Share

Bab 5

last update Last Updated: 2025-07-04 12:05:56

Tiga hari berlalu dengan cepat, Aizar sementara waktu menangguhkan pencarian ibunya, ia sedang menikmati pekerjaannya sebagai pelayan di restoran, setelah dua hari sebelumnya hanya bertugas sebagai seorang tukang bersih-bersih. Lastri yang semakin menyukai Aizar merasa pekerjaan itu tak pantas dilakukan oleh lelaki setampan itu.

“Aku bilang apa, Pak Pongky... baru tiga hari bekerja saja, anak dusun itu sudah diangkat jadi pelayan, apa lagi kalau sudah seminggu atau sebulan, pasti dia akan diangkat manager menggantikan Bapak,” ujar Devril saat ada kesempatan mengompori Pongky.

“Aku harus segera bertindak, tidak akan aku biarkan itu terjadi,” tegas Pongky sambil membulatkan kedua matanya ke arah Aizar yang sedang duduk di depan resto bersama Lastri membicarakan sesuatu.

“Aku sudah menemukan kamar indekos yang bisa kamu tempati mulai hari ini, jadi kamu tidak perlu tidur di restoran lagi,” ucap Lastri sambil memberikan kunci rumah yang sudah dibayarkan untuk Aizar. 

Tentu saja Aizar merasa berterima kasih, sambil mengatupkan kedua tangannya pada Lastri. 

Para karyawan mulai berbisik-bisik melihat kedekatan Aizar dang Lastri, bukan hanya Devril dan Pongky, bahkan karyawan perempuan pun mulai cemburu. Mereka merasa lebih berhak untuk mendapatkan Aizar, karena masih gadis dan sama mudanya, sedangkan Lastri hanya seorang janda dan usianya sudah kepala tiga. Tapi, memang tidak bisa dipungkiri sejak suaminya, pemilik restoran cepat saji itu meninggal karena kecelakaan, Lastri mulai mempercantik dirinya dengan melakukan perawatan dan spa dan salon kecantikan. Alhasil, siapa saja lelaki yang melihatnya pasti akan tergoda dengan kemolekan tubuhnya.

“Enak ya jadi peliharaan, Boss!” sindir Devril saat berpapasan dengan Aizar. 

“Aku tidak minta apa pun, Bu Lastri yang memberinya. Kalau boss memberimu, apakah kamu berani menolaknya?” balas Aizar yang sedang membersihkan meja setelah ditinggal tamu.

“Bisa saja kalau aku mau,” ucap Devril sekadar beralasan.

“Silakan saja kalau kamu memang sudah siap dikeluarkan oleh Boss, kalau aku masih butuh pekerjaan walaupun sekadar untuk makan,” tegas Aizar.

Mendengar Devril dan Aizar sedang berdebat, Pongky memanfaatkan kesempatan itu untuk angkat bicara, menumpahkan unek-uneknya pada Aizar yang dalam tiga hari ini hanya bisa dia tahan.

“Hei, Aizar! Kamu sadar nggak, kehadiranmu di sini bikin resah semua anak buahku, lebih baik kamu mengundurkan diri saja, keberadaanmu di sini hanya bikin kekacauan!” ujar Ponky memarahi, sambil menunjuk wajah Aizar sambil membulatkan matanya.

“Walaupun kamu manager, kita sama-sama bekerja di sini, jadi kamu sama sekali tidak bisa memecatku. Aku hanya akan keluar dari restoran ini jika Boss yang menginginkannya,” tegas Aizar sambil menunjukan sikap kalau dirinya sama sekali tidak takut menghadapi seorang manager. Sikap berani karena benar sudah sejak kecil ditanamkan ayahnya pada diri Aizar.

“Baik, kalau kamu mau menantangku! Jangan panggil aku Pongky kalau aku tidak bisa menyingkirkan kamu segera mungkin dari sini!” ancam Pongky lalu mendengus kesal pada Aizar. Aizar menimpali kemarahan managernya dengan bersikap santai, ia tidak terpancing sedikit pun dengan ancamannya.

Sore hari saat pulang kerja, Lastri menjemput Aizar dengan mobil sedan merahnya. Darah Pongky mendidih melihatnya. “Ini tidak bisa dibiarkan, aku harus segera bertindak!” gumam Pongy sambil merencanakan sesuatu yang buruk terhadap Aizar.

Dari restoran, Lastri mengajak Aizar menuju ke tempat indekos yang akan ditempati Aizar. Letaknya tidak begitu jauh, berada di belakang restoran. 

“Naiklah, di depan saja,” ucap Lastri yang memandu sendiri mobilnya.

Aizar pun dengan perasaan sungkan menuruti keinginan bossnya, duduk di samping Lastri. 

“Sekarang tidak apa-apa aku yang menyupiri kamu, tapi dalam waktu dekat kamu yang memandu mobil ini,” ungkap Lastri sambil menekan gas mobilnya, lalu melaju di jalan raya.

“Maaf, aku belum bisa...” ucap Aizar tertahan.

“Tenang saja, mulai besok aku akan sewa orang untuk mengajarimu memandu mobil,” potong Lastri yan telah merancanakan banyak hal pada Aizar, termasuk sesuatu yang sebentar lagi akan dia lakukan  pada Aizar di dalam kamar indekosnya...

Sampai juga Lastri membawa Aizar ke dalam kamar indekosnya, sebuah kamar yang hanya berupa kamar tidur dan sebuah kamar mandi di dalamnya. Namun, yang membuat Aizar gembira melihat sebuah benda berbentuk kotak yang berada di atas meja di dalam kamar itu.

Lastri menjelaskan penggunaan kamar mandi dan toilet, juga penggunaan listrik, untuk menghindari tagihan bulanan yang besar. Selain itu, Aizar diminta memperhatikan kerapihan lemari pakaian, kebersihan tempat tidur dan lantai kamar kosannya untuk kesehatan. Begitu yang Lastri beri tahu pada Aizar. 

“Baik, Bu Lastri... semua akan aku lakukan,” ucap Aizar mengiyakan. 

“Kalau di restoran, tidak apa-apa kamu panggil aku Bu Lastri, tapi kalau kita berdua begini panggil namaku saja. Paham kamu, Aizar,” jelas Lastri mengingatkan. 

“Baik, Lastri...” ucap Aizar langsung mengikuti keinginan bossnya itu.

“Sebaiknya kamu mandi dulu, aku mau bantu memasukan pakaianmu ke dalam lemari,” pinta Lastri, Aizar pun segera menuju ke pojok kamar tempat kamar mandi berada.

Aizar membuka pakaiannya di depan pintu kamar mandi, tentu saja Lastri melihat dengan jelas tubuh Aizar yang kekar dan bertotot hanya terbungkus selembar celana dalam berwarna putih yang dibelikan Lastri.

Lastri yang sudah lama dahaga belaian seorang lelaki sejak ditinggal mati suaminya begitu tergoda pada diri Aizar, namun dia tidak ingin menjadi agresif, karena ia yakin dengan sering diberi ikan asin, seekor kucing akan menjadi penurut pada majikannya, demikian juga hal itu yang dilakukan Lastri pada Aizar.

Terdengar suara gemercik air di dalam kamar mandi yang tidak ditutup pintunya oleh Aizar, jiwa Lastri makin gelisah. Kalau dituruti, ingin rasanya ia masuk ke dalam sana, lalu mandi bersama dengan Aizar sambil berpelukan dan berciuman di bawah pancuran. Namun, semua itu harus bisa ditahannya, ia tidak ingin terkesan murahan di hadapan Aizar, apalagi dirinya seorang boss, ada wibawa yang harus ia jaga di hadapan Aizar.

Setelah suara gemercik air tak terdengar lagi, Lastri berinisiatif membawakan handuk mandi untuk Aizar yang masih berada di dalam tumpukan pakaian. Handuk itu tampak masih baru, sepertinya belum dipakai sama sekali. 

Lastri pun berjalan mendekati pintu kamar mandi, hingga saat berdiri di depan pintu ia melihat tubuh Aizar tanpa ditutupi selembar benang pun, sehingga semua terlihat jelas olehnya.

“Kamu lupa bawa handuk ya? Pakailah ini jika selesai mandi,” ujar Lastri menyodorkan handuk berwarna putih pada Aizar. “Sini mendekatlah,” pinta Lastri menyuruh Aizar keluar dari kamar mandi lalu berdiri berhadapan dengannya. “Berbaliklah...” pinta Lastri menyuruh Aizar memunggunginya.

“Air mandi yang menempel di tubuhmu harus dikeringkan dengan handuk, termasuk rambut hingga kakimu,” ucap Lastri sambil mengelap butiran air yang menempel di tubuh Aizar dengan handuk. Aroma sabun mandi yang maskulin menguar dari tubuh lelaki itu hingga kian membangkitkan hasrat Lastri.

Setelah puas mengelap bagian belakang tubuh Aizar layaknya memperlakukan anak kecil yang habis mandi, Lastri pun menyuruh Aizar membalikan tubuhnya, detik itu jantung Lastri berdetak dengan cepat saat melihat dada Aizar yang kekar dan bagian perutnya yang sixpack. Terlebih lagi saat melihat bagian bawah Aizar yang tampak dipenuhi bulu-bulu lebat. “Dilap seperti ini ya kalau sehabis mandi,” ucap Lastri sambil membersihkan lagi titik air yang menempel di kulit Aizar yang berwarna kecokelatan.

Detik berikutnya, Lastri malah merebahkan tubuhnya di dada Aizar, lalu ia menarik ke dua tangan Aizar agar mendekap kedua bulatan di dadanya. 

“Ayo pijatlah sesukamu...” pinta Lastri dengan suara mendesah pada Aizar.

“Hmm..., tidak apa-apa kah?” jawab Aizar ragu.

“Tidak ada siapa pun akan marah, aku wanita single...” jelas Lastri membujuk Aizar.

Aizar tentu saja tidak bisa menolaknya, tangannya mulai bekerja seperti yang diinginkan Lastri...

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Liontin Pemikat Hasrat   Bab 165

    Sesuai rencana, Aizar membawa Satrio berkunjung ke rumah keluarganya setelah pulang dari kantor Aiwa. Selalu merasa kesepian setiap berada di rumah merupakan salah satu alasan, sehingga punya teman ngobrol di rumahnya yang besar dan mewah. Apalagi Kek Pram dan Nek Ariyanti sedang tidak ada di rumah, bertambah sepi sunyi sajalah rumah keluarga besar Pramudya itu.“Eh, Aizar, baru pulang, Nak?” ucap Cempaka yang sedang duduk bersantai di depan teras rumah sambil menikmati kudapan petang, saat melihat Aizar datang."Iya, Mah,” balas Aizar menyalami mamanya. “Ini staf-ku di kantor, namanya Satrio,” balas. Aizar memperkenalkan Satrio.“Sore, Bu…” sapa Satrio sambil menundukan sedikit tubuhnya.“Oh iya, kamu staf baru ya? Kelihatan masih muda sekali,” balas Cempaka sambil tersenyum penuh keramahan.“Rio masih magang, Mah,” ujar Aizar menjelaskan.“Lho…, maksudnya kamu anak kuliahan?”“Iya, Bu, saya sedang mengerjakan tugas akhir,” jelas Satrio.“Oh… berarti kamu seumuran dengan Aizar ya?”

  • Liontin Pemikat Hasrat   Bab 164

    Belum lama kembali ke ruang kerjanya, telepon di meja kerja Adirah berdering, “Halo, Dirah, tolong naik ke ruanganku sekarang,” ucap Aizar di sana saat ia mengangkat panggilan itu.Gawat! Pasti Aizar tahu aku baru saja menemui Pak Sony! pikir Adirah panik seketika.Huft! Adirah menghela napas perlahan sebelum keluar ruangannya, ia harus mempersiapkan jawaban sebaik mungkin jika nanti Aizar menanyakan pembicaraannya dengan Pak Sony.Sesampainya di ruangan Aizar, Adirah melihat Satrio masih ada di sana. Ia tampak sedang berbicara dengan seseorang melalui telepon di meja kerja Aizar.“Dirah pada surat perjanjian yang kamu buat, ada beberapa bagian yang harus kamu revisi, terutama mengenai pasal tuntutan ganti rugi pada pihak klien seandainya prototype yang kita beli juga dijual atau dimiliki pihak lain. Nominal dendanya juga kamu ubah jadi 100 Juta. Pahamkan, Dirah?” ucap Aizar sambil menyerahkan file di tangannya pada Adirah.“Oh… iya baik, Pak, nanti akan aku revisi filenya,” jawab Adi

  • Liontin Pemikat Hasrat   Bab 163

    Di balkon ruang kerjanya Aizar tampak bertelanjang dada, lalu Satrio datang untuk memijatnya, “Pak Aizar sepertinya kurang istirahat,” ucap Satrio mulai menyapu krim urut di punggung Satrio.“Lebih tepatnya mulai banyak tanggung jawab yang harus aku jalankan, istirahat pun tidak akan pernah cukup,” ujar Aizar mulai memejamkan mata saat jari-jemari Satrio mulai memijatnya.“Belajar di mana kamu? Enak pijatanmu?” tanya Aizar merasa pijitan Satrio seperti seorang ahli terapis.“Sejak kecil aku sudah terbiasa memijat ayahku,” jelas Satrio.“Pijat seluruh badan bisa juga?” “Iya, bisa, Pak.”“Kapan-kapan aku mau coba, nggak apa-apa, kan?”Satrio hanya mengiyakan sambil terus memijat punggung Aizar yang tegap dan kekar, lalu ia pun memijat lengan Aizar yang kekar, “Bossku ini memang benar-benar lelaki perkasa,” batin Satrio sambil terus memijat Aizar.“Rio, jangan lupa pesan komputer untuk Furi, kirim langsung ke kantornya sore ini,” ujar Aizar tiba-tiba teringat janjinya pada Furi.“Siap,

  • Liontin Pemikat Hasrat   Bab 162

    “Dirah, kenalkan ini Furi, putri pemilik perusahaan Aiwa Group,” ucap Aizar memperkenalkan Furi yang duduk di sampingnya pada Adirah. Detik itu juga Adirah merasa tidak berarti apa-apa setelah tahu siapa sebenarnya wanita cantik yang bersama Aizar itu. Ternyata dia bukan wanita sembarangan, tetapi wanita dari kalangan atas, pikir Adirah.“S-saya Adirah, Bu…, sekretaris Pak Aizar,” ucap Adirah memperkenalkan dirinya pada Furi. “Bu Adirah imut sekali sih…, pasti Pak Aizar senang ya punya sekretaris muda seperti Bu Adirah ini…” ujar Furi sambil tersenyum pada Adirah. Adirah tak menduga kalau Furi ternyata memujinya, seketika itu juga membuat rasa percaya dirinya timbul kembali, “T-terima kasih, Bu…” ucapnya sambil sedikit menundukan badan.Sebaliknya Aizar merasa itu sindiran dari Furi, agar dia tidak macam-macam dengan sekretarisnya itu. “Adirah ini anak dari sekretaris Kek Pram, sekarang ibunya sudah pensiun, dia yang menggantikan,” jelas Aizar sekadar mengalihkan pembicaraan.“Oh b

  • Liontin Pemikat Hasrat   Bab 161

    “Furi…” ucap Aizar menyapa gadis yang duduk di depannya.“Hei, Aizar… biasa makan di sini juga rupanya?” balas Furi sambil tersenyum.“Nggak juga, ini pertama kali aku ke sini, diajak ini nih…” Aizar memperkenalkan Satrio pada Furi dan seorang wanita yang duduk di depannya. “Ini karyawan magang di kantorku, namanya Satrio,” jelas Aizar. Satrio di sampingnya hanya mengangguk sambil tersenyum pada Furi dan temannya. “Kalau ini, Santy, salah satu staf di kantorku,” balas Furi memperkenalkan wanita berkacamata mengenakan seragam ungu yang menemaninya makan. Wanita yang tampak seumuran dengan Furi itu mengangguk dan tersenyum pada Aizar dan Satrio.Kemudian Furi mengajak Aizar dan Satrio untuk makan bersamanya, tentu saja itu yang Aizar inginkan. Furi menyuruh pelayan menyambung meja di sebelah mejanya.“Kata Papah semalam kamu menelepon?” tanya Furi memulai obrolan. Aizar yang duduk di duduk di sampingnya mengiyakan. “Memangnya ada apa sih?” tegasnya.“Nggak, lagi gabut saja, nggak ada t

  • Liontin Pemikat Hasrat   Bab 160

    Kedekatan Satrio dengan pimpinan tertinggi Shine Group menjadi buah bibir di kalangan karyawan. Mengherankan, dalam waktu sehari Aizar kemana-mana didampingi Satrio. Tidak ubahnya seperti asisten pribadi yang harus selalu ada di sisi. Alhasil, peran Adirah seperti telah tergantikan olehnya. Padahal Adirah sudah lama menunggu-nunggu saat ini, menjadi sekretaris pribadi Aizar. Tapi, kenyataannya kini berbeda, apa yang dia harapakan agar bisa selalu bersama-sama dengan Aizar malah tergantikan dengan kehadiran si anak magang.“Adirah, kamu tolong siapkan saja berkas-berkas yang diperlukan untuk pembelian prototype alat elektronik yang baru,” pinta Aizar pada Adirah saat rapat beberapa menit lagi akan dimulai. “Iya, Pak, nanti selesai rapat akan aku kerjakan semua yang Bapak butuhkan,” jawab Adirah sambil menundukkan tubuhnya pada Aizar.“Sekarang saja kamu kerjakan, Dirah, jadi selesai rapat langsung bisa diserahkan pada klien,” pinta Aizar.“Bukannya sebentar lagi rapat akan segera dimu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status