Share

Masih Adakah Cinta?

Archand mengernyitkan kedua alisnya dan mencoba mencari arti dari pernyataan gadis yang berada di depannya itu. Archand hanya menunggu sampai gadis itu membuka pertanyaan untuknya. Tak lama kemudian gadis itu melontarkan pertanyaan kepadanya dan Archand pun di buat kaget dengan pertanyaan gadis cantik itu.

“Sebenarnya sebatas apa hubunganmu dengan Florensia?” tanya Diandra.

“What? Kenapa jadi bahas dia sih? Ayolah, Dinadra. Kita bahas yang lain saja, tolong jangan bahas dia, aku tidak ingin membahas tentangnya.” Archand berusaha membujuknya agar berhenti mempertanyakan tentang hubungannya dengan Florensia.

“Tapi aku pengen tahu, Archand! Tolong jawab pertanyaan aku dengan jujur, sebelum aku pacaran sama kamu, kamu memliki hubungan kan sama dia? Lantas, kenapa kamu tidak cerita sebelumnya?” tegas Diandra, gadis itu mulai terlihat emosi karena pertanyaannya tak kunjung mendapatkan jawaban dari mantan kekasihnya itu.

“Oke, aku akan jawab pernyataan dari kamu, Diandra.” 

Archand menghela nafas dan berusaha mejawab pertanyaan gadis itu dengan jujur, tanpa ada yang di sembunyikan. Archand mengerti bahwa dia telah melakukan kesalahan besar, dia sengaja mendekati Florensia demi mendapatkan hati Diandra, tanpa memikirkan hubungan baik gadis itu dengan adik kandungnya.

“Beneran deh, aku tidak memiliki hubungan khusus dengan adik kamu, aku hanya dekat dengannya tapi kita gak pernah pacaran.” Archand menghela nafas sejenak dan kembali melanjutkan perkataannya. “Aku mendekati Florensia demi mendapatkan kamu, itu saja tapi aku benar-benar tidak tahu jika Florensia memiliki perasaan sama aku.” lanjutnya.

“What?” tariak Diandra geram seraya menyibak rambutnya, gadis itu tampak kesal dengan ucapan pria yang ada di sampingnya. Tak seharusnya Archand melakukan hal sekejam itu untuk menyakiti Florensia demi mendapatkan hati Diandra. “Apa yang ada di pikiran kamu, Archand? Apa kamu tidak mikir dampaknya? Florensia sakit hati!” tegas Diandra.

“Iya, aku tahu.  Tapi aku tidak bermaksud membuat Florensia suka sama aku, emang salah kalau aku mau deketin kamu? Itu juga kan kamu yang mutusin aku.” Archand menarik pergelangan tangan gadis itu dan menatapnya dalam-dalam. “Diandra, sebenarnya aku masih mencintai kamu. Aku ingin kalau kita balikan lagi, aku rela menunggu sampai hatimu benar-benar untukku.” Diandra menatap wajah pria itu dalam-dalam, dia melihat ada sebuah ketulusan yang tersirat di wajahnya.

“Maaf, Archand! Aku gak bisa.” 

Diandra menepis tangan pria itu dan mengambil tas sandang miliknya, lalu melangkah menuju pintu keluar. Archand menarik pergelangan tangannya dengan cepat dan menahannya pergi. Pria itu mencoba mengerti dengan perasaannya saat itu.

“Please, Diandra. Jangan pergi, aku tahu aku salah. Aku gak nyangka udah bikin rusak hubungan kamu dan adik kamu.” sahut Archand lirih. “Aku minta maaf ya, aku akan jelasin ini semua ke Florensia, biar dia gak salah paham.” lanjut Archand.

“Terserah kamu.” sahut Diandra ketus.

“Oke, Diandra. Terima kasih, sekarang kita ke rumah sakit yuk, jengukin kak Revan. Kamu bareng sama aku aja.” titah Archand, dan gadis itu mengangguk pelan pertanda bahwa dia menyetujui tawaran mantan kekasihnya itu. 

Mereka melangkah bersamaan menuju pintu keluar, gadis itu berusaha menyembunyikan tangisannya, ada rasa sakit saat mengingat kembali kisah masa lalu. Di mana dia telah memutuskan hubungannya dengan Archand di karenakan adik kandungnya sendiri. 

Padahal Diandra tak bermaksud untuk menyakiti adik kandungnya. Sejenak langkah 

Diandra pun terhenti, gadis itu mencoba menghapus air matanya yang tiba-tiba saja mengalir di sudut matanya. Archand menghentikan langkahnya dan menoleh kebelakang untuk memastikan keberadaan gadis itu, apakah Diandra baik-baik saja batinnya berkata.

“Diandra!” panggil Archand. 

“Maaf Archand aku mengambil cincinku yang jatuh.” sahut Diandra.

Diandra tersenyum dan segera menghapus air matanya, gadis itu berlari untuk menghampiri sang mantan yang berdiri di depannya. Archand membukakan pintu mobil agar gadis itu segera masuk ke dalam mobil pribadinya. Diandra tersenyum dan segera memasuki mobil sport bewarna merah tua itu, sebelumnya gadis itu berkali-kali menaiki mobil mewah itu. Meskipun memiliki banyak uang. Tapi Archand selalu setia dengan mobil sport miliknya itu, berkali-kali temannya menyuruh Archand untuk mengganti mobilnya.

Tapi dia selalu saja menolak dan mengatakan ada banyak kenangan di mobil itu, salah satunya kenangan bersama Diandra. Setelah memastikan Diandra masuk, dia segera berputar dan memasuki kursi sopir. Archand segera menyalakan mobilnya menuju jalan ke rumah sakit Syahdika Farma yang berada tak jauh dari lokasi studio pribadinya. 

Archand menoleh ke arah gadis itu dan bertanya kepadanya, apakah yang membuat gadis itu bergeming sedari tadi? Archand merasa ada sesuatu yang mengusik pikiran Diandra. Archand berusaha menanyakan apa yang sedang gadis itu pikirkan? Mungkin ada yang bisa dia lakukan untuk mengurangi bebas pikiran gadis itu.

“Ada apa, Diandra? Apakah ada yang kamu pikirkan sejak tadi?” tanya Archand yang menggenggam erat jemarinya, “Bilang saja denganku, barangkali aku bisa meringankan beban pikiranmu, ayolah Diandra. Katakan saja!” titah Archand.

“Aku tidak apa-apa, kamu tidak usah khawatir.” sahut Diandra singkat.

“Ya sudah, jika kamu belum mau cerita sekarang.” gumam Archand.

Archand kembali fokus menyetir,  dia berusaha membuka obrolan demi obrolan agar Diandra bisa melupakan masalahnya sejenak. Archand tak ingin memaksakan gadis itu untuk bercerita tentang masalah yang sudah dia alami. Untung saja pria itu memiliki sikap humoris. Dia berhasil membuat gadis yang duduk di sampingnya itu tertawa lepas dengan tingkahnya itu. Archand memiliki karakter yang berbeda dari kakaknya Revan, pria itu lebih memilih untuk hidup lebih terbuka di alam bebas. Tidak hanya mementingkan popularitas, Archand juga membutuhkan pasangan hidup, sementara Revan hanya sibuk dengan urusan karirnya saja. Tanpa mau mencari pasangan hidup, mereka mencintai wanita yang sama. Namun, mereka tetap saja ingin bersaing secara sehat.

Diandra terus saja tertawa dengan celotehan pria yang duduk di sampingnya itu, sementara Archand menatap tajam kepadanya, mencoba mencuri pandang kepada gadis yang sempat menghiasi kehidupannya di masa lalu. Senyuman yang terukir di sudut bibir gadis itu mampu meneduhkan hatinya. Archand berharap senyuman itu tidak akan pernah hilang dari wajahnya, dia bahagia ketika berada di dekat gadis itu.

“Aku bahagia ketika melihatmu tersenyum seperti ini, Diandra. Maafkan aku jika pernah membuat kesalahan yang tak pernah bisa kamu maafkan, aku janji aku menemui Florensia dan memintanya untuk tidak memusuhi sebagai seorang kakak.” Archand bermonolog.

Archand berusaha mencuri pandngannya kepada gadis itu, rasanya ingin untuk kembali mengulang kisah masa lalu bersama gadis berparas cantik itu. Namun, Archand tak punya keberanian untuk kembali menjaga gadis itu balikan. Archand hanya menunggu waktu yang tepat untuk mengutarakan kembali perasaannya kepada gadis itu. Archand terus fokus dengan kendaraan yang sedang di kendarainya, agar mematuhi aturan lalu lintas.

“Can, terima kasih ya, sudah membuatku tertawa.” ucap Diandra. 

“Tidak masalah,  Diandra. Aku akan selalu ada untukmu, kamu boleh cerita apa saja ke aku. Bahkan kamu boleh marah ke aku saat kamu sedang merasa sedih.” sahut Archand.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status