Jason tengah menikmati kopi di The Cafe, tempat langganan Emily dan Shila setiap kali mereka ingin menikmati secangkir americano yang lezat. Jason mengetahui tempat itu juga hasil dari menguping pembicaraan dua sahabat itu saat ia lewat di depan ruangan Emily.
Ia ingin tahu, seperti apa standard nikmat menurut Emily. Dan pada akhirnya ia tahu bahwa Emily memiliki selera yang cukup tinggi.Jason hendak keluar dari kedai kopi itu ketika ia menabrak seseorang dan menumpahkan kopi panas di atas kemeja wanita itu."Ah! Apa yang kau lihat—Jason?" Tamara membulatkan maniknya kala melihat Jason dengan penampilan yang tampak berbeda di matanya. Rambutnya sudah ditata dan dipangkas rapi, kecuali bulu halus yang menghiasi rahang tegasnya, tentu saja.Bulu halusnya itu yang menjadi daya tarik Jason McKennel di mata Tamara. Ternyata Jason masih mempertahankan apa yang disukai oleh wanita itu."Kau kemari juga? Sungguh kita ini memang berjodoh," ucap wEmily sudah berada di rumah ketika Jason pulang dalam kondisi berantakan. Emily tak berani bertanya, hanya mengawasi gerak-gerik Jason yang tampak aneh dan dingin terhadapnya.Padahal baru malam tadi Jason tertidur sembari memeluknya dari belakang, terlelap setelah menghidu aroma tubuhnya. Kini ia pulang dengan tampilan dan sikap berbeda, bahkan aroma parfum yang tidak Emily kenali.“Kau dari mana, Jase? Aku menunggumu di kantor untuk makan siang dan kau tidak muncul,” protes Emily, dengan bahasa sehalus mungkin.Ia tak ingin memancing emosi Jason yang mungkin saja lelah karena baru tiba di rumah.“Aku ada pertemuan dengan salah satu klien.”“Mendadak? Dan tidak kembali ke kantor?”Jason menoleh dan menatap nyalang ke arah Emily.“Apa kau sedang menginterogasiku? Apa yang kau inginkan sebenarnya, Em?” tanya lelaki itu, tak berani mendekat ke arah Emily.Jason memang tidak mendekat, tetapi Emily y
“Jase, kau tidak sarapan dulu?” tanya Emily yang melihat Jason telah rapi dengan setelah jasnya. Emily mendekat pada lelaki itu, kemudian membenarkan letak dasinya dan merapikan jasnya.“Kau pulang jam berapa?” tanya Emily, lagi, karena Jason tak menjawab pertanyaan pertama. Ia tak ingin menyiakan waktu dengan amarah. Sakit yang ia rasakan itu jelas. Namun, jika ia hanya diam dan membiarkan Jason terus melakukan pengkhianatan ini terhadapnya, ia merasa tak terima.“Kau tidak berangkat bekerja?” tanya Jason. Enggan menjawab pertanyaan istrinya, ia justru memberi pertanyaan balasan.Emily tersenyum sejenak, kemudian menatap lekat iris mata jernih milik lelaki di hadapannya. Ia ingin sekali saja mengagumi sang suami meski cinta Jason tidak akan pernah bisa ia miliki.“Aku ingin melakukan sedikit simulasi bagaimana jika menjadi ibu rumah tangga nantinya,” jawab Emily sembari mengulas senyum.Jason terenyak akal mendengar kalimat itu
Setelah kepulangan Charles dan Emma, Jason dan Emily membereskan seisi rumah dengan pikiran tak menentu. Jason dengan dilema akan pernikahannya dengan Emily dan kisah cintanya dengan wanita lain yang masih berstatus menikah, sementara Emily dengan impiannya sendiri dan harapan-harapan mertuanya.Masing-masing dari mereka tak ada yang bisa menemukan tujuan dari pernikahan yang mereka bangun dengan keterpaksaan ini.Namun, setidaknya Emily tahu, bahwa dia bisa saja menjadi istri yang sebenarnya, andai Jason mau memberinya kesempatan dan menepati janji yang telah ia ikrarkan pada Emily.Apa yang dipersatukan oleh Tuhan, tak akan bisa dipisahkan oleh apa pun kecuali Tuhan. Bukankah begitu?Sayangnya, tak begitu yang ada dalam bayangan Emily saat ini. Pernikahan yang masih baru, bisa saja berada di ujung tanduk, karena kehadiran Tamara.Emily tak akan mundur begitu saja, karena bukan seperti itu yang ada dalam prinsipnya, melainkan mempertahankan. Untuk saat ini, tak ada yang bisa diperta
Emily sudah siap dan telah menyiapkan sarapan untuknya dan Jason. Ia sudah mengirimkan surat izin dan pengunduran diri dari kantor yang mana itu masih ia rahasiakan dari Jason. Ia telah berjanji akan melakukan apa pun untuk Jason, asalkan lelaki itu mau memberikan hati untuknya. Emily tahu, tak akan mudah untuk memiliki perasaan Jason yang sudah terlanjur terisi oleh wanita lain, tetapi ia masih bisa mengusahakannya meski sulit. Itulah sebabnya ia memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya. Dan hal itu menimbulkan pertanyaan dalam benak Charles.Pria itu akhirnya menghubungi Emily untuk meminta penjelasan. Tentu saja Charles tak ingin Emily mengambil keputusan yang akan membuatnya terkekang."Emily, sayang, apakah kau yakin dengan keputusan ini? Kau sangat menyukai pekerjaan ini—kau menyukai segalanya, aku tahu itu, lalu mengapa—" Charles menjeda pertanyaannya dan terdengar mendesah di sana."Apakah terjadi sesuatu pada pernikahan kalian? Jason terlihat mulai menggilaimu beberapa h
Mereka berdua sudah berada di satu ruangan mewah dengan pemandangan yang indah. Hati Emily sangat gelisah dan masih memikirkan kalung yang sudah tak ada lagi di tangannya. Jason sudah benar-benar membuangnya. Itu artinya lelaki itu memang tak akan pernah memberi kesempatan untuknya.Emily tak mengerti, mengapa dirinya begitu plinplan. Bukankah tadi ia yang menyuruh Jason untuk membuang benda itu? Mengapa sekarang ia merasa tak rela?Emily bangkit, kemudian memutuskan untuk keluar dari kamar tempatnya menginap.Ia bulatkan tekad. Hari masih sore, seharusnya ia bisa menemukan kalung itu sebelum terbawa arus dan makin sulit bagi Emily untuk menemukannya.Jason yang masih membersihkan diri, tak menemukan Emily saat keluar dari kamar mandi dan membiarkannya. Pikirnya, Emily mungkin hanya ingin memesan seuatu pada pihak cottage. Pastilah tak akan lama.Sementara Emily belum kembali, Jason mengeluarkan benda yang sejak tadi ia sembunyikan di dalam saku celananya.Jika Emily mengira hanya dir
Jason menghentikan gerakannya yang semula teratur. Seluruh otot dan sarafnya menegang untuk sesaat bersamaan dengan erang yang bersahutan antara dirinya dan Emily.Hari ini, Emily sekali lagi menyerah pada apa yang telah ia putuskan, bahwa dirinya tak akan lagi berharap pada Jason.Sejak lelaki itu mengatakan bahwa dirinya membutuhkan Emily untuk membantu menemukan jalan yang benar ke hatinya, Emily berubah menjadi sosok yang tidak teguh pendirian. Setidaknya ia bahagia sekarang, karena Jason memutuskan menikmati satu hari ini bersamanya untuk mengenang kisah mereka lima belas tahun lalu.Hanya percintaan anak ingusan yang berakhir tragis dan tenggelam selama belasan tahun, kemudian mulai menemukan labuhannya setelah mengalami banyak kesalah pahaman.Setidaknya, Jason kini tahu kalau Emily sejak dulu memang menaruh hati padanya. Begitu pun sebaliknya, Emily tahu kalau Jason juga punya rasa yang sama. Namun, ada hal di luar kendali mereka yang pada akhirnya memisahkan mereka.Jason mer
Emily masih berada di kamarnya, seperti yang diperintahkan oleh Jason. Ia masih berharap Jason akan kembali dan lebih memilih dirinya dibanding Tamara, entah dengan cara apa pun.Namun, itu jelas tak mungkin. Jason akan selalu memilih Tamara dan meninggalkannya tercampakkan, seperti yang terjadi sebelum-sebelumnya.Emily tahu, berharap Jason akan memilihnya, adalah sesuatu hal yang mustahil. Meski lelaki itu mengatakan kalau dirinya sedang tersesat dan membutuhkan bantuan Emily untuk bisa memahami dirinya sendiri, tetap saja akan sulit untuk mengubah Jason jika bukan atas keinginannya sendiri.Tubuh Emily melorot di lantai, mendekap kedua lututnya sembari masih menangisi kemalangan nasib cintanya dengan Jason.Ia memang sempat bisa mengusir Jason dari hidupnya, mencoba memulai hubungan dengan Jared yang merupakan kakak kandung Jason, dan impian mereka yang belum sempat terjalin karena Jared pun tak juga memberi kepastian mengenai hubungan mereka.Apa salah Emily? Dua kali mencoba menj
Emily masih menghabiskan air mata yang tersisa. Sahabatnya yang sejak tadi berada di sisinya, hanya bungkam dan sesekali mengusap punggung Emily, atau memeluk sahabatnya itu.Apa yang menimpa Emily, mungkin tak akan bisa orang lain lalui dengan begitu tegar, seperti apa yang dilakukan oleh perempuan itu.Setelah dikhianati beberapa kali, diberi janji palsu, lalu dilambungkan lagi setinggi langit dan kembali dihempaskan, Emily masih juga manyisakan maaf untuk Jason."Em ... apakah kau baik-baik saja? Kalau kau memang tidak ingin kembali ke rumah dulu, setidaknya smpai kau membaik, kau tahu, rumah ini selalu terbuka untukmu," ujar perempuan itu, saat Emily sudah hendak melangkahkan kaki keluar dari kediaman sahabatnya itu. sudah sejak pagi ia berada di sana. Ia harus segera pulang sebelum Jason tiba di rumah.Emily tahu, apa yang dilakukan sahabatnya hanya untuk membantunya terlepas dari Jason yang sudah seperti racun baginya. Namun, Emily yang kuat dan tegar, berubah menjadi begitu rapu