Share

BAB 2 ~ GREEN HILL

Keira membuka pintu toko Bluestone yang saat membukanya berbunyi “Tiing..”, karena ada sebuah lonceng kecil yang tergantung di atas pintu. Ia masuk kedalam toko dan langsung menyapa paman Noir.

“Selamat sore paman Noir yang paling tampan sejagat alam ghaib serta makhluk-makhluknya!” teriak Keira sambil nyengir kuda.

“Astaga Keira, kau kejam sekali mengatai orang tua renta ini dengan sebutan macam itu. Kau ini mau paman sentil retina matanya?” balas paman.

“Astaga paman, mohon ampuun… Keira masih ingin melihat wajah tampan jodoh Keira dimasa depan kelak,” ceplos Keira pada paman Noir kesayangannya ini.

Paman Noir memang sudah seperti keluarga bagi keira. Sedari kecil paman Noir lah tempat Keira dan kakanya bernaung dari rumahnya. Ia sering sekali mengajari Keira dan kakaknya bermain piano dan juga mengajarkan banyak sekali kebaikan. Mungkin karena pama Noir hidup sendiri sehingga pada saat pertama kali Keira datang bermain kesana paman Noir tampak sangat senang pada mereka. Itulah yang membuat Keira betah berada di toko paman Noir ini, ia tidak merasakan kesepian dan dapat merasakan apa yang tidak ia dapatkan dari rumah keluarganya. Kehangatan, kebahagiaan, dan kepercaya dirian yang tinggi. 

Keira menempati tempat khususnya untuk menunggu pelanggan. Tempat tersebut adalah tempat favoritnya dari kecil, dan sampai sekarangpun tempat tersebut sudah menjadi hak wilayah miliknya. Sebuah meja kotak berukuran sedang dan kursi yang terbuat dari kayu diujung ruangan.  Toko Bluestone memang memiliki arsitektur klasik yang unik. Sebagian besar barang-barangnya terbuat dari kayu jati yang dilapisi plitur yang mengkilap. Terdapat beberapa lukisan laut dan juga lukisan abstrak yang terlihat sangat glamour. Hampir semua bagian dindingnya bewarna coklat kayu karena memang seluruh dinding dan lantainya terbuat dari kayu jati yang sangat kuat. sangat menampakkan kesan klasik yang unik.

Seperti biasa, tak banyak yang datang ke toko itu. Tidak setiap saat orang membutuhkan alat musik, dan tak setiap saat pula orang-orang ingin menjual alat musik kesayangannya.

Sambil menunggu pelanggan, Keira juga biasanya mengerjakan beberapa tugas kuliahnya di tempat itu. Keira juga sering berlatih piano di toko paman Noir. Disana terdapat piano bewarna putih klasik yang memiliki ukiran yang sangat indah, menurutnya. Piano tersebut telah ada sejak ia masih kecil. Ia dahulu sering memainkannya bersama kakaknya, Rega. Piano itu tak pernah berpindah dari tempatnya sedari dulu, karena paman Noir sama sekali tidak berniat untuk menjualnya. Paman Noir meletakkannya di dalam toko itu hanya untuk memajangnya saja serta bebas dimainkan oleh siapapun. Dan sekaligus untuk megenang almarhumah istrinya yang sudah meninggal. Karena pada piano tersebut tersimpan memori terindah yang paman Noir miliki bersama istrinya dahulu. Saksi bisu perjuangan cinta serta riuhnya rintangan yang mereka hadapi untuk dapat terus bersama.

Dan juga tersimpan banyak sekali kenangan Keira. Kenangan tiga anak kecil yang sering bermain untuk menghabiskan waktu bersama. Telah tertawa dan menangis bersama, dan juga telah menerima banyak penderitaan. Banyak sekali memori Keira yang selalu ia ingat pada piano tersebut. Dan sayangnya ia kehilangan beberapa bagian memori penting lainnya pada saat itu. Meskipun hal tersebut terjadi bukan tanpa sebab. Karena sebuah tragedi yang sampai saat ini tak mampu Keira ingat.

Keira berjalan menuju piano putih milik paman Noir, tiba-tiba ia teringat satu lagu dan sangat ingin ia mainkan saat ini. “Nocturne op.9 no.2”. Lagu romantik klasik yang memiliki melodi yang sangat menghanyutkan.

Keira duduk dikursi pianonya. Perlahan tangannya menekan tuts piano dan memulai lagunya dengan amat anggun. Dengan gemulai tangannya menari di atas piano dengan sangat lembut. Sangat menghanyutkan.

Tanpa ada seorangpun yang menyadari, ada seorang pria yang akan masuk toko namun langkahnya terhenti oleh karena melihat permainan piano Keira. Perlahan ia masuk kedalam tanpa membuat suara lonceng di atas pintu berbunyi keras, sehingga tak ada yang sadar atas kehadiran pria tersebut.

Ia terlihat sangat mengamati Keira. Dan tanpa disadari ia mulai terpukau.

“Nocturne op.9 no.2”

“ ya lagu itu,” ucap pria itu pelan sambil terus menatap permainan piano Keira.

Tak berapa lama permainan Keira telah selesai. Ia memejamkan mata sambil menghembuskan napas dan tersenyum senang. Seperti biasa, ia merasa lega sekali setelah bermain piano. Membuat perasaannya jauh lebih baik dibanding sebelumnya.

“Selamat malam! Mau mencari alat musik?”

Tiba-tiba paman Noir muncul dari belakang sambil membawa cangkir teh hijau kesayangannya dengan sedikit mengagetkan pria itu.

“Saya mencari biola baru dengan kualitas yang terbaik."

Dengan sigap Keira berdiri dan langsung menunjukkan arah ke tempat beberapa biola baru dan lama yang berada di sebelah rak harmonika dan seruling di bagian belakang.

“Sebelah sini, tuan. Ada beberapa biola bekas dan baru. Semua barang disini sudah dijamin kualitas terbaik.”

“Diantara semua ini mana yang paling bagus?” tanya pria tersebut.

“Kalau boleh saya sarankan, yang ini saja tuan. Meskipun bekas dan terlihat model lama tapi kualitas bunyi yang dihasilkan sangat nyaring dan bagus,” kata Keira sambil mengambil dan mencoba membunyikan biola tersebut di depan pria tersebut.

“Wahh benar sekali, suara yg dihasilkan sangat bagus. Baiklah saya akan mengambil yang ini.”

Lalu Keira membawakan biola tersebut ke meja paman Noir yang juga sekaligus menjadi kasir toko Bluestone.

Paman Noir mengambil tas biola tersebut dan memasukkannya dengan sangat rapi.

“Pilihan yang bagus tuan,” puji paman Noir pada pria tersebut.

“Tadi pekerjamu yang menyarankanku membeli ini. Dan ya, suara biola ini sangat nyaring dan bagus.”

Setelah selesai dengan transaksi tersebut, pria itu menghampiri Keira yang sedang mengelap beberapa gitar di sebelah pintu masuk toko.

“Aku tadi sempat melihatmu bermain piano, kau sangat berbakat. Permainanmu tak hanya menekan-nekan tuts piano itu saja, nada-nada yang kau hasilkan tadi seperti sedang berbicara. Sangat tulus. Aku menyukainya," puji pria itu yang tiba-tiba mengagetkan Keira.

“Ahh, tidak perlu berlebihan tuan. Aku hanya bermain ketika aku menginginkannya.”

“Apakah kau mau tampil di acara amal di sebuah yayasan panti asuhan? Untuk menghibur anak-anak. Disana terdapat acara tahunan bernama 'Green Hill Contest'. Ada beberapa anak-anak yang akan tampil juga. Mereka pasti senang bertemu denganmu,” ajak pria tersebut sambil menyodorkan sebuah kartu nama miliknya.

“Bila kau mau, hubungi saja aku. Nanti untuk urusan selanjutnya akan ku beritahu padamu. Kau tenang saja, aku akan membayarmu berapapun yang kau minta. Dan, siapa namamu?”

“Namaku keira tuan… Moza?”  jawab Keira sambil melihat kartu nama tersebut.

“Baiklah Keira, akan kutunggu telepon darimu.” Ucap pria tersebut lantas pergi meninggalkan Keira yang masih sibuk membaca kartu nama milik tuan Moza.

“Tuan Moza, pemilik yayasan Green Hill?”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status