Share

2 | Who Is He?

Penulis: ByMiu
last update Terakhir Diperbarui: 2020-09-25 19:37:24

Tanpa berbicara, entah siapa dia mendorongku masuk ke dalam mobil. Baiklah, adanya dia memang menolongku agar wajah kacauku tidak muncul dalam berbagai majalah maupun internet pada esok pagi, tapi aku mulai takut saat dia mengemudikan mobil layaknya pembalap liar. Bunyi klaksonnya bisa membuat siapapun tuli.

"Kau bisa membuka jaketku sekarang." Suara berat khas pria terdengar.

Pikiranku menerawang kemana-mana. Bagaimana kalau dia berniat menculikku, lalu meminta tebusan pada ibuku yang jauh berada di Hungaria? Bagaimana kalau dia satu dari sekian orang yang memberikanku teror? Bagaimana--?

"Tidak ada untungnya bagiku untuk menculik wanita dewasa. Tetapi untuk bercinta denganmu patut ku pertimbangkan." Nafasku tertahan. Benar kata Emily Campbell –sahabatku, hari kamis memang bukanlah hari keberuntunganku. Lihat saja aku baru saja diselamatkan oleh pria mesum.

Dengan ragu-ragu aku menyingkirkan jaket miliknya dari wajahku. Mataku seketika disuguhkan dengan sosok pria berkemeja coklat dibalik kemudi. Dia menggulung lengan kemejanya hingga mencapai siku. Kemudian hal yang terlintas dalam benakku selanjutnya ialah; tidakkah dia kedinginan? Faktanya dia membiarkan 3 kancing teratas bajunya terbuka dengan kondisi London yang hampir mencapai suhu 2 derajat celicius. Ah ya, tadi dia melepaskan jaketnya untukku.

"Rasanya aku tidak mendengar ucapan terima kasih." Sarkasnya sembari matanya tetap lurus memandang jalanan. Ku intip dirinya diam-diam (lagi). Walaupun dengan rambut acak-acakan dan setumpuk tattoo yang menempel pada lengan kirinya, tetapi itu tidak mengurangi pesona pria tersebut. Astaga, apa yang baru saja ku pikirkan?

"Kenapa kau menolongku? Kau pasti mempunyai maksud tersembunyi, kan? Akui itu!" Tuduhku berkoar-koar.

Tawa hambarnya tiba-tiba saja meledak sebelum ida memberikan tatapan selayaknya menelanjangiku. "Ya, aku penjahat. Oleh karena itu aku akan langsung membawamu ke motel untuk ku setubuhi, lalu ku bunuh. Apa itu yang kau inginkan?"

Bulu kudukku meremang, diikuti keberanianku yang terjun bebas mencapai titik terendah. "Turunkan aku. Kau bisa mengambil ponsel dan dompetku. Jadi... tolong turunkan aku."

"Tidak mau."

"Brengsek."

Mobil tiba-tiba di rem secara mendadak, membuatku nyaris terpental ke dashboard. Pria mesum itu dengan lancangnya menyentuh pinggangku. Sontak aku berusaha mendorong, namun yang ku terima justru rengkuhannya yang semakin erat. Garis wajahnya tergambar keras, seakan menjelaskan bahwa amarah mendominasi. Mungkinkah sebutan kasarku menyakitinya? Tidak. Seharusnya akulah yang kesal selepas diperlakukan seperti tadi.

Campuran mint dan asap rokoknya berhembus menyapaku. Hijau matanya terpancar menghakimi. Aku belum pernah terjebak oleh sepasang mata manapun, termasuk Julian sekalipun.

"Penilaianku keliru. Ternyata kau sangatlah menggairahkan." Di saat itu aku mendorong salivaku secara paksa melalui kerongkongan. "Terlebih tatapanmu mencerminkan betapa tidak berdayanya dirimu di hadapanku. That's turn me on so bad."

"Kau bajingan gila!" Pekikku selepas mendapatkan kesadaranku.

Dengan ubun-ubunku yang nyaris pecah, aku hendak membuka pintu mobil secepat kilat. Aku harus lari dari kegilaan ini! Namun kegesitanku tak sebanding dengannya, sebab dia terlebih dahulu menarik pergelangan tanganku. Detik selanjutnya pinggangku direngkuhnya, tetapi kali ini sentuhannya terasa lebih manusiawi. Gurat amarahnya hilang, tergantikan oleh senyum tipis.

Ketik dia semakin mengikis jarak, aku mulai berpikir dia berniat memanfaatkan kesempatan untuk menciumku. Pun aku hendak menamparnya sebelum pria ini melakukan sesuatu yang tak terduga, "Akan merepotkan jika kau mati di mobilku." Dia menarik seatbeltku dalam satu gerakan, menjadikanku segera membuang muka. "Jangan berpikiran mesum, Nona. Bajingan gila ini hanya akan memakaikanmu sabuk pengaman."

Sudah satu jam kami berputar-putar di daerah yang sama. Setelah rasa maluku berkurang, aku pun buka suara. "Turunkan aku di sini. Kekasihku akan datang menjemput."

"Kau memiliki kekasih?"

"Ya."

"Siapa namanya? Apa dia lebih tampan dariku?" Aku mendelik risih ke arahnya. "Ah ya, sudah ku duga jika aku lebih tampan. Kaku sekali. Katakan saja kalau kekasihmu jelek."

"Hey! Julian yang paling tampan."

Dia menganggukan kepala tidak jelas. "Nama yang buruk. Omong-omong kau tidak penasaran dengan nama pria yang sudah menyelamatkanmu?"

"Tidak."

Duh, kenapa kami malah jadi berbincang?

Pria tersebut terkekeh seolah ada yang lucu. Dia mengidap bipolar, ya? "Kalau begitu sebutkan tempat tinggalmu. Aku akan mengantarkanmu."

"Cukup turunkan aku di sini. Apartemenku sangat jauh." Ya, aku memang berbohong. Bagaimanapun juga aku tidak mau ada orang asing yang mengetahui tempat tinggalku, terlebih orang aneh seperti dirinya.

"Okay. Kau yang meminta. Kalau begitu kita akan mengelilingi London sampai besok pagi."

Oh, astaga!

"Apartemen Ontario!" Di akhir aku menyerah, menjerit dengan seluruh kekesalan. "Kau puas?!"

"Kita bahkan belum sempat bersenang-senang. Bagaimana bisa kau menganggap bahwa aku sudah puas?"

Dasar, orang gila!

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Love Affair (Bahasa Indonesia)   Info Cerita Baru

    Hallo. Aku mau ucapin terima kasih banyak buat antusias pembaca Love Affair.Anyway, kalian bisa baca karyaku yang lain di Good Novel diantaranya; Untuk Asa, Intimate Partner, dan Long Way Home. Atau boleh juga mampir ke aplikasi Dreameku. Salah satu buku yg mau aku rekomendasikan adalah: IN LAW (rate 18+).Sinopsis:Pernikahan indahku selama dua tahun akan menjadi sempurna apabila tidak ada Harry. Harry adalah pria paling brengsek yang pernah aku temui. Hingga suatu hari ia menyentuh batas kehidupan rumah tanggaku bersama Harvey, yang tak lain adalah kakak kandungnya sendiri.Yuk, kalau penasaran bisa langsung cus ke Dreame (username: bymiu). Silahkan dibaca karena kebetulan masih FREE alias no koin.Sekian dulu infonya.-bymiu

  • Love Affair (Bahasa Indonesia)   Bonus Chapter

    BONUS CHAPTER-Enam bulan kemudian-Persiapan pernikahan ternyata begitu melelahkan. Perihal baju, dekor, catering, dan hal-hal sepele seperti warna untuk souvenir saja, Lily dan Alex bisa sampai bertengkar. Tentu, karena Lily ingin semua tema pernikahan mereka bernuansa pink. Pun sama halnya ketika H-1 hari pernikahan, Lily mendadak ingin Alex mengecat rambutnya menjadi pink muda."Lily, pernikahan satu kali seumur hidup. Dan kau memintaku melakukan hal... itu?" Tanya Alex sambil menjatuhkan bokongnya di kursi. Wajahnya nampak pucat, tidak percaya atas kemauan calon istrinya."Apa permintaanku berlebihan?"Alex terdiam, lalu mengacak-ngacak rambut hitamnya gusar. "B-bukan itu, sayang. Tapi aku baru saja memikirkan, di foto pernikahan kita nanti rambutku ternyata berwarna pink. Aku tidak sanggup membayangkannya.""Kenapa dibayangkan? Kau hanya perlu melakukannya, bahkan itu tidak begitu sulit." Santai Lily, mulai terlihat k

  • Love Affair (Bahasa Indonesia)   38 | The One and Only

    "Mom?"Suara Trixie sukses menyadarkan kami. Posisiku yang berada dalam pelukan Alex bisa membuat Trixie bertanya hal yang macam-macam. Aku tak sanggup meladeni cara berpikirnya. Bagaimana ia bertanya tentang ini itu dan tentang siapa ayahnya. Dan aku semakin mengutuk atas apa yang Trixie lihat saat ini.Aku mendorong Alex. Aku harus membedakan apa yang perlu ku hadapi dengan apa yang menjadi masa lalu. Alex adalah masa laluku. Masa laluku yang buru lebih tepatnya."Alex? Mengapa kau ada di sini?"Mendengar Trixie memanggil nama Alex secara langsung terasa sangat salah. Aku segera menarik tangan Trixie guna membawanya masuk ke dalam. Beruntung ia menurut. Tanpa menoleh lagi, ku tinggalkan Alex bersama Julian yang sedari tadi diam

  • Love Affair (Bahasa Indonesia)   37 | Miss You

    Alex's POVHal pertama yang ku lakukan setelah bebas adalah mencari tahu di mana keberadaan Lily. 6 tahun berlalu tanpa melihatnya merupakan tahun-tahun tersulit. Julian sempat mengunjungi lapasku tepat ketika aku di penjara 8 bulan. Ia bercerita bahwa Lily telah melahirkan seorang bayi perempuan bernama Trixie. Masih jelas diingatanku, di hari itu aku bungkam sebelum akhirnya menangis haru. Tuhan sudah memberikan dua sosok hebat yang menjadi kebahagiaan terbesarku.Aku kerahkan semua usaha guna menemukan Lily dan Trixie. Bahkan rumah yang sempat kami tinggali dahulu juga ku datangi. Aku tahu, aku terlalu bodoh lantaran mengira Lily masih bertahan di sana. Rumah tersebut tak lebih hanya meninggalkan kenangan pahit baginya. Kematian Thomas, tertangkapnya diriku, dan kebersamaan kami yang dinilainya sebagai kepalsuan. Jujur sedari awal aku bertemu dengan Lily, aku sudah menyukainya. Aku sudah tahu bahwa aku tidak akan mampu memenuhi misi gila Thomas. Ben

  • Love Affair (Bahasa Indonesia)   36 | They Finally Meet

    Sorak-sorai pesta kemenangan masih berlangsung meriah di podium sirkuit. Para wartawan sibuk mengambil gambar, menyiarkannya ke televisi di seluruh dunia. Aku sedikit beruntung karena Ezra tidak menang. Pun aku mundur satu langkah, melambaikan tangan pada Sofie yang berada di bawah podium."Kau terlambat bukan?" Pekik Sofie lantang, lantaran suasana di sini benar-benar berisik. Aku mengangguk. Ini sudah pukul dua, dan aku terlambat satu jam dari yang seharusnya. Oh, aku bisa membayangkan bagaimana cemberutnya Trixie."Lain kali ku traktir makan siang." Ujarku pada Sofie sebagai bentuk terima kasih.Di atas heels 12 cmku, aku berlari menuju ruang ganti. Pakaianku yang nyaris basah seluruhnya oleh bir, menjadikan banyak mata pria mengekoriku. Aku menyilangkan tanganku di bagian

  • Love Affair (Bahasa Indonesia)   35 | I Still Remember

    "Mom, di mana Millyku?!"Aku menggeram kesal, nyaris menjerit karena ulah Trixie. Ia terus menghentak-hentakan kakinya di anak tangga. Aku yakin, ia akan berbuat demikian hingga aku meladeni rengekannya, atau lebih parah lagi sampai gendang telingaku akhirnya pecah. Oh aku tidak tahu! Tak ingin semua bertambah runyam, aku memutuskan berhenti mengaduk kari di wajan, lalu menghampirinya."Siapa Milly?""Boneka unicornku!"Menekan kepalaku, aku mengembuskan nafas sekaligus. Mengapa nama unicorn itu rumit sekali? "Kapan terakhir kali kau memainkannya?""Kemarin.""Di mana?"Ma

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status