Share

BAB 7 ~ ANGEL'S LOVE

Paman Moza yang sedari tadi duduk mengawasi latihan mereka bangkit menghampiri.

“Hari ini sudah cukup bagus. Kalian hanya harus menguatkan permainan masing-masing dahulu, lalu nanti tinggal menggabungkan dan menyelaraskan permainan kalian saja. Untuk hari ini mari kita akhiri dahulu,” ujar paman Moza dengan senyuman yang menandakan cukup puas akan latihan hari ini.

“Baik, paman..” jawab Keira dan Ellish bersamaan.

“Permainan mu bagus sekali, Ell. Kau dapat dengan cepat beradaptasi denganku, aku saja cukup kesulitan tadi. Tapi kau malah terlihat sangat rileks dan santai.” 

“Dulu aku memang sudah terbiasa berkolaborasi dengan paman Moza. Tapi permainan mu tadi juga tidak buruk, kak..” kata Ellish.

“Keira, kau ikutlah makan malam bersama kami sekalian di sini. Kau pasti juga lapar karena belum makan malam, kan?” ajak paman Moza pada Keira.

“Baiklah, paman. Terimakasih,” ucap Keira yang memang belum makan malam dan merasa bahwa cacing-cacing di perutnya sudah meronta karena kelaparan.

Tiba-tiba tiga anak kecil tadi, Michael, Sherin, dan Aldo mengerubungi Keira sambil menggandeng tangannya. Dan yang satu anak lagi berdiri didepan seperti memimpin jalan mereka.

Mereka serta seluruh anak-anak di asrama pergi menuju sebuah ruangan untuk melaksanakan makan malam. Mereka berkumpul dan duduk di kursi yang telah disediakan. Tempat itu cukup luas, banyak pekerja di sana. Mereka terlihat sibuk menyiapkan makan malam dan dengan sigap mulai membaginya.

Anak-anak terlihat sangat senang. Tiga anak tadi meminta untuk duduk di dekat Keira, entah mengapa mereka suka sekali menempel-nempel pada Keira.

Setiap anak mulai mendapat makanannya, yang membuat Keira terkesan adalah saat anak-anak itu mendapat jatah makanan, mereka selalu mengucapkan

“Terimakasih, semoga hal baik selalu terjadi padamu.”

Mereka mengucapkan kalimat yang terdengar indah bagi Keira itu dengan wajah yang sumringah, para pekerja itupun menjawabnya dengan anggukan kepala dan tersenyum sambil mengusap kepala mereka. Keira sangat takjub dengan semua kebaikan-kebaikan yang telah diajarkan sejak dini di sini, mereka di ajarkan untuk selalu menghormati dan melakukan hal-hal yang baik pada orang lain. Terlihat dari perilaku mereka semua yang sangat sopan satu sama lain.

Keira duduk di sebuah meja yang dapat berisikan sampai tujuh orang. Ia duduk bersama paman Moza, Ellish, dan tiga anal kecil yang sangat menggemaskan itu.

Saat mereka akan mulai makan, Sean datang dengan membawa sebuah piring berisi makan malamnya. Ia langsung duduk dan ikut bergabung untuk makan.

“Astaga, bocah pengangguran ini. Kau langsung duduk begitu saja tanpa ada yang mempersilahkan sebelumnya,” kata paman Moza pada Sean yang baru saja duduk dan nyengir kuda.

“Permisi, paman. Tolong persilahkan aku untuk duduk di sini. Terima kasih,” ujar Sean dan langsung menyantap makanannya.

“Iya iya terserah kau saja, tuan dokter pengangguran..” ledek paman Moza yang lagi-lagi membuat Sean sedikit kesal dan membuat satu meja itu tertawa, tak terkecuali anak-anak yang ada disekitarnya.

“Aku ingin membantumu mengurus tempat ini saja, paman. Mengapa kau selalu meledekku dengan kata-kata yang sedikit menyakiti hati seperti itu?” jawab Sean yang hanya di balas dengan tawa oleh semua orang yang ada diruangan itu.

Mereka semua akhirnya memulai makan malamnya dengan hikmat, semua fokus dengan makanan masing-masing tanpa ada satupun yang berbicara. Ini sungguh sangat luar biasa, semua disiplin dan sangat memperhatikan perilaku masing-masing. Mereka sangat terdidik dengan baik.

Setelah selesai makan, tiba-tiba ada suara ringtone ponsel seseorang yang berbunyi. Dan ternyata itu milik paman Moza. Ia melihat layarnya untuk melihat siapa yang menelepon, dan langsung mengangkatnya.

“Halo, kakek Jo.. Ada apa?” sapa paman Moza pada seseorang yang berbicara di seberang sana.

“.............”

“Benarkah? Bagaimana keadaannya sekarang?”

“..............”

“Ahh, syukurlah.”

“..............”

“Tak apa, santai saja. Kau jagalah ia dengan baik, dan jangan lupa untuk menjaga kesehatanmu juga. Semoga ia lekas sembuh.”

Panggilan suara berakhir.

“Kakek Jo barusan menghubungiku, katanya penyakit gula darah istrinya kambuh lagi dan harus di opname. Jadi nanti yang mengantarmu pulang Sean saja ya,” kata paman Moza pada Keira dengan menghiraukan balasan dari Sean karena sudah pasti ia akan menolaknya.

“Tidak apa, paman. Bahkan aku bisa pulang sendirian,” ujar Keira menawarkan.

“Aku saja yang mengantarmu pulang. Malam-malam begini tidak baik bagimu pergi sendirian,” kata Sean yang tidak diduga-duga oleh paman Moza, karena paman Moza pikir Sean akan membantahnya namun ternyata malah tidak.

     -----------------------

“Baik, waktunya istirahat anak-anak! Jangan lupa membersihkan diri dan sikat gigi dahulu, lalu segera tidur!” teriak paman Moza pada semua anak seisi ruangan tersebut.

“Baik paman, selamat malam!” ucap semua anak-anak bersamaan dan mulai bubar untuk menuju kamar mereka.

Tiga anak tadi terlihat masih tinggal di dekat Keira. Mereka tampak sedih karena akan berpisah dengan Keira malam ini. Lalu Michael yang paling terkecil dan cadel dari mereka memegang tangan Keira sambil berkata,

“Ingin tidur ditemani kakak.. sambil membaca buku cerita kita,” pinta Michael dengan wajah yang penuh harap.

“Biarkan ia segera pulang dan beristirahat, Michael. Kasihan dia juga pasti kelelahan hari ini,” sergah paman Moza dengan nada yang lembut.

“Tidak apa paman, aku ingin menemani mereka sebentar. Lalu nanti aku akan segera pulang.”

“Benarkah kak? Yeeyy.. Terima kasih kak,” ucap mereka bertiga.

“Tapi sebentar saja ya.. Kau juga perlu beristirahat,” ingat paman Moza pada Keira.

“Baik, paman.”

Lalu Keira bersama tiga anak itu pergi meninggalkan paman Moza dan Sean di sana. Mereka pergi ke kamar tiga anak kecil ini.

Ternyata kamar mereka berisi banyak anak, kasur mereka bertingkat dan ada beberapa yang lebih besar karena bisa ditempati sampai tiga orang anak. Ruangan itu cukup besar. Mereka semua tampak rapi sekali, barang-barang tidak ada satupun yang terlihat berserakan. Sangat disiplin.

Keira duduk bersandar di tengah-tengah antara mereka bertiga, mereka terlihat sangat senang dan terus memeluki tangan Keira. Keira pun mengusap kepala mereka sambil menyuruh mereka untuk segera tidur.

“Kakak, tolong bacakan buku ini pada kami. Kami akan segera tidur setelah itu,” pinta Sherin sambil menyodorkan sebuah buku pada Keira.

Lalu Keira mengambilnya dan mulai membuaka buku itu.

“Angel’s Love”

“Di sebuah desa yang kecil, terdapat tiga anak manis yang sangat suka berbuat baik pada orang lain. Anak-anak itu selalu menolong semua orang tanpa mengharapkan imbalan sedikitpun. Tanpa anak-anak itu sadari ada seorang malaikat yang sangat cantik yang terus mengawasi mereka dari atas awan sambil tersenyum senang.....”

Ternyata baru di halaman pertama buku itu, tiga anak tadi sudah tertidur lelap. Bahkan Aldo sampai mendengkur. Keira tersenyum geli melihat mereka, entah kenapa ia merasa sangat bahagia bertemu anak-anak ini hari ini.

Lalu tiba-tiba Sean datang ke kamar itu dengan memunculkan bagian kepalanya saja di pintu. Sean memperhatikan Keira yang masih terlihat tersenyum geli memandang anak-anak yang tertidur di sampingnya. Tak lama Keira melihat ke arah pintu yang ternyata ada Sean di sana. Sean sedikit gelagapan lalu berusaha segera menetralkan ekspresinya.

“Sudah? Mari, akan segera ku antar kau pulang. Ini sudah larut.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status