“Baik, Pak, nanti kami akan ke kantor manajemen, tapi setelah kami selesai menjelajahi taman ini,” ucap Aizar sambil mengatupkan kedua tangannya memohon pada petugas.“Tidak bisa...! Kalau kami biarkan berada di tempat ini kalian malah akan bikin masalah lagi. Ayo segera...” ucap lelaki bertubuh jangkung itu terhenti karena tiba-tiba walkie talkie yang menggantung di pinggangnya berbunyi, menandakan ada sesuatu yang penting.Aizar dan Furi tetap berdiri tidak jauh dari petugas yang sedang berbicara dengan seseorang di sana, sedangkan seorang petugas lainnya hanya memperhatikan obrolan temannya sambil menyilangkan kedua lengan di dadanya.“Gawat...! kita harus pergi sekarang...,” ucap si petugas bertubuh jangkung pada temannya setelah mengakhiri obrolannya di walkie talkie.“Lalu bagaimana dengan kedua pengunjung bermasalah ini?” tegas petugas yang bertubuh hitam coba memastikan pada temannya.“Kalian berdua silakan untuk keliling taman ini, tetapi jangan melanggar aturan yang sudah di
Tentu saja Aizar tidak menyangka kalau Furi melihatnya pada dua kejadian berbeda yang memang pernah ia lakukan yaitu berjalan bersama Irene dan Selina. Rupanya dunia memang sangat sempit, apalagi tinggal di kota yang sama, pikit Aizar.“Tunggu dulu... biar aku jelaskan,” ucap Aizar coba mencari alasan untuk membela dirinya di mata Furi. “Aku akui, aku memang pernah pergi ke alun-alun kota, tapi aku pergi bersama adikku,” jelasnya beralasan.“Aku kenal adikmu, Debby, jangan coba bohong ya...” tegas Furi sambil senyum menyudutkan Aizar. Tentu saja Aizar baru ingat kalau keluarganya Furi berkawan dengan mamanya, sudah pasti ia tahu semua anggota keluarga Aizar.“Jadi begini, saat sore hari aku pergi ke alun-alun bersama Debby, setelah itu kami makan di mall. Nah, aku dikenalin sama teman kuliah adikku, kami makan bersama di restoran. Waktu pulangnya aku minta diantar adikku lagi jalan-jalan ke alun-alun, karena aku merasa penasaran ingin melihat tempat itu waktu malam. Tapi Debby ingin s
Aizar dan Furi semakin mendekat dengan kawanan hewan di tengah hamparan rumput sabana. Para pengunjung yang masih berada berhampiran di tempat itu, semakin merasa heran melihat lelaki yang mereka anggap tak waras malah mengajak teman wanitanya untuk mendekati kawanan hewan yang bisa mengancam keselamatan.“Hai semua, ini kenalin temanku, namanya Fu-ri,” ucap Aizar saat menghampiri para hewan yang bersikap seolah-olah sedang menunggu kehadirannya. Sementara Furi semakin mempererat cengkeraman tangannya di lengan Aizar karena merasa takut diperhatikan sangat serius oleh hewan-hewan di hadapannya.“Mbek... mbek... mbeeek...!” si kambing hutan tiba-tiba bersuara mengucapkan sesuatu tentang diri Furi.“Si kambing hutan ini bilang kamu sangat cantik,” ujar Aizar memberitahu Furi.Furi tidak mengomentari apa-apa mendengar ucapan Aizar, ia menganggap Aizar sedang mengarang cerita ingin mengerjainya.“Dibilang cantik kok diam saja, Furi... bilanglah terima kasih, atau apa gitu pada si kambing,
Dari dalam mobil, tampak Furi dengan cemas memperhatikan setiap gerak Aizar yang berjalan meninggalkannya. Sambil merapatkan kedua genggaman tangannya yang mendadak dingin, ia terus menatap ke arah Aizar untuk memastikan keselamatannya, seraya dalam hati berdoa semoga Aizar baik-baik saja...“Aa uu... aa uu... aa uu...!” teriak seekor kera di atas pohon memberitahu pada teman-temannya ketika melihat kedatangan Aizar yang terus berjalan santai mendekati mereka. Sontak, para kawanan hewan lain yang berada di sekeliling tempat itu semua menatap ke arah Aizar.“Hai kalian semua...!” ucap Aizar sambil melambaikan tangan pada para hewan di sekelilingnya, seolah baru bertemu dengan teman lama. Rupanya, mereka pun menyambut dengan gembira kehadiran Aizar sambil bersama-sama berjalan mendekatinya, terlebih lagi si kera yang terlihat begitu antusias melompat lompat kegirangan ingin sampai lebih dulu di hadapan Aizar.Sementara di dalam mobil, Furi yang sejak tadi memperhatikan dengan seksama ge
Terus memasuki ke dalam hutan safari, Aizar dan Furi disambut oleh hamparan padang rumput yang cukup luas, bahkan ada juga beberapa pohon rindang yang tumbuh di sana. Ketika mobil yang dipandu Aizar makin memasuki kawasan sabana buatan yang dibuat sedemikian rupa hingga terlihat seperti aslinya, tampaklah di sana bermacam-macam hewan yang berkelompok pada hampir di setiap penjuru sabana yang cukup luas itu.Kawanan rusa tampak berada di tengah-tengah sabana sedang merumput dan ada juga yang berteduh di bawah pohon. Beberapa ekor kera juga terlihat sedang bercanda dengan kerabatnya di atas pohon sambil melompat dari satu dahan ke dahan yang lain dengan lincahnya. Sementara Tiga ekor jerapah juga terlihat sedang memakan dedaunan di atas pohon yang cukup tinggi tapi mampu dicapainya. Demikian pula beberapa kambing hutan juga tampak sedang merumput tidak jauh dari si jerapah.Melihat pemandangan di depannya Ziza perlahan menekan pedal rem mobilnya untuk berhenti agar bisa melihat kawanan
Furi tampak fokus memerhatikan setiap gerak-gerik Aizar dan juga keadaan mobil yang sedang dipandunya, tangan kanannya tampak sudah siap-siap menarik porseneling jika sewaktu-waktu Aizar ingin menabrak sesuatu di depannya.“Alat yang di tengah itu pedal rem, jika ingin berhenti injaklah pedal itu, jangan sampa lupa ya...” ujar Furi mengingatkan Aizar seperti seorang guru yang sedang memberitahu muridnya.“Iya, Bu Guru... akan selalu aku ingat,” balas Aizar sambil tersenyum lebar.Mobil yang dipandu Aizar pun terus berjalan ke dalam hutan. Tampak ia mulai menguasai kendaraan yang dikendarainya, walaupun gerak mobilnya masih terasa kasar, tapi Furi merasa kalau Aizar memiliki otak yang cerdas dan bisa cepat belajar.Makin ke dalam hutan safari, mulai terdengar kicauan burung walaupun seluruh pintu mobil terkunci rapat untuk menjaga keamanan dari serangan hewan buas yang sewaktu-waktu bisa menyerang pengunjung karena hewan-hewan di tempat itu dibiarkan hidup bebas seperti di dalam belant