Share

Lost You in the Melody
Lost You in the Melody
Author: FA Jasmine

BAB 1 ~ BLUESTONE

Sedari kecil, Keira suka bermain piano. Ia dan kakaknya sering belajar bersama di rumah dan di sebuah toko jual beli alat musik dekat rumahnya, toko Bluestone milik paman Noir. Kakaknya sangat pandai bermain piano saat itu. Namun, sekarang tidak mungkin karena piano yang berada dirumah telah dihancurkan dan dibuang oleh ayahnya ketika ia masih kecil. Tidak banyak yang Keira ingat, yang dia ingat hanyalah amarah ayahnya yang menggebu-gebu melarang mereka untuk bermain piano lagi. Pun kakaknya yang kini sudah tidak berada dirumah.

Seperti biasa, hari ini Keira ada kelas di kampusnya. Ia harus mulai bersiap dan berangkat ke sana. Waktu tempuh menuju kampusnya hanya 15 menit dengan berjalan kaki.  

Setelah Keira sampai di kampus, ia langsung menuju kelasnya dan menempati tempat duduknya. Sekitar lima menit lagi kelasnya akan dimulai. Ruang kelas pun sudah penuh.

“Selamat pagi..” ucap dosen yang tiba-tiba masuk, dan kelaspun dimulai seperti biasa.

Sekarang ini merupakan tahun kedua Keira berada di kampus itu. Sangat menyenangkan baginya menempuh studi disana, meskipun banyak badai dan rintangan yang harus ia lewati sendirian. Keira memang sudah terbiasa melakukan segalanya sendirian, karena memang tidak ada satupun orang yang bisa ia andalkan.

Hari ini kelas keira berakhir dengan lancar. Ia diberi tugas mengaransemen sebuah lagu untuk ujian semester, yang akan diadakan tiga bulan lagi. Tapi disamping hal itu, ia sedikit lega karena lagu yg dipilih oleh dosennya untuk diaransemen adalah lagu yang tidak asing baginya. Canon. Canon adalah salah satu lagu klasik yang sangat terkenal. Lagu tersebut adalah lagu yang paling sering ia mainkan sejak kecil. Banyak memori yang terkandung di dalamnya.

Selesai kuliah, Keira pergi ke tempat paman Noir. Ia bergegas kesana karena bekerja paruh waktu. Meskipun kehidupan Keira sangat amat tercukupi, ia tetap bekerja untuk menghabiskan waktu diluar rumah. Ia sangat benci dengan suasana rumahnya yang sepi serta kedua orangtua yang tidak pernah peduli padanya. Sebisa mungkin ia hanya pulang saat ingin tidur dan mengambil barang saja. Sebenarnya dahulu paman Noir tidak menyetujui rencana Keira yang ingin bekerja paruh waktu ditempatnya, karena paman Noir sangat paham seberapa banyak beban pikiran maupun beban tugas-tugas dari kampus yang harus Keira tanggung. Paman Noir akan senang jika Keira hanya bermain dan melakukan hal apapun di tempatnya, seperti kebiasaannya dari dulu. Namun, Keira tetaplah Keira. Ia selalu keras kepala ingin membantu paman Noir yang bahkan hanya mampu menggaji Keira dengan nominal yang sangat kecil. Namun, memang bukan itu yang Keira cari. Ia hanya ingin membantu paman Noir dan juga ingin menghabiskan lebih banyak waktu di luar rumah saja. Dan akhirnya, paman Noir menyerah lalu membiarkan Keira melakukan hal yang ia mau.

Hari ini hujan gerimis, untung saja Keira membawa payung lipat ditasnya. Ia mulai berjalan dengan sedikit cepat diatas jalanan yang licin namun hati-hati. Saat hampir tiba di toko tersebut, Keira melihat nenek tua penjual buah disebelah toko paman Noir sedang kesusahan mengumpulkan buah tomat yang berserakan di depannya. Sepertinya, keranjang buah tomat tersebut telah terjatuh. Dengan segera Keira melipat payungnya yang basah dan membantu nenek tua tersebut.

“Keira bantu ya nek,” ijin Keira sesaat sebelum ia mulai memungut tomat tersebut.

Saat itu juga nenek langsung berkata, “Terimakasih, kei.” sambil tetap mengambil buah tomat yg berada di bawah.

“Sama-sama nenek madu yang manis legit…” ucap Keira sambil tertawa lebar.

“Kau ini tidak pernah berubah,” ujar nenek madu melihat tingkah Keira.

Dibawah hujan gerimis Keira mengambil beberapa buah yang terlempar agak jauh dari posisi keranjang.

Saat Keira mengambil tomat-tomat tersebut, ada seorang pria yang keluar dari toko paman Noir. Pria itu tinggi dengan memakai kemeja bewarna coklat garis-garis hitam dan memakai topi hitam, sehingga matanya tidak begitu terlihat. Bagian lengannya setengah terlipat. Celana bahan bewarna hitam dan sepatu tali bewarna coklat senada dengan bajunya. Saat ia berjalan keluar dan hendak pergi dari toko paman Noir dengan sedikit kesal, pria itu tak sengaja menginjak dua buah tomat yang ada di depan Keira dengan kaki kanan dan kirinya secara beruntun.

“Apakah aku perlu meminjamkan mataku agar kau bisa melihat dengan jelas? Lihatlah apa yang kau lakukan!!!” semprot Keira dengan nada tertahan agar nenek madu tidak mendengar kegaduhan yang sedang terjadi.

Pria tersebut terlihat masih berkutat dengan dengan sepatunya yang terondai cairan tomat dengan sedikit ampas yang menempel. Ia menarik napas lelah karena selain kesialan yang terjadi pada sepatunya, sepertinya ia akan menghadapi amarah gadis yang ada dihadapannya ini.

“Heii!!!” gertak Keira sekali lagi.

“Ma’afkan aku, aku tidak sengaja. Aku sedang buru-buru tadi sehingga tak sadar menginjak tomat milikmu,” kata pria itu dengan sedikit mendongak agar dapat melihat gadis didepannya ini karena tertutup oleh topi miliknya.

Saat baru saja akan terlihat wajah gadis didepannya, Keira langsung membungkuk dan kembali memunguti tomat-tomat yang berserakan di bawah sambil berkata,

“Terserah kau saja! Minggir! Aku akan mengambil tomat-tomat yang ada di sekitarmu. Kau menghalangiku!”

kekesalan pria itu sedikit teralihkan dengan tingkah dan sifat Keira. Tingkahnya mengingatkannya pada seseorang. Seseorang yang dahulu pernah memakaikan plaster luka pada siku dan lututnya, karena jatuh tersandung balok mainan yang terbuat dari plastik yang ia susun sendiri untuk membuat sebuah benteng-bentengan waktu kecil.

Tapi tak lama pria tersebut langsung pergi dari tempat tragedi  tomat itu, karena telah diusir dengan galak oleh Keira. 

Akhirnya, selesailah pertarungan Keira dan nenek madu dengan para tomat nakal tersebut. Mereka berdua mengangkat keranjang berisi tomat kedalam toko buah nenek madu untuk segera dibersihkan dan disortir lagi.

“Bagaimana kabar Rega, kakakmu kei?” tanya nenek madu.

Air muka Keira berubah seketika dan terlihat ada sedikit kesedihan didalamnya.

“Seperti biasa nek, tak pernah ada kemajuan dari dulu. Masih di tempat yang sama,” kata Keira dengan matanya mengawang ke arah gedung rumah sakit besar di pusat kota yang dapat terlihat dari tempat ia berdiri saat ini.

Keira selalu merindukan sosok kakaknya yang seperti dahulu. Sosok yang selalu menjaga dan membantunya disetiap saat. Yang bisa membuatnya merasa menjadi seseorang yang sangat berharga. Namun apalah dayanya kini, giliran Keira yang menjaga kakaknya. Serta membuatnya merasa menjadi orang yang sangat berharga. Karena memang kakaknya sedang sangat membutuhkan Keira disaat seperti ini.

“Ya.. Kini giliranku,” ucap Keira lirih sambil terus menatap gedung rumah sakit tersebut.

Percakapan yang berlangsung singkat tersebut berakhir dengan kalimat pamit dari Keira untuk masuk ke toko Bluestone dan mulai bekerja.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
nice opening cant wait to read the next chapter.. boleh kasih tau akun sosmed ga ya soalnya pengen aku share ke sosmed trs tag akun author :)
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status