“Don't trust everyone you meet, even salt looks like sugar.”
-Anonymously-
***
“Jadi, sekarang kau percaya padaku?” tanya Marshella setelah mereka berada cukup jauh dari kastil.
“Sama sekali.” Marvel membaca papan petunjuk jalan yang baru saja mereka lewati. “Sepertinya jalan ini menuju Whitby.”
“Benarkah?” Marshella ikut menoleh keluar. Namun, papan petunjuk arah sudah terlewati.
“Yah, setidaknya lebih baik bertemu drakula daripada komplotan itu lagi.”
Whitby memang terkenal sebagai tempat untuk ‘bertemu’ drakula atau vampire sejak sebuah novel klasik berlatar tempat itu tentang makhluk itu karangan Bram Stoker muncul tahun 1897.
Marshella hanya memutar kedua bola matanya. Ada hal lebih penting yang ingin ia ketahui. “Lalu, ken
Cerita ini hanya fiktif semata. Jika ada penyebutan kejadian atau sejarah yang memang terjadi, penulis hanya menggunakannya sebagai latar belakang dan tidak untuk menyinggung pihak mana pun. Happy reading! Silakan tinggalkan banyak komentar dan ulasan ya jika suka dengan cerita ini. Bisa follow ig penulis juga @tanechan01 untuk lebih saling mengenal. Terima kasih. Big Love, All!
“Don'ttrust everyoneyou meet, evensaltlooks likesugar.” -Anonymously- ***** “Dari mana kau tahu ada tempat seperti ini?” Marvel mengedarkan pandangangannya ke sekeliling tebing yang mengarah langsung pada dermaga. “Apa tempat ini juga muncul dalam mimpimu?” Ada nada mengejek yang disuarakannya. Marshella menahan diri untuk tidak membalas ejekan itu. “Aku tahu dari pramuniaga di toko sepatu tadi,” jawabnya singkat. Seraya menjatuhkan diri ke atas sofa dan merapatkan jumper musim dingin yang dicuri Marvel dari wagon. Sejujurnya, dia merasa bersalah karena mengenakan jumper ini. Ia berjanji akan kembali ke toko itu dan membayarnya. “Orang tadi mengatakan kalau ada pub di atas bukit ini yang sudah tutup karena merugi. Pemiliknya sedang mencari pembeli. Ide ke sini
“The truth is rarely pure and never simple.” -Unknown- Marvel mendekati Marshella yang mengigau. Keringat dingin membasahi pelipis wanita muda itu. Bahkan kerah kemejanya sudah sangat basah. Bibirnya bergetar. “Hei, hei! Nona Wood, bangun!” Ia mengguncangkan bahu penulis muda itu dengan khawatir. Kepala Marshella bergerak ke kiri dan kanan dengan cepat. Si penulis masih terus mengigau, tubuhnya menegang. Marvel menangkupkan kedua tangannya dan mengusap berkali-kali. Ia menduga, Marshella mengalami gejala hipotermia. Seraya melepaskan jaket tebal dari tubuh dan hendak menyelimuti wanita muda itu. Saat itulah, Marshella terbangun. Ia terkejut akan kehadiran Marvel yang begitu dekat dan menarik diri ke belakang. “Jangan mendekat!” bentaknya. Matanya mengeluarkan air mata. Marvel terkejut mendapatkan reak
”The trust is rarely pure and never simple.”-Unknown-Marvel mengamati dari balik badan kapal yang sedang diperbaiki dan terparkir di pinggir dermaga. Ia merapatkan jumper beludru sambil setengah meringkuk.Tak lama kemudian, sosok yang ditunggunya terlihat tak jauh dari 76-77 Baxtergate, tempat perjanjian mereka. Ujung bibir Marvel terangkat. Ia segera menegakkan tubuh dan berjalan mendekati Steve. Namun, baru beberapa langkah, matanya menangkap ada sosok lain yang mengamati dari balik jendela kaca salah satu bar di seberang jalan itu.Bukan hanya di sana, tetapi juga di pingir dermaga. Pria itu memasang gestur sedang bicara dengan seseorang melalui gawainya. Di sudut lainnya, ada Robert yang juga sedang mengamati Steve dari salah satu jendela kaca bar di seberang Gale.Mereka semua—di mata Marvel—seperti sedang mengamati Steve. Seolah-olah tahu kala
-Mimpi Marshella/Masa Lalu Kelly-Marshella terbangun dan mendapati dirinya masih di tepat yang sama saat melihat Keith memerintahkan Gale dan kawanannya untuk memenggal kepala Lyana Wood. Namun, saat Gale mengayunkan pedangnya dan mengarahkannya ke leher nenek moyangnya itu, Marshella seperti terdorong sesuatu yang baru saja lewat sekelebat.Asap hitam itu bergerak cepat dan membungkus tubuh Gale, mengangkatnya setinggi kepalanya lalu menghempaskan pria itu dengan sangat keras ke padang rumput yang mereka injak. Tiga orang anak buahnya saling memandang dan bergerak takut-takut. Sementara itu, Keith mendekap Kelly dengan jubahnya begitu asap hitam itu mengarah padanya. Namun, saat hampir dekat asap hitam itu justru menggumpal lalu bertiup ke atas dan berputar-putar di sana.Keith tidak terlihat takut. Wajahnya tegang karena waspada. Di sisi lain, Kelly justru terlihat takut karena melihat darah segar men
“Kau baik-baik saja?” Marvel berusaha membantu membangunkan Marshella yang berkeringat dingin. “Mimpi buruk lagi?” Marvel terkejut saat tangan gadis itu menyentak, sama seperti malam sebelumnya. Ia pun menarik diri. Marshella mengedarkan pandangannya. “Kita di salah satu rumah warga, Sir Rodrigo. Kurang dari setengah jam dari York.” Marshella menunduk dan memejamkan mata. Napasnya terengah-engah. Ia ingat akan suara tembakan saat Marvel kembali. “Aku mendengar suara tembakan.” “Tembakan?” tanya Marvel mengernyitkan dahi. Marshella mengangguk. “Tidak ada yang menembak. Mungkin kau salah dengar antara suara petir dengan tembakan. Saat aku datang dan menyuruhmu lari, kau terlihat sempoyongan. Apa yang terjadi?” Marvel memegang pinggangnya yang terselip pistol di sana. Pistol itu ia temukan di laci mobil milik Ste
Saat bangun dan mendapati Marvel di depannya, ia terkejut bukan main. Bayangan Keith membunuh Lyana, ibunya begitu jelas. Sesuatu yang sama sekali tidak ia duga. Karenanya, wanita itu menjadi lebih berhati-hati dan menjaga jarak dari Marvel.Begitu Marvel menutup pintu, ia bergegas ke jendela, melongok ke luar. Seperti halnya rumah-rumah di desa-desa Yorkshire, rumah ini terlihat memiliki jarak dari tanah. Ada bebatuan yang menopang sebagai pondasi. Meskipun begitu, itu tidak cukup tinggi sehingga Marshella mempertimbangkan untuk melompat.“Tidak. Kalaupun aku melompat dari sini dan keluar dari sini, bagaimana caraku kabur?” gumamnya. Ia lantas ingat kalau Marvel membawa mobil ke sini—kendaraan milik Steve.“Benar. Aku harus mencuri kunci mobil. Mungkin bisa kulakukan setelah Marvel tidur!”Marshella pun bergerak ke pintu dan bermaksud untuk membukanya sedi
Marvel terbangun dan mendapati dirinya di tempat yang tidak biasa. Udara lembab dan pengap. Ia menyadari bahwa dirinya berada di dalam gua begitu mendengar tetesan air dari langit-langit. Pria itu ingat bahwa dirinya sedang bicara dengan Sir Thomas Rodrigo sebelum semuanya terasa menyakitkan dan akhirnya tidak sadarkan diri. “Kau sudah bangun?” Suara dari bagian gua yang lebih gelap mengagetkan laki-laki itu. Matanya menyipit, mencoba mencari siapa yang berbicara. Dibantu oleh semburat cahaya matahari yang menerobos dari celah-celah langit goa, seseorang muncul dari bagian yang gelap. “Sir Rodrigo?” Marvel mengernyitkan dahinya. Laki-laki tua itu mengenakan pakaian yang sangat asing, seperti pakaian jaman dulu. jauh berbeda dengan saat mereka bertemu pertama kalinya. Dan lagi, Sir Rodrigo terlihat lebih muda meskipun keriput masih terlihat jelas dan janggutnya le
York, Tahun 1488 [Setahun sebelum Perang Saudara Berakhir] Marvel terlempar ke momen lainnya. Kali ini, ia berada di depan sebuah rumah yang cukup megah dengan lukisan bunga mawar merah di pintunya. “Ah, mimpi ini benar-benar membuatku gila.” Marvel bergumam sendiri. Lalu, ia merasa menyatu dengan tubuh dan pikiran orang lain. Ada kenangan yang sebelumnya tidak ia ingat sama sekali—dan sekarang justru terpatri dengan jelas. Seraya menekan kepalanya yang terasa sakit. Saat itulah, Marvel melihat seorang gadis dengan rambut dikepang dan mengenakan penutup kepala menoleh padanya sebelum masuk ke dalam sebuah rumah di seberang jalan bertuliskan, “Toko Roti Ann”. “Marshella?” Otak Marvel mengenalinya sebagai Marshella. Namun, nama lain juga muncul di saat bersamaan. “Kelly?” Marvel menoleh mendengar suara itu. Namun,