Share

Hancur

Hancur lebur persaan ini

Ingin aku berlari

Berlari sejauh mungkin dari persaan ini

Kuharap semua ini hanya mimpi

Dan kuharap mimpi itu pergi dan tak kembali

Aku menyesal mengenal mu

Jika kau datang untuk memberiku rasa sakit

Sebaiknya kau tak perlu singgah di hati ini

~~~

Hanna pergi dengan hatinya yang perih, bagaikan luka yang tersiram air garam, itulah yang ia rasakan saat ini.

Setelah Hanna rasa sudah cukup jauh dan tidak begitu banyak orang yang berlalu lalang, Hanna pun mulai menangis sejadi jadinya, menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.

"Sudah kuduga di akan meninggalkan ku El," ucapnya dalam tangis.

Elle yang awalnya memegang gagang kursi roda Hanna, sekarang beralih memegang pundak Hanna, mencoba untuk menghibur sahabatnya.

"Han, gak usah nangisin orang kaya gitu, dia gak pantes kamu tangisin Han," ucap Elle sembari memberi pelukan untuk Hanna.

"Sudah Han, cukup menangisnya, masih banyak orang yang sayang sama kamu Han, bukan cuma Vikky aja, masih ada Mamah dan Papah Han," sambung Elle.

Hanna menganggukan kepalanya, mengusap air matanya yang telah membasahi pipinya.

"Nah, sekarang kita pulang aja ya," ajak Elle.

Hanna yang masih sesegukan menjawab dengan nada suara yang rendah, "Ayo."

Sembari di dorong oleh Elle, Hanna mulai menguatkan hatinya. Tapi apa daya, bayang bayang tentang diri Vikky masih menghantui Hanna di setiap sudut gapaian mata dan ingatannya.

"Elle."

"Hmm... Apa Han?"

"Kamu percaya gak kalau si Vikky selingkuh?"

"Han, depan mata kita loh si Vhias manggil Vikky sayang, apa itu kurang?" jawab Elle yang kesal dengan pertanyaan Hanna.

"Lagian kamu kenapa sih Han, Udah lupain aja, kamu berhak dapet yang lebih baik dari Vikky," sambung Elle.

"Aku berhak dapet yang lebih baik?" tanya batin Hanna.

"Lagi pula kamu sadar atau gak sih, Han? Keluarganya Vikky itu pesaing bisnis papah mu loh."

"Darimana kamu tau itu?"

"Baca berita, di internet udah banyak Han, persaingan bisnis antara papah mu sama keluarganya Vikky tuh udah gak sehat Han"

Sesampainya mereka di depan gerbang, seperti biasanya Elle memesan taxi online untuk pulang.

~~~

setelah 35menit dijalan, Hanna dan Elle sampai dirumah keluarga Hanna.

Selama di perjalanan pulang Hanna menjadi pendiam, begitu pula setelah sampai dirumahnya.

Mamah Giselle yang sedang menyiram tanaman di halaman rumah menyadari, bahwa yang turun dari mobil di depan rumahnya itu adalah Hanna dan Elle. Segera ia pergi mematikan kran air, dan berlari ke arah Hanna untuk membantunya turun dari mobil.

"Sayang, udah selesai? kok cepat sekali kamu pulangnya nak?" tanya Mamah Giselle.

Hanna diam seribu bahasa, pikirannya berlabu kemana mana. Elle bingung harus bicara apa kepada Mamah Giselle atas diamnya Hanna.

"Tan, aku anter Hanna dulu ya ke kamar," imbuh Elle.

Mamah Giselle mempersilahkan Elle masuk kedalam rumah untuk mengantar Hanna ke kamarnya.

"Ada apa dengan Hanna? Tidak biasanya dia diam" batin Mamah Giselle yang mengetahui persis seperti apa sifat anaknya.

"Sudahlah, nanti juga dia akan cerita" gumamnya.

Mamah Giselle pun melanjutkan menyiram bunga yang tertunda tadi.

Semenjak kecelakaan yang menimpa Hanna, kamar Hanna yang dulu ada di lantai dua, sekarang di pindahkan ke lantai bawah, agar memudahkan Hanna jika ingin beraktifitas.

"Han," tepuk Elle di pundak Hanna.

"Hm... Ya?"

"Kamu gak apa apa kan? Maksudku, kamu gak boleh mikirin si Vikky lagi ya?"

"Ya, aku gak mikirin dia kok, aku bakalan mencoba buat move on"

"Syukur deh kalo kaya gitu" ucap Elle dibarengi dengan suara mengehela nafas.

"Han, aku haus, aku kedapur dulu ya? Mau cari minum" sambung Elle.

Elle pun keluar dari kamar Hanna.

Hanna melihat ke sekeliling kamar, matanya terpaku pada satu figura foto yang terletak di atas meja rias, ya foto mereka berdua saat berada di taman bermain.

Betapa hancur hatinya menatap figura itu, Hanna mulai mendorong kursi rodanya ke arah figura tersebut.

Dan... PRANKK... hancur sudah figura itu, ia lempar ke arah kaca rias yang ada di hadapanya.

Ia lempar semua barang yang ada di meja rias, berteriak sejadi jadinya, mengerang se kencang kencangnya, berharap rasa sakitnya pergi untuk selamanya.

Menangislah Hanna, menangislah sesuka mu, keluarkan lah rasa sakit yang kau rasakan itu, jangan kamu pendam Hanna.

"Aaaaaa..." teriak Hanna di kamarnya.

Elle yang sedang meneguk air yang ia ambil dari lemari es pun tersedak, kaget mendengar suara pecahan kaca dan teriakan Hanna dari kamar.

Elle meletakan gelasnya, berlari ke arah kamar Hanna, ia takut terjadi sesuatu kepada sahabatnya itu.

"Han, kamu gak apa apa?" tanya Elle di ambang pintu.

Hanna menangis tersedu sedu, menutupi wajahnya dengan kedua tangannya, tangannya yang penuh dengan darah, tergores oleh serpihan kaca.

Elle terkejut bukan main, pasalnya tangan Hanna sudah berlumuran dengan darah.

"Hanna, Hanna, kamu kenapa?"

Elle menggenggam kedua tangan Hanna, dibalutnya tangan Hanna dengan baju, karna cuma itu yang di dapat di gapai oleh Elle yang terlalu panik.

"Han, tahan ya Han, aku panggil Mamah dulu."

Elle pun pergi berlari mencari Mamah Giselle.

Hanna melihat tangannya yang sudah di balut oleh Elle.

"Apa yang aku lakukan!"

Melihat sekeliling kamarnya, sudah porak poranda layaknya kapal pecah.

Kalap yang ia rasa tadi membuatnya lebih sakit dari rasa sakit yang ada di tangannya.

Suara langkah kaki terdengar disana, ternyata Mamah Giselle dan Elle.

"Hanna, anak Mamah, kamu kuat ya nak, jangan hanya karna dia kamu lukai tangan mu yang berharga ini nak," ucap Mamah Giselle menggenggam tangan anak kesayangannya.

"Mamah," imbuh Hanna sesegukan.

Mamah Giselle tak tega melihat anak kesayangannya yang ia jaga bagaikan berlian menangis sesegukan, ia pun memeluknya dengan penuh kasih sayang, menenangkan anaknya dari tangisnya.

Dan, berhasil.

"Hanna, kamu akan lebih sakit jika kamu mengetahui yang mencelakaimu adalah keluarga orang yang kamu sayang," batin Mamah Giselle.

Elle yang membawa kotak obat mulai mengobati tangan Hanna secara perlahan.

"Tahan ya Han."

"Shhh... Pelan El," rintih Hanna sesegukan.

"Udah tau sakit, ngapain coba pake mecahin kaca."

"Namanya juga orang kalap," jawab Hanna.

"Mana Hanna yang dulu, yang selalu kuat saat di terpa badai."

"Hancur El."

"Hancur? Karna laki laki gak berguna itu kamu hancur? Sadar Han, kamu itu cantik, banyak kok yang mau sama kamu, yang tulus sama kamu, yang benar benar sayang sama kamu."

Hanna memalingkan pandangannya, menahan air mata yang seakan meminta untuk turun ke wajahnya.

"Lupain dia Han, dia gak pantes buat kamu, inget! Air mata mu berharga Han," ucap Elle sembari menghapus kasar air mata Hanna.

"Bisa pelan kan ngusapnya" tukas Hanna.

Elle tertawa.

TBC

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status