Share

Part 10

Di tempat berbeda, di sebuah dermaga kapal besar. Terlihat seorang pria yang baru saja hendak menyelesaikan  misinya.

Namun hal itu  ia urungkan ketika mendapat telfon genting yang membuatnya harus mengikuti perintah sang pemberi telfon.

Kedua mata hitam nan tajam memandang sosok pria gondrong yang telah bersimbah darah di sudut gudang pabrik es dengan wajah ketakutan.

"Mas-master..to-long..beri saya waktu" ucap pria gondrong itu dengan menahan sakit untuk memelas.

Ia mendekat dengan sebuah senyum mematikan.

"Kau beruntung!! aku masih beri waktu untuk berpikirlah sebelum masalah jauh lebih runyam" ujar pria dingin itu dengan sedikit berjongkok di hadapan lawannya yang baru saja ia beri pelajaran.

Lalu tak berapa lama, jemari Master pun memberi kode pada anak buahnya yang berjumlah 4 orang.

"Awasi!! dan tahan semua asetnya jika ia masih belum menandatangani surat pengadilan 1x24 jam!!" perintah Master dengan beranjak pergi meninggalkan tempat bau dan kotor itu.

"Baik,  Master" jawab 4 orang anak buahnya yang siap sedia.

Pria yang di juluki Master itu pun pergi dengan langkah tegas lalu tak lama ia di sambut oleh seorang pria berwajah dingin bertubuh tinggi namun memiliki sedikit luka di wajah kanannya. Pria itu datang mendekat dengan memberikan jas baru dari lengannya pada sang Master yang dengan segera melepaskan jas yang sudah terlihat kotor.

"Krim bukti dan katakan pada Alex jika urusan ini belum selesai sebelum sidang, maka seluruh asetnya akan aku ambil alih" ujar Master dengan berjalan  cepat menuju motor besar yang telah terparkir di samping mobil Fav berwarna hitam.

Pria bertubuh tinggi itu hanya diam dan berhenti mengikuti langkah sang master ketika ia menaiki motor besarnya.

Pria itu meraih helm dan memakainya dengan cepat dan menghidupkan mesin motor. Seketika derum suara motor besar itu pun terdengar dengan sangat jelas dan seketika motor itu melesat dengan cepat meninggalkan area dermaga kapal.

🍃🍃🍃

Waktu pun berlalu, kini terlihat mama Marwah yang telah siuman berdiri dengan wajah cemas menangis di sisi sang suami.

Terlihat Marcel mencoba menenangkan sang Mama.

Namun berbeda dengan Maya, ia berkomunikasi secara intensif dengan dokter ahli saraf.

"Tuan Erwin sudah lebih dulu memiliki bekas luka operasi di kepala, dan kemungkinan stroke ini terjadi karena pengaruh bekas luka yang kembali muncul ditambah dengan beban pikiran  tuan Erwin sendiri"

"Bekas luka operasi?? kapan??" seru Maya dengan penuh tanda tanya.

Dan tiba-tiba sosok pria paruh baya datang mendekati kumpul dokter-dokter yang tengah memberi penjelasan pada putri Erwin Aritama.

"Benar, Papa mu dulu pernah menjalani operasi besar di Jepang"

Wajah syok Marwah pun terlihat kaget dengan melihat sosok pria paruh baya muncul di tengah-tengah mereka.

"Om Chandra??"

"Itu terjadi belasan tahun yang lalu, sebelum Papa dan mama mu menikah" timpal om Chandra.

"Lalu??" seru Maya bertanya pada dokter kembali.

"Kita akan obrservasi kembali setelah tuan Erwin siuman, kita akan  tau seberapa berat stroke menyerang saraf beliau"

Maya terhenyak, ucapan dokter senior itu cukup memukul optimis Maya.

Dan tak lama tim dokter itu pun pergi meninggalkan Maya dan pria paruh baya itu.

"Jangan sampai berita ini bocor" ujar om Chandra serius menatap Maya.

"Om??"

"Ini akan jadi umpan besar di rapat pemegang saham tahunan, kau harus menjaga hal ini, dan.." ucap om Chandra tergantung dengan mimik wajah yang gusar.

"Semoga Papa mu cepat siuman dan bisa pulih walau hanya sekian persen"

Deg.... sungguh ucapan om Chandra telah menguji kekuatan mental Maya.

Om Chandra adalah mantan sekertaris Papa Erwin ketika merintis awal usahanya. Lalu tak lama setelah usaha pertama Papa Erwin bangkrut  om Chandra menjadi wakil direktur menggantikan Papa  Erwin dalam  merintis usaha barunya New-A. (Baca di Come A Closer Love) 😘

Hingga puluhan  tahun, akhirnya om Chandra mengundurkan diri setelah di nyatakan terkena kanker dan pensiun untuk menjalani hari-harinya menjaga kesehatan.

Dan kini om Chandra datang sebagai sahabat karib Papa Erwin. Ia cukup mengetahui seluk beluk perusahaan New-A hingga sampai sebesar ini.

Ia tentu tau pondasi New-A tidak sesolit dulu yang benar-benar bekerja untuk tumbuh kembang perusahaan New-A. Kini banyak pihak menunggu kejatuhan perusahaan besar tersebut.

Tak lama, derap langkah tergesa-gesa terdengar dengan sangat jelas. Sosok pria paruh baya yang datang dengan wajah gusar mendekat pada Maya dan Om Chandra.

"Erwin??" serunya bertanya cepat pada keduanya.

Dengan wajah ragu Maya menjawab.

"Papa, masih belum siuman.. dokter mengatakan jika Papa terserang stroke "

Wajah kaget pengacara Johan terlihat jelas.

"Dimana dia??"

Perlahan Maya menunjukkan satu ruangan pintu yang tertulis intensif.

Johan pun tanpa pikir panjang bersegera pergi, namun tiba-tiba Chandra menahan.

"Tamu di batasi, tunggu lah.. Marwah masih berada di sana" ujar Candra pada pengacara Johan.

Helan nafas Johan  pun terdengar berhembus kasar. Lalu ia pun akhirnya ikut berdiri di sisi Chandra.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status