresif di dalam mimpinya, persis seperti yang Lastri lakukan saat ini terhadapnya.

Lastri kembali menyerang bagian bawah Aizar yang sejak dilihatnya pertama kali saat Aizar mandi sudah membuat pikirannya tak menentu. Dengan tergesa ia melorot celana pendek Aizar, lalu tanpa mau menunggu lama-lama ia bermaksud mendekatkan wajahnya, tapi tiba-tiba terdengar suara ketukan daun pintu kamar indekos itu...

“Permisi...!” suara seorang lelaki terdengar dari luar. Lastri segera membenarkan pakaiannya yang hampir terlepas, lalu ia buru-buru pergi ke kamar mandi untuk bersembunyi di sana. 

“Iya, sebentar...!” ucap Aizar menjawab panggilan orang itu sambil tergesa mengenakan celana pendeknya yang sudah tergeletak di lantai sambil mengatur napasnya yang masih berdebar-debar.

Krek! Aizar membuka daun pintu, rupanya yang datang lelaki  penjaga indekos yang tadi di temuinya di pintu masuk.

“Ada apa, Pak?” tanya Aizar coba bersikap tenang. 

“Maaf ya, Dik, minta tolong pindahkan mobilnya, karena ada kendaraan lain yang ingin keluar,” ucap lelaki paruh baya itu memberitahu keperluannya.

“Oh, baik Pak... aku akan beritahu bossku untuk segera memindahkan mobilnya. Sekarang dia sedang berada di kamar mandi,” jelas Aizar.

Lalu penjaga indekos pun memberitahu kalau sudah malam pengunjung tidak dibenarkan masih berada di dalam kamar. Kalau siang hari bebas saja, katanya.

Lastri mendengar semua obrolan Aizar dengan penjaga indekos, setelah lelaki itu pergi ia pun keluar dari kamar mandi. Lalu, dengan berat hati ia pamit pada Aizar untuk segera pulang.

Aizar langsung merebahkan tubuh di atas tempat tidur sejurus Lastri pergi. Ia menghela napas sejenak sambil menatap langit-langit kamar yang warna putihnya sudah memudar. Tiba-tiba ia teringat tujuan utamanya pergi ke kota, mencari sang ibu yang sekarang entah berada di mana.

“Aku pasti akan menemuinya pada saatnya nanti, tapi saat ini aku ingin melalui petualangan hidupku yang baru, setelah belasan tahun aku terasing dari dunia luar,” batin Aizar sambil termenung dalam. 

Keesokan hari saat masuk kerja, Aizar tidak melihat Lastri berada di restoran, padahal sudah siang hari. Biasanya pagi-pagi boss wanita itu sudah nongkrong di dalam kantor yang berada satu bangunan di dalam restoran.

“Bu Lastri kemana ya,  Pak, kok belum datang?” tanya Aizar pada Devril yang kebetulan masuk shift pagi.

“Kenapa tanya aku, kamu kan karyawan kesayangannya? Harusnya kamu lebih tahu daripada aku,” timpal Devril. Aizar pun tak ingin berkata apa-apa lagi karena hanya akan menyulut emosinya.

“Aizar, tolong kamu gantikan membuat order makanan, aku dipanggil sama Pak Pongky ke belakang, katanya ada yang mau dibicarakan,” ucap Vira, salah satu pelayan senior, saat Aizar baru sama masuk untuk memulai pekerjaannya.

Walaupun belum lama bekerja, Aizar memiliki keberanian dan rasa percaya diri yang bisa diandalkan. Ia pun langsung bersedia menggantikan posisi Vira di bagian pemesanan makanan. 

Dua orang laki-lagi kemudian datang memesan makanan pada Aizar. Semua lancar-lancar saja dilakukannya dalam melayani pelanggan pertama hari ini. Sampai kedua lelaki itu kembali ke tempat duduk, untuk menunggu pesanan diantar ke meja mereka. 

Dengan cekatan Aizar mengambilkan makanan dan minuman yang dipesan oleh kedua lelaki itu. Semestinya Devril yang mengantarkan makanan yang sudah siap, tapi entah kemana, tiba-tiba lelaki itu menghilang. Aizar pun keluar konter untuk mengantar sendiri, kebetulan juga tidak ada customer lain yang ingin mengorder makanan. Beberapa pelanggan sedang menikmati makanan.

“Selamat menikmati makanannya...” ucap Aizar kepada kedua lelaki itu setelah meletakan pesanan mereka di atas meja, lalu ia berbalik meninggalkan mereka kembali ke konter pemesanan.

Tidak lama kemudian salah satu dari lelaki itu melambaikan tangan memanggil Aizar. Aizar pun bergegas menghampiri meja pelanggan itu. 

“Lihat ini... kamu mau membunuh aku ya...?!” ucap lelaki berjas hitam dan berambut kelimis memarahi Aizar. Rupanya dia menunjukan di dalam makanannya terdapat sebuah paku payung. 

“Dan ini lihat..., kamu suruh aku minum air berisi bangkai cicak? Menjijikan...!” ujar teman si lelaki itu sambil memperlihatkan minuman yang dipesannya pada Aizar. Seperti yang diberitahu lelaki bertubuh gemuk itu, di dalam minuman itu memang terdapan seekor cicak yang sudah mati mengambang di permukaan gelas.

Semua orang yang mendengar pembicaraan Aizar dan kedua lelaki itu serta merta menghentikan makan mereka. Bahkan ada seorang wanita yang tiba-tiba merasa mual ingin memuntahkan makanannya.

“Maaf ya, Pak... tadi sudah aku pastikan baik-baik semua pesanan Bapak, dan benda-benda ini tidak sama sekali,” ucap Aizar coba menjelaskan.

“Lalu dari mana datangnya paku dan cicak ini? Apa kamu pikir tiba-tiba jatuh dari langit? Atau ada makhluk halus yang sudah menaruhnya? Begitu maksudmu?” tegas lelaki berjas itu dengan suara yang tinggi sambil menunjuk ke arah Aizar.

“Baik Pak, aku minta maaf... segera akan aku ganti makanan dan minumannya dengan yang baru,” ucap Aizar dengan tenang dan tidak ingin terpancing dengan kemarahan kedua lelaki itu. 

“Tidak perlu...! Sekarang juga kamu panggil manager atau boss kamu! Aku ingin komplain pelayanan kamu yang buruk ini!” tegas lelaki bertubuh tambun menyuruh Aizar. 

Aizar pun detik itu juga pergi ke belakang untuk memanggil Pongky seperti yang diinginkan kedua lelaki itu.

“Ceroboh sekali kamu itu, Aizar! Gara-gara kamu restoran ini bisa ditutup!” ucap Pongky memarahi Aizar setelah tahu masalah yang sedang terjadi. 

“Sumpah, aku sudah pastikan makanan dan minuman yang aku berikan baik-baik saja. Justru, aku curiga mereka berdua berbohong. Mereka sendiri yang menaruh benda-benda itu ke dalam makanannya,” ujar Aizar menyampaikan dugaan yang dipikirkannya.

“Jaga ucapanmu, Aizar! Di restoran ini semua pelanggannya dari kalangan atas, tidak mungkin ada yang bertindak seperti itu. Jangan sekali-kali kamu berani menuduh mereka seperti itu, bisa-bisa masalah ini dibawa ke pihak berwajib. Bukan cuma restoran ini yang ditutup, kamu juga bisa dijebloskan ke dalam penjara. Paham kamu?!” tegas Pongky menakut-nakuti Aizar. Aizar pun memilih untuk berdiam diri. 

Pongky bergegas menghampiri kedua pelanggan yang sedang marah besar itu, sedangkan Aizar memperhatikan dari balik konter pemesanan. Detik itu, instingnya mengatakan kalau Pongky bersekongkol dengan kedua lelaki itu untuk menjebaknya..

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Liontin Pemikat Hasrat   Bab 149

    Bagi Adirah, pria bertubuh tegap dan gagah seperti Aizar adalah pria idamannya. Saat pertama kali bertemu, ia langsung jatuh hati. Namun, saat ini semua keinginan itu hanya dalam angan-angannya. Ia tak bisa berharap banyak pada Aizar, karena dia adalah seorang boss yang harus dilayani dan dihormati. “Yang penting Pak Boss senang, itu saja sudah cukup bagiku,” batin Adirah yang selalu curi-curi pandang untuk menikmati wajah Aizar setiap berdekatan dengannya.“Kenapa, Dirah?” tanya Aizar tiba-tiba menengok ke arah Adirah di depan meja kerjanya.“T-tidak apa-apa, Pak…” jawab Dirah gugup, lalu mengalihkan pandangannya ke layar komputer.“Sudah disusun semua laporannya?” tanya Aizar memastikan.“Sedikit lagi, Pa,” jawab Adirah.“Kalau sudah selesai langsung print saja ya. Aku mau ke balkon sebentar, menikmati udara pagi yang segar agar pikiranku lebih tenang saat rapat nanti,” jelas Aizar lalu berjalan keluar ruangan menuju taman di samping ruang kerjanya.“Duh, gagahnya Pak Boss-ku…” guma

  • Liontin Pemikat Hasrat   Bab 148

    Sambil memejamkan mata, tubuh Aizar mulai bergerak maju mundur di depan wajah Selina. Dalam situasi seperti itu, ia sudah tak memikirkan apa-apa, selain menuruti hasrat manusiawi yang haus dalam mereguk kenikmatan. Selina pun melakukannya dengan sepenuh hati semata-mata ingin membuat lelaki di depannya itu bahagia, sebagai balasan dan tanda terima kasih atas kebaikan hatinya.“Biar aku saja yang bersihkan,” ucap Selina saat Aizar telah mengeluarkan sari pati tubuhnya. “Terima kasih, Sel…” balas Aizar membiarkan Selina mengelap bagian bawahnya dengan tisu. Ia berdiri memperhatikan sambil mengelap keringat di dahinya.“Apa kamu mau duduk dulu atau…” ucap Selina setelah berdiri berhadapan Aizar.“Lebih baik aku pulang sekarang, Sel, besok pagi aku ada meeting,” jawab Aizar sambil menutup resleting celananya. “Terima kasih ya, Sel…” ucapnya sebelum keluar dari kamar Selina. Saat keluar dari dalam gang tempat tinggal Selina, tanpa Aizar sadari seseorang dari dalam mobil berwarna hitam be

  • Liontin Pemikat Hasrat   Bab 147

    Saat melewati kawasan pabrik Aiwa, Aizar teringat Selina. Keberhasilannya mengungkap penyelewengan prototype yang dilakukan Purnama, tidak lepas dari bantuan gadis itu. Detik itu, Aizar bermaksud untuk menemuinya. Amplop berisi uang pun sudah disiapkannya sebagai bentuk terima kasih atas pertolongannya. Namun, ia sedikit ragu karena tegangan dalam dirinya masih tinggi gara-gara digoda oleh wanita berdada besar di cafe. “Gimana, yah?” pikir Aizar gusar. “Masak aku tidak bisa menahan diri?” Aizar menyayangi Selina sebagai teman baik yang pernah menolongnya saat ia kesusahan, kini saatnya ia membalas kebaikannya itu, dan ia tak ingin dianggap mengambil kesempatan pada gadis itu. Aizar pun memutuskan untuk menemui Selina, ia memberhentikan mobilnya, lalu memarkir mobil sedannya itu di depan gang, lalu berjalan kaki menuju rumah sewa Selina yang dulu pernah dijadikan tempatnya menumpang sebelum ia bertemu keluarganya.Di rumah kontrakan itu ada tiga kamar terpisah. Suasana di sana sud

  • Liontin Pemikat Hasrat   Bab 146

    “Sekarang tinggal memastikan, apakah Anastasia pemilik CV Sinar Sentosa itu adalah istri Purnama,” ucap Aizar masih di dalam ruang kerja Purnama bersama Adirah.“Coba saja telepon nomor telepon di kartu namanya itu,” saran Adirah.Aizar pun mengiyakan, lalu meminta Adirah untuk menghubungi nomor telepon CV Sinar Sentosa.Kring…. Kring… kring…! tiga kali telepon berdering, namun tidak ada orang yang menjawab.“Mungkin kantornya sudah tutup, Pak,” ucap Adirah menutup gagang telepon di tangannya.“Coba sekali lagi, Adirah,” pinta Aizar.Adirah pun memutar kembali nomor telepon pada kartu nama di tangannya.Kring! Suara telepon kembali berdering.“Halo,” akhirnya seorang lelaki menjawab di sana. Adirah pun membuat pelantang suara agar Aizar dapat mendengar pembicaraannya. “Selamat malam, apa benar ini CV Sinar Sentosa?” tanya Adirah dengan sedikit berdebar.“Maaf, ini dari mana ya Bu? Dan ada keperluan apa?”“Saya dari PT Permata ingin bicara dengan Bu Anastasia pemilik CV Sinar Sentosa,

  • Liontin Pemikat Hasrat   Bab 145

    Aizar masuk ke dalam ruang kerja Purnama untuk mencari berkas-berkas berhubungan dengan CV Sinar Sentosa. Sedangkan Adirah menyalakan komputer untuk mencari data-data penting yang tersimpan di sana. Berkas-berkas di atas meja sudah Aizar periksa satu per satu, namun belum ada petunjuk yang ia dapati. Kemudian ia membuka laci meja kerja Purnama, ada banyak barang-barang di dalamnya, mulai dari alat tulis, notes, dan folder berisi kartu nama. Aizar mengeluarkan folder persegi panjang itu, lalu meletakkannya di atas meja. Satu per satu ia membaca kartu nama di dalamnya. Ada beberapa kartu nama staf Shine Group, termasuk kartu nama Sony ada di dalamnya, juga kartu nama dari staf beberapa perusahaan ternama. Pada lembar terakhir folder itu mata Aizar tertuju pada sebuah kartu nama berwarna silver, ada nama seorang wanita di sana, Anastasia Putri, chief CV Sinar Sentosa. “Dapat!” ujar Aizar membuat Adira terkejut.Aizar pun menunjukkan kartu nama itu pada Adirah. Di dalamnya ada nomor te

  • Liontin Pemikat Hasrat   Bab 144

    Di lorong rumah sakit yang sunyi, Aizar duduk menunggu bersama Kek Pram. Kesempatan itu dimanfaatkannya untuk menceritakan hasil penyelidikannya di kantor Aiwa…“Aku sudah mendapatkan dokumen penting itu, Kek,” ucap Aizar dengan memelankan suaranya. “Relasi Aiwa dalam penyediaan prototype barang elektroniknya berasal dari CV. Sinar Sentosa. Apakah sama dengan perusahaan yang memasok prototype untuk perusahaan kita, Kek?” tambahnya memastikan.“Sinar Sentosa? Beda, Nak. Tapi, saran Kakek selidiki lagi perusahaan tersebut. Siapa tahu ada hubungannya dengan perusahaan yang memasok prototype ke perusahaan kita. Kalau itu sampai terbukti kita bisa menuntutnya,” jelas Kek Pram.Aizar menyadari misinya belum selesai, masih ada kemungkinan keterlibatan Sony dalam pengadaan prototype di Aiwa.“Besok pagi akan ada rapat direksi di kantor, kamu harus hadir, jangan sampai kesiangan. Modal utama seorang pimpinan yang baik adalah selalu tepat waktu, agar menjadi contoh pada bawahanmu,” ucap Kek Pra

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status