Share

2. Cara Kembali

Membeku. Masih pada posisi sebelumnya, posisi aneh yang dapat menimbulkan kesalahpahaman bagi siapa pun yang melihatnya. Kedua orang yang bertukar jiwa itu menatap kaget seorang pria yang berdiri di dekat tangga. Tampaknya pria itu merupakan teman dari laki-laki yang ditabrak Zinnia.

"Rey. Kenapa kamu memeluk cewek itu? Siapa dia?" tanya pria itu karena tak segera mendapatkan jawaban dari orang yang ia panggil Rey itu.

Zinnia yang sadar akan posisinya langsung melepaskan pelukannya, lalu duduk tegak. Ia bingung bukan kepalang dengan apa yang akan ia lakukan. Ia sama sekali tak mengenali pria yang datang itu. Tapi pria itu mengajaknya bicara.

"Anu. Ini ... ini tidak seperti yang kamu pikirkan," jawab Zinnia dengan suara maskulin tetapi terdengar kaku.

"Apa maksudmu? Jelas-jelas tadi kamu memeluk cewek itu. Hey kamu! Siapa namamu? Dan apa hubunganmu dengan Rey?" tanya pria itu menatap 'Zinnia'.

Pria yang berada di dalam tubuh Zinnia hanya terdiam. Ia tak mengenali gadis itu. Namun ia tetap mencoba tenang. Jika ia menceritakan tentang jiwanya yang tertukar, bisa saja temannya itu tak akan percaya dan hanya menganggapnya orang gila.

"Emm. Namanya Zinnia. Dia ... dia cuma kebetulan papasan saja denganku," jawab Zinia dengan tubuh Rey.

'Bodoh,' batin Rey melirik tubuhnya sendiri.

"Kebetulan papasan tapi kok ...."

"Sudahlah. Sekarang kamu naik saja ke atas! Aku akan menyusulmu setelah masalahku selesai," perintah Zinnia dengan suara berat, dingin, dan tegas. Ia sudah cukup pusing dengan kejadian sebelumnya. Ia tak mau tambah pusing dengan pria asing yang baru muncul itu dan pertanyaan-pertanyaannya.

"Oke. Selesaikan masalahmu itu! Cepat! Karena sebentar lagi kita ada rapat," balas pria itu sembari berjalan menaiki tangga meninggalkan Zinnia dan pria asing yang ditabraknya.

"Hebat juga kamu bisa meniruku," puji pria bernama Rey itu dengan suara gadisnya yang imut-imut.

"Jangan memuji! Sekarang bagaimana caranya agar kita bisa kembali?" tanya Zinnia sembari menatap wajahnya sendiri.

"Kalau aku tahu, aku sudah melakukannya dari tadi. Aku mau ada rapat dan sekarang malah terjebak di tubuh jelekmu ini. Kau lihat? Ini semua kesalahanmu!" cecar pria itu, masih dengan suara Zinnia.

"Kenapa kamu dari tadi menghina tubuhku sih?" sungut Zinnia asli.

"Yang ada aku yang kesal karena harus bertukar jiwa dengan pria gak jelas dan menyebalkan," imbuh Zinnia sembari melipat kedua tangannya.

"Sudahlah. Pikirkan caranya agar kita bisa kembali." Pria yang berada di tubuh Zinnia bangkit dari duduknya. Zinnia asli ikut berdiri. Kini ia sadar betapa pendeknya ia jika berdiri di samping pria bernama Rey itu. Ia bahkan harus menunduk menatap dirinya sendiri.

"Coba pikirkan bagaimana tadi kita bisa bertukar seperti ini!" ucap Rey sembari meletakkan jari telunjuk di dagunya. Zinnia mau tak mau ikut berpikir.

"Tadi kamu menabrakku dengan keras. Dan kepalaku terbentur benda keras." Rey mulai mengingat-ingat kejadian sebelumnya.

"Benda keras? Maksudmu kepalaku? Sakit tahu. Kepalamu itu yang keras seperti batu," gerutu Zinnia sembari mengusap kepala milik Rey.

"Jadi kepala kita berbenturan? Kukira tadi lututmu yang mengenai kepalaku." Rey ikut mengusap kepala milik Zinnia.

"Ya ampun. Jahatnya," sungut Zinnia.

"Eh. Tapi tunggu!" ucap Zinnia lagi sembari memberi isyarat. Ia mencoba berpikir. Siapa tahu idenya itu mengembalikan jiwa mereka yang tertukar.

"Mungkinkah kalau kita berbenturan lagi, kita bisa kembali ke tubuh kita masing-masing?" tanya Zinnia kembali menatap wajahnya sendiri. Rey membalas tatapan itu. Kini ia harus sedikit mendongakkan kepalanya.

"Mungkin."

"Oke. Kita coba aja! Siapa tahu berhasil," ucap Zinnia sembari bersiap-siap.

"Serius?" tanya Rey tak menyangka. Namun ia tetap mengikuti saran dari gadis yang bernama Zinnia itu. Ia juga ikut bersiap-siap.

"Oke. Aku hitung sampai tiga kita langsung benturin kepala kita ya!" seru Zinnia.

"Eh tapi tunggu? Bisa gegar otak gak ya?" tanya Zinnia lagi sembari menghentikan ancang-ancangnya.

"Sudahlah! Cepat! Gak ada waktu!" seru Rey yang mulai tak sabar.

"Oke. Kita mulai ya!" Zinnia mencengkeram bahunya sendiri dengan tangan kekar milik Rey. Menatap lurus ke arah wajahnya.

"Satu, dua, tiga," ucap Zinnia lalu membenturkan kepalanya.

"Awww." Keduanya merintih kesakitan. Mereka pun membuka kedua mata mereka. Namun, nihil.

"Kok masih kaya gini?" Zinnia mulai putus asa.

"Sialan. Padahal sebentar lagi aku ada rapat. Ini semua gara-gara kamu yang lompat-lompat di tangga!" hardik Rey.

"Kok aku? Ya kamu lah. Salah sendiri kenapa tiba-tiba muncul," balas Zinnia tak mau kalah. Rey kembali terdiam. Nampaknya ia tengah teringat sesuatu.

"Bentar-bentar." Rey berjalan mendekati tangga. Ia lalu memberi isyarat pada tubuhnya sendiri untuk menghadapnya.

"Kamu bilang aku tiba-tiba muncul, kan?" tanya Rey. Zinnia hanya mengangguk mengiyakan. "Terus kamu lompat di tangga yang mana?" tanya Rey lagi.

"Di situ. Kalau gak salah yang kedua atau ketiga terakhir," jawab Zinnia sembari menunjuk tangga di depannya.

"Kalau begitu kita reka ulang kejadian tadi," tutur Rey.

Zinnia yang paham langsung mengikuti saran yang diberikan pria itu. Ia turun kemudian berjalan menaiki anak tangga yang tadi dilewati Rey. Lalu Rey yang berada di tubuhnya melompat seperti apa yang gadis itu lakukan sebelumnya. Dan tabrakan pun kembali terjadi. Mereka jatuh dengan posisi yang sama seperti sebelumnya. Kepala mereka kembali berdenyut. Bahkan lebih sakit karena itu merupakan ketiga kalinya mereka saling beradu kepala.

"Aduduh," rintih Zinnia dan Rey bersamaan.

"Bisa-bisa gegar otak betulan kalau gak berhasil," gumam Zinnia sembari memegangi kepalanya.

"Tapi berhasil, kan?" tanya Rey yang kini sudah kembali ke tubuh aslinya. Zinnia yang baru tersadar menatap pria di hadapannya. Kini ia bisa menatap wajah Rey dengan jarak yang begitu dekat. Pria yang ditabraknya ternyata tampan juga. Pikirnya.

"Udah minggir! Enak aja tubuhku dijadikan tumpuan mendarat," ucap pria itu sembari menyingkirkan tubuh kecil Zinnia yang berada di atasnya.

"Iya, iya." Zinnia berdiri sembari masih memegangi kepalanya. Sedikit terasa benjolan di dahinya itu.

"Oh iya. Kejadian ini jangan sampai diketahui orang lain ya?" tanya Rey menatap Zinnia.

"Iya. Lagian tak akan ada yang percaya jika diberitahu juga," balas Zinnia.

"Ya udah. Sudah sana pergi!" perintah Rey megusir Zinnia.

"Ish. Jadi orang sombong banget sih," sungut Zinnia sembari mengambil tasnya. Ia pun berjalan cepat meninggalkan pria itu. Yang paling penting ia sudah kembali di tubuhnya.

Rey menatap kepergian Zinnia. Kepalanya masih sedikit berkedut. Ia merasa gadis yang baru saja menabraknya benar-benar kurang ajar. Gadis itu bahkan tak tahu siapa Rey yang sebenarnya dan berani berdebat bahkan menghina pria itu.

"Zinnia? Kamu gak tahu siapa aku? Menarik."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status