Home / Urban / Lost You in the Melody / BAB 3 ~ PERSETUJUAN

Share

BAB 3 ~ PERSETUJUAN

Author: FA Jasmine
last update Last Updated: 2021-06-15 01:25:37

Pagi hari di akhir pekan ini Keira sudah bersiap untuk pergi ke toko paman Noir. Namun, karena sepagi itu toko belum dibuka, maka Keira pergi ke tempat kakaknya terlebih dahulu. Jika dihari-hari biasa dia pasti datang saat setelah selesai bekerja, namun diakhir pekan Keira datang pagi-pagi sekali untuk bertemu kakaknya.

Saat perjalanan menuju rumah sakit di pusat kota yang lumayan dekat dengan rumah Keira, ia menyempatkan untuk membeli bunga di toko bunga langganannya dekat rumah sakit. Toko tersebut memang sudah buka sedari subuh, dan tutup di jam yang sangat larut. Sehingga Keira selalu dapat membeli bunga disana ketika akan menemui kakaknya. Namun, kebiasaan Keira hanya membeli sebatang bunga saja. Yaitu sebatang bunga krisan bewarna ungu.

“Permisi!” sapa Keira pada sang penjual yang tampak sedang merangkai beberapa bunga di meja depan toko.

“Ahh, seperti biasa nona?” tanya wanita penjual bunga tersebut karena telah hafal dengan apa yang selalu Keira beli di tokonya.

“Yap, tepat sekali kak.”

Keira tersenyum lebar.

“Tunggu sebentar,” ucap wanita tersebut sambil berjalan menuju rak dalam toko yang berisi banyak sekali macam-macam bunga.

Tak lama wanita si penjual bunga keluar dari toko dengan membawa Bunga pesanan Keira.

“Khusus hari ini, bunga ini gratis untukmu. Hari ini aku sedang berbahagia karena kekasihku telah melamarku kemarin. Astaga... aku sampai tidak bisa tidur semalaman sangking bahagianya,” ucap wanita itu sambil tersenyum sangat lebar dengan pipi yang sedikit merona.

“Astaga kak, mukamu sekarang saja sudah seperti kepiting rebus. Aku tidak bisa mengira seberapa bahagianya engkau saat ini. Tapi untuk bunga gratisnya ini, terima kasih banyak!”

Keira melanjutkan perjalanannya menuju rumah sakit yang tinggal beberapa meter lagi. Ia menatap gedung tinggi tersebut. Entah kenapa rasa nyeri di hatinya mulai datang lagi, rasa sakit di hatinya karena melihat kondisi kakaknya kini dan ketidak pedulian orangtuanya pada mereka. Menciptakan beberapa luka yang dalam di hatinya.

Keira menaiki lift untuk menuju kamar kakaknya di lantai tiga gedung besar ini.

“ting”

Suara lift yang menandakan bahwa Keira telah sampai di lantai tujuannya. Ia segera keluar dan menuju kamar Rega.

“Selamat pagi, tuan Rega kesayangannya Keira!” ucap Keira setelah masuk ke kamar Rega dan melihatnya tengah melahap bubur serta sayur-mayur di atasnya yang terlihat segar.

“Selamat pagi, Kei!” jawab Rega dengan suara beratnya yang lirih karena memang tak memiliki banyak tenaga seperti Keira.

Keira menaruh bunganya di atas piano yang ada di dalam kamar kakaknya. Ya, Rega meminta keira menaruh sebuah piano di kamarnya agar setiap Keira datang Keira dapat bermain piano untuknya. Serta, agar ia dapat melihat semua kemajuan adiknya itu dalam bermain piano.

“Kak, kemarin dosen memberiku tugas mengaransemen sebuah lagu untuk bahan ujian semester nanti. Kau tahu? Dosenku memilih lagu canon, lagu yang sering kita mainkan dari dulu!” curhat Keira dengan wajah yang sumringah.

“Benarkah? Dosen itu sangat mempermudah dirimu, Kei. Kau bahkan bisa memainkan lagu itu dengan mata tertutup.”

“Tidak seperti itu juga, kak. Tapi pada tugas ini kan misinya untuk mengaransemen, aku bahkan belum mulai mengerjakannya sama sekali.”

“Segera mulailah, jangan mengerjakannya dengan mendadak. Nanti kau bisa tertekan dan membuat hasil kerjaanmu menjadi tidak memuaskan,” ujar Rega mengingatkan adiknya sambil memakan suapan terakhir sarapannya itu.

“Baiklah, tuan..” canda Keira yang kini duduk dismping ranjang kakaknya.

Rega kembali sedikit membaringkan tubuhnya lagi. Keira mengambil tangan Rega dan mengusapnya pelan. Ia benar-benar ingin kakaknya sembuh dan menjalani hari bersama dengan Keira.

“Tetaplah menjalani hidupmu dengan baik, Kei. Jadilah orang baik,” ucap Rega sambil menarik tangannya dari ganggaman Keira untuk mengusap kepala adiknya tersebut.

“Aku memang sudah menjadi orang baik dari dulu, kak!” jawab Keira sambil tertawa terbahak-bahak. Rega pun turut tertawa melihat tingkah Keira yang sangat menggemaskan itu, menurutnya.

“Aku akan pergi, kak. Sudah jam segini. Setelah ini toko paman Noir akan segera buka,” pamit Keira sambil berdiri dan memeluk kakaknya.

“Baiklah. Hati-hati di jalan, Kei.”

Keira berjalan menuju toko Bluestone. Ditengah perjalanan Keira membeli dua potong roti lapis, satu untuk ia sarapan dan yang satu lagi untuk paman Noir. Saat akan mengambil uang dari dompetnya, ada selembar kertas kecil ikut terjatuh. Ia segera mengambil dan menggenggamnya dengan segera lalu membayarkan roti lapisnya.

Perjalanan berlanjut setelah Keira membeli roti tersebut. Ia mengingat selembar kertas yang digenggamnya tadi, dengan segera Keira memeriksanya.

Ternyata kartu nama milik tuan Moza, Keira ingat dengan ajakan tuan Moza kemarin. Setelah dipikir-pikir, menurut Keira tawaran tuan Moza cukup menarik. Tapi yang membuat Keira sulit memutuskan adalah karena Keira belum pernah tampil di depan umum sebelumnya, sehingga ia belum terlalu percaya diri untuk menerimanya.

Tapi kesempatan tidak akan datang dua kali, Keira sangat tertarik untuk mengikuti kontes tersebut. Maka dari itu, Keira ingin menggunakan kesempatan itu.

Keira mengambil ponsel

dari sakunya dan menekan nomor sesuai dengan yang ada di kartu nama tuan Moza.

“Halo, tuan Moza! Ini Keira, kemarin yang kau beri tawaran untuk tampil disebuah kontes yayasan. Dan aku tertarik untuk menerimanya.”

“Ahh Keira, iya... Aku sangat senang akan keputusanmu. Tapi kau tak perlu memanggilku formal seperti itu, panggil saja aku paman. Aku lebih nyaman dipanggil seperti itu,” ucap pria di seberang telepon tesebut.

“Baiklah, paman. Kapan acara itu dilaksanakan? Dan lagu apa yang harus kupersiapkan?” tanya Keira.

“Acaranya seminggu lagi, Kei. Kau tenang saja, lagu dan persiapan latihan akan kupersiapkan. Kau hanya perlu datang dan berlatih saja. Latihan dilaksanakan tiga kali pada hari Selasa, Kamis, dan Jum’at. Dan lagi, kau tidak perlu repot-repot pergi sendiri ke yayasan untuk berlatih. Akan ada yang menjemput dan mengantarmu pulang,” jelas pria tersebut.

“Astaga, paman. Kenapa kau perlu sampai seperti ini? Aku bisa berangkat sendiri.”

“Tidak apa, Kei. Saat pertama melihatmu aku sudah menganggapmu sebagai putriku sendiri. Oh iya, kau mau kubayar berapa untuk pertunjukan ini?”

“Tidak paman, aku ingin melakukan ini. Aku ikhlas melakukannya tanpa mengharap imbalan apapun. Lagipula paman sudah mempersiapkan segalanya, dan aku tinggal bermain saja kan?” tolaknya karena memang Keira sama sekali tak membutuhkan uang saat ini.

“Baiklah, tapi jika kapanpun kau menginginkan sesuatu katakana saja. Aku akan mengabulkannya untukmu.”

“Baik, paman. Terimakasih banyak atas tawarannya.”

“Aku juga berterima kasih padamu karena telah menerima tawaranku. Pasti anak-anak bahagia dengan kehadiranmu. Sampai jumpa dihari latihan, Kei!”

“baik, paman. Sampai jumpa!”

Setelah itu Keira melanjutkan perjalanan menuju toko Bluestone untuk bekerja seperti biasa.

Tak memakan watu yang lama untuk keira sampai di sana, Keira langsung menyapa paman Noir dan memberikan roti lapis yang ia beli tadi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Lost You in the Melody   BAB 29 ~ KOSONG

    “Terkutuklah, kau, Setan sialan!” teriak Keira sambil memejamkan mata.“Enak saja setan, dokter tampan seperti ini tidak pantas di sama-samakan dengan setan manapun. Ternyata kau ini juga penakut rupanya,” ujar sang pelaku yang membuat jantung Keira hampir terpental dari asalnya ini.Keira langsung menyadarkan diri, lalu melihat siapa pria di hadapannya saat ini. Dan setelah mengenalinya Keira mulai menarik napas jengah, sambil menampakkan muka yang sangat datar.“Sepertinya aku tidak salah, tuh. Kau kan memang manusia berperilaku seperti setan, mengageti orang seperti itu. Itulah pekerjaan setan, dan kau melakukannya dengan sangat baik.”Astaga, Keira berusaha setengah mati menahan rasa malunya dan berusaha mengalihkan pembicaraan saat ini. Mengingat tingkahnya yang ketakutan tadi, ia benar-benar menyesal sempat bercerita horror dengan Rega sebelumnya. Karena hal itulah ia jadi merasa lebih was-was terhadap sekitarnya,

  • Lost You in the Melody   BAB 28 ~ MEMORI KOSONG

    “Kau mengaku saja!” seru Noel dengan nada santai, namun penuh selidik. “Itu tadi kekasihmu yang waktu itu kan?” lanjutnya sambil tersenyum menggoda menatap Keira yang telah duduk di mejanya kini. Keira pun hanya memutar bola matanya malas. Pria satu ini sepertinya memang sangat kurang kegiatan, hingga memiliki banyak waktu luang untuk mengganggunya saat ini. “Paman Noir, kenapa Paman membiarkan orang aneh ini masuk, sih?” tanya Keira kesal. “Aku kira dia temanmu, Kei. Katanya dulu dia juga sering bermain denganmu,” ucap Paman Noir sambil fokus menatap layar komputer di depannya. Seperti biasa, Paman Noir pasti sedang memainkan permainan katak Zuma kesukaannya. “Tidak, dia bukan temanku,” jawab Keira acuh, sambil memutar bola matanya malas. Paman Noir hanya terkekeh mendengarnya, ia berpikir bahwa mungkin Keira dan Sean sedang bertengkar saat ini. “Paman, apakah Paman ingat dulu aku suka bermain di depan toko ini juga? Bahkan ak

  • Lost You in the Melody   BAB 27 ~ TOKO GITAR

    “Matamu sangat indah. Jadi, aku ingin melihatnya dari dekat seperti ini... Sebentar saja,” ujar Noel sambil memajukan mukanya dan terus menatap mata Keira dalam-dalam.Sangking terkejutnya dengan perlakuan Noel tersebut, Keira hanya bisa terdiam tanpa melakukan apapun. Ia hanya bisa sedikit melebarkan matanya dengan degupan jantung yang tidak karuan karena semua yang terjadi terlalu tiba-tiba.Namun, dengan waktu yang sangat singkat mata Noel dengan mudah dapat mengunci pandangan milik Keira. Disaat yang bersamaan pun Keira ikut tenggelam di dalam mata Noel yang tampak sangat dalam itu. Rasanya terlalu dalam hingga hatinya ingin ikut terbawa, di sisi lain juga ada ketakutan jika ia akan terjatuh terlalu dalam dan sulit untuk keluar dari dasar sana.Hingga beberapa detik berlalu. Angin pun berhembus mengarah ke dataran muka milik Keira yang membuat anak-anak rambutnya ikut tersampir oleh gelombang angin yang lembut, serta membawa sebuah aroma khas mas

  • Lost You in the Melody   BAB 26 ~ ABI TAMPAN

    “Halo, Noel! Ada apa?”“..........”“Ah, iya..”“..........”“Baiklah..”“.........”“Iya, sampai jumpa besok!”Panggilan terputus.Setelah panggilan berakhir, Keira pun menaruh ponselnya kembali ke tempat asalnya lalu kembali berbaring dan memejamkan mata. Baru saja ia memejamkan matanya, lagi-lagi dering ponselnya berbunyi nyaring. Dan entah mengapa kini rasanya dering tersebut semakin terdengar menyebalkan saja, sebab Keira benar-benar sudah hampir terlelap tadi. Tapi, ada saja yang membuatnya memaksakan kedua matanya untuk terbuka secara mendadak.Keira duduk dengan perasaan fustasi, ia mengambil poselnya dengan tidak santai. Ia sekilas melihat layar ponsel, yang ternyata nama Sean lah yang terpampang di sana dan membuatnya sangat kesal. Dengan terpaksa, ia menekan tombol hijau dan mengerahkan benda pipih i

  • Lost You in the Melody   BAB 25 ~ PENEPATAN JANJI

    “Apa?!” tanya Keira sewot.“Sudah, ikut saja. Aku jamin kau akan merasa sangat senang nanti,” jawab Sean sambil memberikan salah satu helm nya.“Tidak, pergilah!” cetus Keira sambil melipat tanganya di depan dada.Sean menghembuskan napas sambil berpikir bagaimana cara untuk membujuk gadis pemarah di depannya ini.“Ayolah..”“Tidak!” gertak Keira lalu berbalik pergi meninggalkan Sean menuju halte di depan sana.Sean tak tinggal diam, ia sedang dalam mode pantang menyerah saat ini. Ia turun dari motor dan memarkirkannya sembarangan lalu mengekor pada Keira.“Kalau begitu aku akan terus mengikutimu seperti ini,” ancam Sean.Ia terus mengekori Keira dengan banyak tingkah. Ia mengikutinya dengan keadaan masih mengenakan helm. Kelakuannya tersebut sampai membuat Keira malu, karena beberapa orang di halte menatap mereka dengan tatapan yang sedikit aneh.Ke

  • Lost You in the Melody   BAB 24 ~ AKHIRNYA

    Ia terlihat berdiri dengan tatapan yang sangat sulit diartikan, sangat aneh, dan terlihat seperti tengah bersedih.“Apakah Sean menangis?” batin Keira sambil mengerutkan dahi.Ia berjalan mendekati Sean dengan langkah cepat dan raut yang khawatir. Ia takut, mungkin saja saat ini Sean sedang kerasukan hantu Noni Belanda yang tengah bersedih ria.Sedangkan di sisi yang berlawanan, Sean terus menatap Keira yang kini tengah berjalan ke arahnya. Keira, dengan gaun indah serta rambut panjangnya yang terurai itu menunjukkan raut khawatir.Sean menghembuskan napas yang semakin memberat sejak beberapa waktu terakhir, banyak sekali penyesalan yang harus ia tanggung sendirian selama bertahun-tahun ini. Namun disaat yang bersamaan, ada kelegaan di hatinya. Usaha pencariannya kini telah menemui akhir, dan sama sekali tidak terduga.Beberapa bulan terakhir memang terasa makin sulit bagi Sean, ia terus terpikirkan oleh rasa bersalahnya t

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status