Kenapa?
Kenapa hati ini begitu sakit saat ini
Kenapa begitu pahit kenyataan ini.
Orang yang ku pikir akan selalu ada
perpaling begitu saja
Dan, kenapa harus di depan ku kalian bercumbu
Hancur kurasa kepercayaan ini.
Pergilah, jika itu kemauan mu.
Aku terima keputusan mu, walau sakit bagiku.
~~~
Setelah beberapa menit Kevin mengendarai mobilnya, mereka pun sampai di tujuan. Tapi bukannya turun, Hanna dan Kevin malah terdiam dalam kecanggungan mereka masing masing.
Elle binggung sampai kapan mereka akan ada di dalam mobil dan tidak turun.
"Jadi kita gak turun nih?" tegur Elle.
Hanna dan kevin pun salah tingkah mendengar teguran dari Elle.
Elle turun terlebih dahulu untuk membantu Hanna membuka pintu, disusul oleh Kevin yang segera pergi ke bagasi untuk mengambil kursi roda Hanna. Dan Hanna menutup mukanya yang memerah karna malu dengan tingkahnya.
"Permisi nyonya," ujar Elle yang meledek Hanna.
"Ish.. Jangan ngeledek aku!" kata Hanna yang masih menutupi wajahnya.
Hanna dan Elle saling meledek, tanpa mereka sadari Kevin datang dengan kursi roda yang sudah di renggangkan.
"Mari Han, saya gendong," imbuh Kevin merenggangkan tangannya.
Elle seketika menepi mempersilahkan Kevin untuk mengendong Hanna ke kursi rodanya, Hanna terdiam seperti patung.
"Ayo," ajak Elle.
Hanna menatap Elle tajam, sembari menggelengkan kepalanya.
"Apa?" tanya Elle.
Hanna semakin menajamkan tatapan matanya.
"Oh, aku menegerti," ucap Elle berbisik.
"Dok, Han, aku duluan ya," pamit Elle.
"Eh, tunggu Elle," seru Hanna.
"Ckkk, dasar bodoh," gumam Hanna yang terdengar oleh Kevin.
"Bodoh?" tanya Kevin yang kebingungan
Hanna terdiam seribu bahasa, "Dia dengar," batinnya.
"Sudah, cepat, nanti kita terlambat."
"Eh, iya Dok."
Kevin mulai menggendong Hanna dan kemudian menaruhnya ke kursi roda.
"Siapa yang dorong aku, kalau Elle pergi," tanya Hanna.
"Saya yang akan mendorong kamu sampai bertemu dengan Elle di dalam," jawab Kevin.
"Saya tidak akan meninggalkan kamu sendirian disini," sambung Kevin.
"Gak ngeropotin kan, Dok?"
"Santai saja, Han, kita cari Elle dulu ya."
Hanna menganggukan kepalanya, menyetujui saran dari Kevin.
Kevin mulai mendorong kursi roda Hanna, masuk kedalam kampus mereka.
Elle sedang melihat mading kampus, terpana ke satu foto kakak tingkat. Yang pada saat itu kakak tingkat tersebut, baru memenangkan pertandingan basket. Seperti biasa Elle selalu terpesona saat ada lawan jenisnya yang menurutnya itu rupawan.
"Ganteng," Gumamnya.
Kevin melihat Elle yang sedang memandangi mading kampus, memanggil nama Elle dari kejauhan.
"Elle!" seru Kevin.
Elle menoleh ke arah sumber suara, "Ups... Sepertinya aku gagal," gumamnya.
Kevin berjalan menuju tempat berdirinya Elle sembari mendorong kursi roda Hanna.
"Kebiasaan!" tukas Hanna kesal.
"Apa?" jawab Elle.
"Udahlah, percuma dijelasin."
"Elle, Tolong jaga Hanna, saya ada kelas 7 menit lagi," potong Kevin sembari melihat jam di pergelangan tangannya.
"Oh, oke Dok, aku bakalan jaga Hanna, dijamin gak bakalan lecet kok," jawab Elle dibarengi dengan anggukan kepala.
Hanna terpaku medengar kalimat yang keluar dari mulut Kevin.
"Jaga? Memangnya aku anak kecil di jagain," batin Hanna.
Kevin pun melangkah pergi, meninggalkan Hanna dan Elle di depan mading kampus.
"Han, Han, liat deh, ini foto kaka tingkat, ganteng kan?," tanya Elle yang histeris melihat foto kakak tingkatnya itu.
"Loh, itu bukannya foto Thomas ya?,"
"Thomas siapa Han, kamu kenal?"
"Itu loh kaka kelas waktu kita SMP"
"Oh si Thomas, yang orangnya jahil itu kan?, aku gak suka."
"Iya jahil ke kamu aja, ke aku mah enggak "
Elle kebingungan, "Loh iya ya, kok dia jahilnya ke aku doang sih."
Hanna menggidikan bahunya, "Mana aku tau."
"Yaudah sih mendingan kita masuk, bentar lagi mulai," sambung Hanna.
Elle mendorong kursi roda Hanna kearah kelas mereka. Belum sampai di kelas Elle berhenti dan melihat sesuatu yang menurutnya menarik.
"Ada si gatel lagi" gumam Elle.
Hanna yang mendengar gumaman dari Elle pun bertanya, "Siapa gatel?"
"Tuh si ulat bulu," sorot mata Elle menajam melihat seorang wanita yang sedang duduk bersama dengan pasangannya.
"Oh, Vhias."
"Iya siapa lagi, disini kan yang gatel cuma dia aja."
"Tapi itu sebelahnya kaya si Vikky," tanya Hanna.
"Iyakah? Bukan kayanya."
"Iya, itu kaya si Vikky, aku mau kesana," ucap Hanna mulai mendorong kursinya perlahan tapi pasti.
"Han, tunggu Han."
Hanna mulai mendekat ke arah dua orang yang sedang duduk itu.
"Vikky!" Panggil Hanna.
Vikky pun menoleh ke arah sumber suara yang memanggilnya.
Hanna tercengang, ternyata dugaannya benar. Itu adalah Vikky, Orang yang ia tunggu tunggu kedatangannya di rumah sakit. Dan ternyata, dia duduk bersama seorang wanita, asik bercanda gurau tanpa memikirkannya.
Air mata Hanna sudah tak terbendung, satu persatu mulai perlahan turun membasahi pipinya.
"Hanna" ucap Vikky kaget, ternyata yang memanggilnya tadi adalah Hanna, kekasihnya yang kecelakaan di depan matanya.
Vikky pun bangun dari duduknya, "Han aku bisa jelasin sama kamu, ini semua gak seperti yang kamu pikirin Han."
"Selamat ya Vik, akhirnya kamu dapet yang lebih sempurna dari aku" ucap Hanna dengan suara yang amat lirih.
"Han, dengerin aku dulu Han," ucap Vikky yang ingin memberi penjelasan kepada Hanna.
Vhias yang mendengar Hanna dan Vikky sedang berdrama, ia pun ikut bangun dari duduknya mulai senyela pernyataan Vikky.
"Sayang, itu siapa? Oh, itu mantan kamu yang lumpuh itu ya? Bukannya kamu udah putusin ya?"
Hanna hanya menundukan kepalanya, menahan suara tangisnya dalam sakitnya itu.
"Oh iya katamu tunggu dia siap ya. Nah, kan Hanna udah liat kita berdua, sekalian aja kasih tau dia, kalau kamu mutusin dia karna dia lumpuh" Sambung Vhias.
"Vhias, jaga ya bicaramu."
Amarah Elle yang sedari tadi ia pendam kini mulai bergejolak dan tak dapat tertahankan lagi, Elle mulai memajukan langkah kakinya, Hanna yang melihat kaki Elle melangkah ia pun segera menarik tangan Elle, Elle pun menoleh ke arah Hanna, Hanna menggelengkan kepalanya.
Beberapa pasang mata mulai memperhatikan mereka.
"Jangan Elle. Malu, diliatin banyak orang," ucap Hanna yang masih menundukan kepalanya.
"Tapi Han, dia keterlaluan!" jawab Elle kesal dengan sikap Hanna yang lembek tak seperti dirinya yang dulu.
"Udah Elle, kita pulang aja ya," ajak Hanna sembari mengusap air matanya dan mulai mengangkat kepalanya.
Elle berdecak, amarahnya belum tersalurkan, ia harus mengalah pada rasa sakit Hanna saat ini.
Hanna dan Elle mulai bergegas pergi dari sana.
"Han tunggu aku," ucap Vikky yang bergegas mengambil tasnya dan kemudian menyusul kepergian Hanna.
"Sayang! kamu mau kemana?" Teriak Vhias memanggil Vikky yang meninggalkannya.
Vhias mulai kesal, ia pun menggebrak meja yang ada disana dan berdecak kesal.
TBC
Jika jalan ku ini adalah perjuanganMaka semoga perjuanganku tidaklah sia siaJika hati ku adalah miliknyaMaka persatukan lah kami berduaPersatukan kami dalam ikatan suci~~~Apa kamu percaya bahwa kehidupan seseorang dapat berubah secara dramatis karna satu moment di saat itu juga?Ya... aku percaya, namun aku tak mengerti aku dimana, aku hanya tau pandanganku kabur dan aku terjatuh saat aku ingin mencari kebenaran tentang tambatan hatiku.Dan semoga saja ini bukan pertanda buruk untukku.Sesampainya dirumah sakit Elle menelepon Mamah Giselle dan Papah Alexander agar mengetahui bahwa anak semata wayangnya sedang tidak sadarkan diri dirumah sakit.Setelah mengetahui berita tersebut, tanpa pikir panjang orang tua Hanna pun segera buru buru ke rumah sakit untuk mengetahui kebenaran yang dikatakan oleh Elle.Setelah beberapa menit Elle yang cemas dan sudah berada di depan ruang UGD pun melihat kedatangan ora
Ketika kamu jatuh cinta kepada seseorang.Kamu akan tiba tiba memliki "kekuatan" untuk bertahan.Namun kamu juga akan tiba tiba memiliki ke "kelemahan".Cinta adalah dimana saat kita bertemu untuk pertama kalinya.Dan kemudian merencanakan banyak pertemuan yang amat kebetulan.Cinta itu mengalir bagaikan air, namun juga menyesatkan bagaikan fatamorgana.Yakinlah pada Tuhan, karna setiap manusia di ciptakan saling berpasangan.~~~Pagi menjelang, seminggu pun berlalu, Elle yang diam diam mecari tahu tentang Dokter Kevin pun mendapatkan jawabannya, Kevin menderita Gagal Ginjal, yang mengharuskannya untuk cuci darah minimal 1 kali dalam seminggu, dan memang benar apa yang di katakan Vhias, keadaan dokter kevin pun semakin parah.Elle pun tak tinggal diam, seperti kebiasaannya, jika ia tak bisa menyampaikan apa yang akan ia sampaikan pasti ia akan menulis surat, dan menaruhnya di tempat yang sekiranya terlihat oleh Hanna, ta
jika memang ini adalah mimpitolong bangunkan akukarna mimpi ini begitu terasa nyatatapi amat menyakitkanbegitu indah tapi sulit di tela'ahbegitu manis tapi begitu sulit dimengerti~~~Hanna semakin bimbang dengan perasaannya ketika mengetahui bahwa orang yang ia sukai adalah kakak dari orang yang telah merenggut cinta terdahulunya.Berbeda dengan Elle, ia justru menghawatirkan keadaan Dokter Kevin sekarang ini."Han," panggil Elle."Dokter Kevin sakit apa ya?" sambungnya."Ntah lah, aku gak perduli juga.""Kenapa gitu Han? Bukannya kamu suka sama Dokter Kevin?""Tapi bisa saja kan mereka bersekongkol untuk membuat ku sakit hati, secara mereka kan adik kakak," Ucap Hanna yang merasa kecewa"Gak gitu juga Han, kamu gak boleh buruk sangka dulu, nanti aku cari tau dulu deh, semoga aja yang di bilang sama Vhias itu gak benar.""Iya semoga saja ya Elle, aku takut jika itu benar ke
Jika ku bisa memilihKu ingin kau menjadi sang pemilik hatiJika ku bisa memintaKu ingin kau menjadi sang penjaga ragaKenyataan tak seindah dunia beserta isinyaTapi jika kita mensyukurinyaKenyataan itu akan menjadi moment yang berharga~~~Seminggu lebih telah berlalu, keadaan Hanna pun semakin membaik, tapi gundah di hatinya semakin menjadi.Seminggu ini Hanna tak melihat keberadaan Dokter Kevin di kampusnya, bahkan ia tak lagi kelihatan mengajar sehabis jamuan makan malam itu."Kamu nyadar gak Elle, Dokter Kevin sekarang gak keliatan di kampus ya? udah seminggu lebih loh padahal," tanya Hanna."Apa? Kamu kangen?" ledek Elle."Dih... Mana ada ya! aku cuma gak enak aja, soalnya sehabis makan malam, besok paginya kan jadwal dia mengajar di kampus tapi dia gak dateng, aku takut kata-kata Papah bikin dia sakit hati aja," jawab Hanna."Gak mungkin lah Han, mungkin dia lagi gak enak badan
Tuhan.Engkau Maha baik.Engkau tau yang terbaik untuk hambaMu.Jika memang dia yang terbaik untuk ku.Tunjukkanlah jalan untuk kami bersama.Buka kan lah hati kami.Agar kami bisa bergandengan tangan.seperti yang Kau telah tuliskan di garis tangan ini.~~~Dentuman suara piring dan alat makan terdengar disana, menyelimuti keheningan yang mendera di ruang makan.Hanna memakan makanannya dengan hati-hati, oh mungkin lebih tepatnya agak sedikit risih karna Dokter Kevin diam diam mencuri pandangan ke arahnya, saat Hanna sedang menyantap makanan yang ada di piringnya.Elle dan Mamah Giselle sibuk dengan makanannya masing-masing.Sedangkan Papah Alexander melihat kecanggungan antara dua orang tersebut, ia pun tersenyum karna diam diam Dokter Kevin memerhatikan putri sematawayangnya itu."Apakah anda sudah mempunyai pacar Dok?" tanya Papah Alexander memecah keheningan di ruangan itu.Dokter Kevin tersadar
Tuhan,Jika rasa ini memang untuknyaKuatkanlah rasaku untuk bisa sampai kepadanyaJika rasa yang dia miliki bukan untukkuTolong hilangkanlah sebelum rasaku semakin besarKarna aku belum siap untuk sakit yang kedua kalinya~~~Jam makan malam pun tiba, semua sajian sudah disiapkan di atas meja makan.Tinggal menunggu para sang penyantap makanan untuk berkumpul di meja makan.Seperti biasa semua sajian ini Elle dan bi Jenab lah yang memasak dan menata makanan di meja makan."Sepertinya ada yang kurang?" tanya Elle.Hanna meningintip dari balik tembok memperhatikan Elle dan Bi jenab berdiskusi tentang makanan."Kenapa kalian tidak mengajak aku untuk memasak?" tanya Hanna."Tidak! Tetaplah disitu, dan jangan kemana-mana," tukas Elle.Terakhir kali Hanna mencoba untuk memasak sendiri, bukannya hidangan lezat yang mereka dapatkan, melainkan dapur yang hampir terbakar oleh ulahnya Hanna dan
Dear diary,Hari ini aku senang karna kaki ku sudah hampir sembuh, tapi ntah kenapa ada perasaan sakit yang teramat di hati ini.Seperti sedang di cubit cubit, kenapa ya? Apa karna aku gak bisa ketemu Dokter Kevin? Apa aku mulai ada rasa sama dia?.Jika benar aku ada rasa sama dia, Aku tidak berharap dia akan membalasnya, karna rasa sakit ini masih ada sampai saat ini.Tapi emang benar sih kata Elle, dia itu ganteng, pasti banyak juga kan ya yang mau sama dia, gak mungkin dia gak ada yang mau.Apa aku bisa berharap ya? Tapi aku takut jatuh untuk ke dua kalinya.Udahlah aku ingin menyerah, kalau bicara tentang perasaan, masih takut.Apa aku harus membuka hati ku kembali ya? Tapi bagaimana caranya? Apa yang harus Hanna lakukan Tuhan, sulit untuk Hanna membuka hati saat ini.Hanna bimbang, Hanna ingin membuka hati tapi sakit di hati Hanna belum hilang sepenuhnya.~~~"Han," panggil seseorang dari balik pintu kamar."Iya,
Dilema.Disaat engkau datang.Hati ini begitu tenang.Seperti bunga yang sudah hampir layu.Kemudian di sirami kembali.Bertemu dengan mu adalah anugrah.Perpisahan dengan mu adalah takdir.Ku harap kita tak akan terpisah.Sampai takdir tak mempermainkan kita.~~~Dokter Kevin menyarankan agar Hanna sesegera mungkin menggunakan 'kruk' agar syarafnya dapet merespon kembali.Senyum merekah di bibir Dokter Kevin mengetahui bahwa Hanna akan sembuh dan dapat berjalan kembali.Tetapi hatinya berkata lain, ia gundah bahwasannya ketika Hanna sembuh nanti ia akan jarang bertemu, atau bisa jadi malah tidak akan pernah bertemu kembali.Namun Dokter Kevin seketika merubah raut wajahnya, dari tersenyum menjadi agak sedikit murung.Mamah Giselle terheran melihat raut wajah dokter Kevin yang berbuah drastis, ia sadar betul apa yang sedang di rasakan Dokter Kevin saat ini.Mamah Giselle seperti
Sepertinya aku terkena panah cinta.Melihatnya tersenyum membuat ku bahagia.Senyumnya membuat ku menjadi gila.Senyum manis mu menusuk ke hatiku.Sampai Hati ku berdetak tak karuan.Aku harus apa?Panah ini telah menusuk hati ku.Dan hati ini semakin tak karuan.Seperti ingin melompat dari dalam sana.Panah cinta ini membuat ku gila.~~~Seperti biasanya, sesampainya di Rumah Sakit, Hanna pergi ke resepsionis untuk mendaftarkan dirinya."Nona Hanna, bisa langsung keruangan Dokter Kevin ya," kata sang resepsionis.Hanna menganggukan kepalanya, kemudian ia pun pergi menemui Dokter Kevin di ruangannya."Permisi Dok," ucap Mamah Giselle sembari mengetuk pintu dari luar."Silahkan masuk,""Hanna? kamu kenapa? apa kaki kamu sakit lagi?" tanya Dokter Kevin cemas.Hanna menggelengkan kepalanya, "Aku hanya ingin periksa saja Dok, tadi pagi aku mau mengambil Es batu di kulka