Home / Urban / Lost You in the Melody / BAB 6 ~ RIVER FLOWS IN YOU

Share

BAB 6 ~ RIVER FLOWS IN YOU

Author: FA Jasmine
last update Last Updated: 2021-06-21 18:28:53

“Apakah aku perlu meminjamkan mataku agar kau dapat melihat dengan jelas? Lihatlah apa yang kau lakukan!” teriak Keira karena sedikit kaget dan menahan panasnya kopi yang mengenai tangan serta kakinya.

Pria itu juga terlihat sangat kaget, lantas langsung menarik tangan Keira menuju kamar mandi untuk membantunya segera menyiram luka dari panasnya kopi yang ia bawa tadi sambil berkata,

“Maafkan aku. Aku benar-benar tidak sengaja. Sekali lagi maafkan aku”

Keira tak menjawab, ia masih sibuk menyingkap lengan bajunya agar kulitnya segera tersiram dengan air mengalir di kamar mandi.

Wajah pria itu tampak khawatir, dengan hati-hati ia membantu Keira untuk menyiram kulitnya dibagian yang terkena kopi dengan air.

Untung saja jari-jari Keira selamat, tak terluka sama sekali. Hanya sedikit punggung tangan serta bagian lengannya saja. Bagian kakinya hanya sedikit sekali yang terkena hingga tidak menimbulkan luka berarti.

Tiba-tiba paman Moza datang mencari Keira, karena sudah lama ia tak kunjung kembali untuk berlatih. Paman Moza terbelalak kaget dengan apa yang dilihatnya pertama kali. Keira sedang berduaan dengan seorang laki-laki di kamar mandi. Tapi pria tadi segera menengok dan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi sambil mematikan kran lalu memberikan sapu tangan dari sakunya pada Keira agar ia dapat mengeringkan kulitnya.

“Aku tidak sengaja menumpahkan kopi panasku padanya, Paman. Maka dari itu aku langsung melakukan penanganan pertama untuk meminimalisir lukanya.”

“Astaga, mengapa kau bisa seceroboh ini?” ujar paman Moza dengan nada yang sangat khawatir.

“Aku sedang tidak fokus saja hari ini, paman. Dan aku benar-benar menyesal karena ulahku ini,” ucap pria tersebut dengan nada penuh sesal.

“Apakah kau tidak apa, Kei? Masih bisa bermain piano? Bicaralah yang sejujurnya. Kau tak perlu memaksakan diri untuk ini,” kata paman Moza setelah mereka keluar dari kamar mandi.

“Aku benar-benar tak apa, paman. Lagi pula jari-jari ku ini tak ada yang tidak selamat. Hanya punggung tangan ini saja yang terkena sedikit. Aku masih bisa bermain dengan sangat baik,” jawab Keira sambil memperlihatkan bagian tangan dan lengannya nya yang sedikit kemerahan karena tragedi tadi.

“Jadi dia yang akan menggantikanmu untuk bermain piano di pentas nanti, paman?” tanya pria tadi yang tiba-tiba menyahut.

“Pengganti? Sebelum ini memang paman sendiri yang tampil bermain piano untuk pentas? Berarti paman adalah pianis juga? Tapi mengapa kau menyuruhku untuk bermain padahal kau sendiri bisa melakukannya?” tanya Keira menggebu-gebu karena sangking penasarannya.

“Dulu aku memang seorang pianis, juga sudah tampil untuk kontes ini selama bertahun-tahun. Namun sekarang tidak lagi karena kecelakaan yang telah kualami dua tahun yang lalu. Kecelakaan itu membuat jari-jariku patah dibeberapa bagian dan harus dipasang pen untuk beberapa bulan. Dan kini memang sudah sembuh, tapi tak bisa di gerakkan dengan leluasa seperti dulu...” jelas paman Moza sambil memperlihatkan beberapa kali ia menekuk-nekuk jarinya yang terlihat sangat kaku itu.

“Aku turut bersedih mendengarnya, paman. Pasti kau sangat terpukul kala itu,” ucap Keira bersimpati.

“Mau bagaimana lagi? Hidup akan terus berjalan, aku harus melewatinya. Daripada terus-menerus terjebak dengan kesedihan, lebih baik aku mencari kebahagiaanku dari jalan yang lain...” ujar paman Moza sambil tersenyum tipis.

“Dua tahun ini, posisi paman Moza dalam bermain piano di kontes selalu kosong. Dan kini tiba-tiba ada pengganti. Pasti dia ini sangat berbakat sampai paman Moza sendiri yang memilihnya langsung,” celetuk pria tadi lagi  

“Benar, dia ini memang sangat berbakat. Aku pernah sekali melihat langsung bagaimana ia bermain dengan sangat baik dan juga indah,” jawab paman Moza.

“Tidak usah berlebihan, paman Moza. Aku tidak bermain sebaik itu juga. Tapi pria ceroboh ini siapa paman? Sepertinya aku pernah melihatnya di suatu tempat sebelumnya,” tanya Keira penasaran.

“Dia ini Sean keponakanku, dokter pengangguran yang baru saja pulang ke negara ini. Baru lulus dari kampus kedokteran besar di Inggris dalam masa studinya yang singkat yaitu 3 tahun saja. Disana ditawari kerja dimana-mana, eh malah pulang. Ya jadinya pengangguran seperti ini,” jelas paman Moza diakhiri dengan tawanya yang terbahak-bahak.

“Astaga, apakah kau habis memakan cabai dua kilo lagi paman? Mulutmu sangat pedas sekali. Tapi sepertinya aku juga pernah bertemu wanita ini sebelumnya. Suaranya seperti tidak asing. Dan kata-kata nya mirip dengan seorang gadis pemungut tomat di depan toko jual beli alat musik,” tanya Sean sambil mengernyitkan dahi untuk mengingat-ingat kejadian waktu itu.

“Apakah aku perlu meminjamkan mataku agar kau bisa melihat dengan jelas? Lihatlah apa yang kau lakukan!” ucap Keira dan Sean bersamaan yang tiba-tiba sama-sama teringat kejadian waktu itu.

Entah bagaimana bisa, tapi mereka mengucapkannya secara bersamaan. Rasa-rasanya seperti sedang mengalami "deja vu".

Astaga mereka lucu sekali.

“Iya.. aku yang waktu itu memungut tomat, dan karena kecerobohanmu yang menginjak para tomat-tomat, nenekku jadi rugi dua biji dan aku yang harus membersihkan sisa kotorannya. Apakah memang dimana-mana kau selau bertindak ceroboh seperti itu?” tanya Keira dengan wajah yang kesal.

“Aku jarang sekali bertindak ceroboh sebelumnya. Tapi entah kenapa saat bertemu denganmu aku selalu melakukan kesalahan,” katanya heran. Karena setelah dipikir-pikir lagi memang Sean bertindak ceroboh di negara ini, hanya pada saat bertemu Keira saja.

“Sudah, mari hentikan percakapan ini dan mulai latihan. Dan kau, Sean. Lanjutkanlah kesibukan menganggurmu di sini,” kata paman Moza sambil membawa Keira pergi dan tak lupa dengan tawa terbahak-bahak miliknya karena telah mengatai Sean dengan sangat puas.

“Benar-benar pamanku yang satu ini, inilah akibat dari melajang sampai tua! Terlihat sangat amat kurang kasih sayang!” teriak Sean karena paman Moza yang telah berjalan menjauh bersama Keira.

“Tapi aku bahkan belum mengetahui namanya,” kata Sean dalam hati sambil melihat punggung Keira yang menghilang di belokan lorong.

Mereka telah berkumpul di tempat berlatih lagi, Ellish terlihat sudah siap dengan biolanya. Dan beberapa anak-anak yang duduk melingkar untuk dapat melihat Keira dan Ellish berlatih. Tak lupa tiga anak kecil itu, Michael, Aldo dan Sherin menonton di baris paling depan untuk melihat Keira. Sepertinya, mereka bertiga sudah sangat menyukai Keira. Sangat amat terlihat dari wajah bahagianya mereka.

Paman Moza datang dengan membawa sebuah kertas berisi aransemen lagu, lalu memberikannya masing-masing pada Keira dan Ellish.

“Yang akan kalian tampilkan pada saat kontes nanti adalah lagu yang berjudul “River Flows in You”. Lagu ini sudah ku aransemen sendiri sesuai dengan alat musik kalian agar hasilnya menjadi selaras dan indah. Kalian berdua tinggal menghafal dan menyelaraskan keduanya saja,” kata paman Moza menjelaskan.

“Baik, paman..” ucap mereka berdua bersamaan.

Mereka akhirnya memulai latihannya. Pada awalnya mereka bermain sendiri-sendiri untuk pemanasan dan menguatkan permainan masing-masing dahulu.

Hingga setengah jam berlalu, mereka baru mulai berlatih bersama. Mereka berulang kali berhenti ditengah lagu karena merasa kurang selaras. Ketukan tak sama, dan karena beberapa kali salah memainkan kunci. Mereka terus berlatih hingga jam menunjukkan pukul setengah sembilan malam.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Lost You in the Melody   BAB 29 ~ KOSONG

    “Terkutuklah, kau, Setan sialan!” teriak Keira sambil memejamkan mata.“Enak saja setan, dokter tampan seperti ini tidak pantas di sama-samakan dengan setan manapun. Ternyata kau ini juga penakut rupanya,” ujar sang pelaku yang membuat jantung Keira hampir terpental dari asalnya ini.Keira langsung menyadarkan diri, lalu melihat siapa pria di hadapannya saat ini. Dan setelah mengenalinya Keira mulai menarik napas jengah, sambil menampakkan muka yang sangat datar.“Sepertinya aku tidak salah, tuh. Kau kan memang manusia berperilaku seperti setan, mengageti orang seperti itu. Itulah pekerjaan setan, dan kau melakukannya dengan sangat baik.”Astaga, Keira berusaha setengah mati menahan rasa malunya dan berusaha mengalihkan pembicaraan saat ini. Mengingat tingkahnya yang ketakutan tadi, ia benar-benar menyesal sempat bercerita horror dengan Rega sebelumnya. Karena hal itulah ia jadi merasa lebih was-was terhadap sekitarnya,

  • Lost You in the Melody   BAB 28 ~ MEMORI KOSONG

    “Kau mengaku saja!” seru Noel dengan nada santai, namun penuh selidik. “Itu tadi kekasihmu yang waktu itu kan?” lanjutnya sambil tersenyum menggoda menatap Keira yang telah duduk di mejanya kini. Keira pun hanya memutar bola matanya malas. Pria satu ini sepertinya memang sangat kurang kegiatan, hingga memiliki banyak waktu luang untuk mengganggunya saat ini. “Paman Noir, kenapa Paman membiarkan orang aneh ini masuk, sih?” tanya Keira kesal. “Aku kira dia temanmu, Kei. Katanya dulu dia juga sering bermain denganmu,” ucap Paman Noir sambil fokus menatap layar komputer di depannya. Seperti biasa, Paman Noir pasti sedang memainkan permainan katak Zuma kesukaannya. “Tidak, dia bukan temanku,” jawab Keira acuh, sambil memutar bola matanya malas. Paman Noir hanya terkekeh mendengarnya, ia berpikir bahwa mungkin Keira dan Sean sedang bertengkar saat ini. “Paman, apakah Paman ingat dulu aku suka bermain di depan toko ini juga? Bahkan ak

  • Lost You in the Melody   BAB 27 ~ TOKO GITAR

    “Matamu sangat indah. Jadi, aku ingin melihatnya dari dekat seperti ini... Sebentar saja,” ujar Noel sambil memajukan mukanya dan terus menatap mata Keira dalam-dalam.Sangking terkejutnya dengan perlakuan Noel tersebut, Keira hanya bisa terdiam tanpa melakukan apapun. Ia hanya bisa sedikit melebarkan matanya dengan degupan jantung yang tidak karuan karena semua yang terjadi terlalu tiba-tiba.Namun, dengan waktu yang sangat singkat mata Noel dengan mudah dapat mengunci pandangan milik Keira. Disaat yang bersamaan pun Keira ikut tenggelam di dalam mata Noel yang tampak sangat dalam itu. Rasanya terlalu dalam hingga hatinya ingin ikut terbawa, di sisi lain juga ada ketakutan jika ia akan terjatuh terlalu dalam dan sulit untuk keluar dari dasar sana.Hingga beberapa detik berlalu. Angin pun berhembus mengarah ke dataran muka milik Keira yang membuat anak-anak rambutnya ikut tersampir oleh gelombang angin yang lembut, serta membawa sebuah aroma khas mas

  • Lost You in the Melody   BAB 26 ~ ABI TAMPAN

    “Halo, Noel! Ada apa?”“..........”“Ah, iya..”“..........”“Baiklah..”“.........”“Iya, sampai jumpa besok!”Panggilan terputus.Setelah panggilan berakhir, Keira pun menaruh ponselnya kembali ke tempat asalnya lalu kembali berbaring dan memejamkan mata. Baru saja ia memejamkan matanya, lagi-lagi dering ponselnya berbunyi nyaring. Dan entah mengapa kini rasanya dering tersebut semakin terdengar menyebalkan saja, sebab Keira benar-benar sudah hampir terlelap tadi. Tapi, ada saja yang membuatnya memaksakan kedua matanya untuk terbuka secara mendadak.Keira duduk dengan perasaan fustasi, ia mengambil poselnya dengan tidak santai. Ia sekilas melihat layar ponsel, yang ternyata nama Sean lah yang terpampang di sana dan membuatnya sangat kesal. Dengan terpaksa, ia menekan tombol hijau dan mengerahkan benda pipih i

  • Lost You in the Melody   BAB 25 ~ PENEPATAN JANJI

    “Apa?!” tanya Keira sewot.“Sudah, ikut saja. Aku jamin kau akan merasa sangat senang nanti,” jawab Sean sambil memberikan salah satu helm nya.“Tidak, pergilah!” cetus Keira sambil melipat tanganya di depan dada.Sean menghembuskan napas sambil berpikir bagaimana cara untuk membujuk gadis pemarah di depannya ini.“Ayolah..”“Tidak!” gertak Keira lalu berbalik pergi meninggalkan Sean menuju halte di depan sana.Sean tak tinggal diam, ia sedang dalam mode pantang menyerah saat ini. Ia turun dari motor dan memarkirkannya sembarangan lalu mengekor pada Keira.“Kalau begitu aku akan terus mengikutimu seperti ini,” ancam Sean.Ia terus mengekori Keira dengan banyak tingkah. Ia mengikutinya dengan keadaan masih mengenakan helm. Kelakuannya tersebut sampai membuat Keira malu, karena beberapa orang di halte menatap mereka dengan tatapan yang sedikit aneh.Ke

  • Lost You in the Melody   BAB 24 ~ AKHIRNYA

    Ia terlihat berdiri dengan tatapan yang sangat sulit diartikan, sangat aneh, dan terlihat seperti tengah bersedih.“Apakah Sean menangis?” batin Keira sambil mengerutkan dahi.Ia berjalan mendekati Sean dengan langkah cepat dan raut yang khawatir. Ia takut, mungkin saja saat ini Sean sedang kerasukan hantu Noni Belanda yang tengah bersedih ria.Sedangkan di sisi yang berlawanan, Sean terus menatap Keira yang kini tengah berjalan ke arahnya. Keira, dengan gaun indah serta rambut panjangnya yang terurai itu menunjukkan raut khawatir.Sean menghembuskan napas yang semakin memberat sejak beberapa waktu terakhir, banyak sekali penyesalan yang harus ia tanggung sendirian selama bertahun-tahun ini. Namun disaat yang bersamaan, ada kelegaan di hatinya. Usaha pencariannya kini telah menemui akhir, dan sama sekali tidak terduga.Beberapa bulan terakhir memang terasa makin sulit bagi Sean, ia terus terpikirkan oleh rasa bersalahnya t

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status