Share

16. Teror

“Kau harus ke rumah sakit,” kataku sambil memandang tangan Aldo yang banyak terkena pecahan kaca.

“Tidak usah,” jawabnya sambil terus mendekapku.

Aku berusaha melepaskan diri dari dekapannya karena sungkan dengan Galih yang sedang menyetir untuk kami.

“Kau harus memeriksakannya, bisa saja masih ada pecahan kaca di dalam lukamu,” paksaku.

“Kalau kau begitu mengkhawatirkanku, maka buat aku merasa lebih baik,” kata Aldo dengan wajah kesal.

“Bagaimana caranya?” Tanyaku.

“Cium aku,” jawabnya sambil mengalungkan tangannya ke leherku.

Wajahku pasti sudah merona karena malu. Bisa-bisanya dia bicara begini dengan adanya Galih di kursi depan.

“Bicara apa kau, ada Galih di sini,” kataku sambil menyembunyikan rasa malu.

“Anggap saja dia tidak ada,” kata Aldo ngawur, membuat Galih sedikit berdehem.

“Kau tidak boleh bicara seperti itu, itu tidak sopan!” Tegurku pada Aldo.

Aldo terlihat tidak senang karena aku menegurnya, sedangkan aku bisa melihat Galih tersenyum melalui spion tengah.

“Tidak apa, N
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status