Di tempat berbeda, di sebuah dermaga kapal besar. Terlihat seorang pria yang baru saja hendak menyelesaikan misinya.
Namun hal itu ia urungkan ketika mendapat telfon genting yang membuatnya harus mengikuti perintah sang pemberi telfon.
Kedua mata hitam nan tajam memandang sosok pria gondrong yang telah bersimbah darah di sudut gudang pabrik es dengan wajah ketakutan.
"Mas-master..to-long..beri saya waktu" ucap pria gondrong itu dengan menahan sakit untuk memelas.
Ia mendekat dengan sebuah senyum mematikan.
"Kau beruntung!! aku masih beri waktu untuk berpikirlah sebelum masalah jauh lebih runyam" ujar pria dingin itu dengan sedikit berjongkok di hadapan lawannya yang baru saja ia beri pelajaran.
Lalu tak berapa lama, jemari Master pun memberi kode pada anak buahnya yang berjumlah 4 orang.
"Awasi!! dan tahan semua asetnya jika ia masih belum menandatangani surat pengadilan 1x24 jam!!" perintah Master dengan beranjak pergi meninggalkan tempat bau dan kotor itu.
"Baik, Master" jawab 4 orang anak buahnya yang siap sedia.
Pria yang di juluki Master itu pun pergi dengan langkah tegas lalu tak lama ia di sambut oleh seorang pria berwajah dingin bertubuh tinggi namun memiliki sedikit luka di wajah kanannya. Pria itu datang mendekat dengan memberikan jas baru dari lengannya pada sang Master yang dengan segera melepaskan jas yang sudah terlihat kotor.
"Krim bukti dan katakan pada Alex jika urusan ini belum selesai sebelum sidang, maka seluruh asetnya akan aku ambil alih" ujar Master dengan berjalan cepat menuju motor besar yang telah terparkir di samping mobil Fav berwarna hitam.
Pria bertubuh tinggi itu hanya diam dan berhenti mengikuti langkah sang master ketika ia menaiki motor besarnya.
Pria itu meraih helm dan memakainya dengan cepat dan menghidupkan mesin motor. Seketika derum suara motor besar itu pun terdengar dengan sangat jelas dan seketika motor itu melesat dengan cepat meninggalkan area dermaga kapal.
🍃🍃🍃
Waktu pun berlalu, kini terlihat mama Marwah yang telah siuman berdiri dengan wajah cemas menangis di sisi sang suami.
Terlihat Marcel mencoba menenangkan sang Mama.
Namun berbeda dengan Maya, ia berkomunikasi secara intensif dengan dokter ahli saraf.
"Tuan Erwin sudah lebih dulu memiliki bekas luka operasi di kepala, dan kemungkinan stroke ini terjadi karena pengaruh bekas luka yang kembali muncul ditambah dengan beban pikiran tuan Erwin sendiri"
"Bekas luka operasi?? kapan??" seru Maya dengan penuh tanda tanya.
Dan tiba-tiba sosok pria paruh baya datang mendekati kumpul dokter-dokter yang tengah memberi penjelasan pada putri Erwin Aritama.
"Benar, Papa mu dulu pernah menjalani operasi besar di Jepang"
Wajah syok Marwah pun terlihat kaget dengan melihat sosok pria paruh baya muncul di tengah-tengah mereka.
"Om Chandra??"
"Itu terjadi belasan tahun yang lalu, sebelum Papa dan mama mu menikah" timpal om Chandra.
"Lalu??" seru Maya bertanya pada dokter kembali.
"Kita akan obrservasi kembali setelah tuan Erwin siuman, kita akan tau seberapa berat stroke menyerang saraf beliau"
Maya terhenyak, ucapan dokter senior itu cukup memukul optimis Maya.
Dan tak lama tim dokter itu pun pergi meninggalkan Maya dan pria paruh baya itu.
"Jangan sampai berita ini bocor" ujar om Chandra serius menatap Maya.
"Om??"
"Ini akan jadi umpan besar di rapat pemegang saham tahunan, kau harus menjaga hal ini, dan.." ucap om Chandra tergantung dengan mimik wajah yang gusar.
"Semoga Papa mu cepat siuman dan bisa pulih walau hanya sekian persen"Deg.... sungguh ucapan om Chandra telah menguji kekuatan mental Maya.
Om Chandra adalah mantan sekertaris Papa Erwin ketika merintis awal usahanya. Lalu tak lama setelah usaha pertama Papa Erwin bangkrut om Chandra menjadi wakil direktur menggantikan Papa Erwin dalam merintis usaha barunya New-A. (Baca di Come A Closer Love) 😘
Hingga puluhan tahun, akhirnya om Chandra mengundurkan diri setelah di nyatakan terkena kanker dan pensiun untuk menjalani hari-harinya menjaga kesehatan.
Dan kini om Chandra datang sebagai sahabat karib Papa Erwin. Ia cukup mengetahui seluk beluk perusahaan New-A hingga sampai sebesar ini.
Ia tentu tau pondasi New-A tidak sesolit dulu yang benar-benar bekerja untuk tumbuh kembang perusahaan New-A. Kini banyak pihak menunggu kejatuhan perusahaan besar tersebut.
Tak lama, derap langkah tergesa-gesa terdengar dengan sangat jelas. Sosok pria paruh baya yang datang dengan wajah gusar mendekat pada Maya dan Om Chandra.
"Erwin??" serunya bertanya cepat pada keduanya.
Dengan wajah ragu Maya menjawab.
"Papa, masih belum siuman.. dokter mengatakan jika Papa terserang stroke "Wajah kaget pengacara Johan terlihat jelas.
"Dimana dia??"
Perlahan Maya menunjukkan satu ruangan pintu yang tertulis intensif.
Johan pun tanpa pikir panjang bersegera pergi, namun tiba-tiba Chandra menahan.
"Tamu di batasi, tunggu lah.. Marwah masih berada di sana" ujar Candra pada pengacara Johan.
Helan nafas Johan pun terdengar berhembus kasar. Lalu ia pun akhirnya ikut berdiri di sisi Chandra.
Derap langkah kaki seorang pria terlihat mendekat dengan jelas.Johan melihat dengan wajah kesal. Dan ketika langkah kaki pria itu berhenti tepat di hadapannya pun wajah kesalnya kian terlihat jelas."Kemana saja? sudah 1 jam setengah dan kau baru muncul!!" cecar pada putranya yang terlihat diam dan berekspresi datar.Chandra melihat sosok pria muda itu dengan seksama."Putramu??"Johan mengangguk dengan memperkenalkan putranya."Ya, Ferdian Bastian.. pengacara"Ferdian dengan sopan memberi tangan untuk menjabat tangan teman orang tuanya itu.Chandra melihat dengan wajah kagum."Buah jatuh tak jauh dari pohonnya" ucap Chandra.Johan mendengus pelan."Tidak semua" selanya cepat."Paman Erwin, terserang stoker" jelas Johan pada Ferdian yang hanya mendengar tanpa menjawab."Dan ini akan jadi masalah baru" timpal Chandra menyambung ucapan Johan.Ferdian hanya mengangguk pelan.Namu
Malam harinya Maya berdiri di balkon kamarnya dengan tatapan nanar. Ucapan Paman Johan sudah membuat gelisah."Seharusnya, kamu berpikir sebelum memutuskan semua ini, karena pada akhirnya New-A akan jatuh jika kamu tidak berpikir matang.. dan Erwin, pasti akan sangat sedih jika mendengar hal buruk terjadi pada New-A" ucap Paman Johan dengan serius."Apa yang harus aku lakukan??" gumam Maya bertanya pada diri sendiri.Ia pun mulai mengingat-ingat teman-teman yang bisa ia minta tolong."Reno Barack?? atau Aldi Bakri??" gumamnya lagi dengan mengingat-ingat, namun nyatanya tak satu pun bisa ia pegang."Atau?? Sausan Holmen?" sebutnya lagi."Ck?" decak Maya yang kian pusing, ia merasa jika pikiran kini buntu."Mereka pasti tidak mau, ah.. New-A.. New-A?? apa yang harus kita lakukan??" rutu Maya dengan memijit-mijit kepalanya yang seakan ia rasa berdenyut sakit.Tak lama terdengar suara deringan telfon masuk. Maya pun bergerak untuk
Maya berdiam diri dikamar selama hampir dua hari. Ia berpikir keras cara untuk dapat membayar finalty pada Star Tomo.Ia membaca ulang berkas perjanjian kerja dengan Star Tomo. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke kantor pengacara Johan B. Bastian.Ia ingin minta pendapat Paman Johan. Dan ia sangat berharap jika Paman Johan bisa memberikan sedikit solusi pada dirinya.Ia menelfon Marcel untuk menangani sementara waktu kantor dengan berbagai rapat yang sangatlah penting.Namun sebelum ia pergi kekantor pengacara tenar itu, Maya terlebih dahulu berkunjung kerumah sakit untuk menjenguk sang Papa tercinta.Dan saat ia menjenguk sang Papa, tanpa terduga ia mendengar pembicaraan sang dokter dengan sang Mama.Jika saraf pada batang otak belakang Papanya koyak sehingga suatu hal yang mustahil bagi Papa Erwin dapat kembali seperti sediakala.Berita yang cukup berat untuk di terima oleh Mama Marwah, ia benar-benar syok mendengar penjela
Keesokan paginya.Rapat pemegang saham tahunan pun di gelar. Hari ini adalah keputusan akhirnya yang harus di ambil.Marcel dan Maya sudah memikirkan hal terburuk jika para pemegang saham akan hengkak dari perusahaan New-A.Debat segit pun terjadi, Marcel angkat bicara sebagai wakil Direktur. Ia mencoba menarik simpati para tertua di New-A untuk mendukungnya.Namun pihak Zinus keberatan karena latar belakang pendidikan Marcel tidak sejalan dengan bisnis.Gebrina bersikeras memberi ide baru jika mereka memberi jalan untuk New-A marjer di bawah naungan Star Tomo.Beberapa pihak sudah mulai memilih jalan voting sebagai hasil akhir.Marjer atau hengkang??.Maya benar-benar dibuat pusing dengan semua ide ini. New-A benar-benar di ujung tanduk.Dan Gebrina dengan senyum percaya diri akan memenangkan pertarungan akhir ini.Marcel kehilangan simpatik para petinggi pemegang saham, tak terkecuali Paman Johan yang juga
Kini Maya berada di kamarnya, ia pulang lebih cepat dari biasa demi untuk menyambut sang Papa tercinta.Papa Erwin akhirnya kembali kerumah setelah hampir 3 bulan berada di rumah sakti. Walau kondisinya tak begitu baik.Maya mendorong kursi roda sang Papa, dan terlihat Marcel menemani sang Mama yang terlihat kelelahan."Selamat kembali pah" seru Maya pelan.Perlahan ia berbalik untuk bisa turun di hadapan sang Papa."Pah, berjanji lah untuk selalu semangat menjalani terapi, Papa pasti bisa berjalan lagi, Maya yakin dan percaya Papa pasti bisa lewati ini" ucap Maya memberikan suport positif untuk sang Papa.Mama Marwah mendekat dan ikut membelai lembut pundak suaminya yang terlihat kaku."Kita akan suport dan semangatin Papa selalu" ucap sang istri dengan penuh sayang dan ia menjatuhkan satu kecupan di punca kepala sang suami.Dan malam harinya syukuran kecil pun di buat untuk menambah semangat bagi Papa. Tante Safa
Waktu berjalan, dan Maya tak menyia-yiakan waktu yang masih ia punya sebelum peresmian Star Tomo dan New-A.Kini ia duduk di ruang kerja pengacara Ferdian Bastian seorang diri. Maya sengaja memilih untuk menunggu pria itu. Setidaknya itu adalah sebagai penilaian Ferdian bahwa ia benar-benar serius.Namun sampai menjelang sore hari. Sosok Ferdian Bastian tak kunjung tampak. Maya pulang dengan wajah kecewa dan tangan kosong.Hal itu terus terjadi hingga hampir 1 minggu lebih.Hingga satu ketika saat seluruh karyawan kantor Bastian telah pulang. Maya masih mencoba untuk menunggu pengacara Ferdian hingga sore hari.Dan karena kelelahan, tanpa di sadari Maya tertidur di sofa ruangan itu dengan menopang keningnya.Tak lama, perlahan terdengar langkah derap kaki yang kian mendekat masuk ke dalam ruangan kerja itu.Namun betapa kagetnya Ferdian ketika melihat sosok wanita yang terlihat tertidur tengan di sofa tersebut."Sejak kapan??"
Terlihat Maya tengah termenung di kamarnya.Ia akhrinya pulang dengan tangan kosong, harapan terakhir benar-benar gagal. Ferdian Bastian memang benar-benar pria yang susah di mengerti apa lagi di takluk kan."Tante Lusya??" ucap Maya mengulang nama wanita yang membuatnya penasaran."Apa mas Ferdian suka tipe Tante-tante??" gumamnya lagi dengan berpikir."Huuufft, dunia oh dunia.. makin hari makin banyak saja orang berselera aneh" decak Maya dengan mengelengkan kepala.Mata Maya terpejam sesaat, rasa lelah dan stres mulai menghinggapi dirinya. Ia tak bisa membayangkan jika Dimas akan menguasai Star Tomo.Ini benar-benar mimpi buruk, ia tak bisa membayangkan jika Dimas Anggara akan menjadi suaminya. Akan jadi seperti apa rumah tangga dengan suami yang suka main perempuan.Maya menghela nafas pelan."Tuhan, kuatkan aku.." bisik Maya pasrah.🍃🍃🍃Di lain tempat, Master duduk di satu sofa mewah. Ia di jamu dengan sanga
"Sepertinya kau memang perlu bukti!!" ucap Ferdian dengan tatapan tajam menatap DimasTanpa pikir panjang Ferdian pun meraih wajah Maya yang masih terkaget dan bingung, lalu sedetik kemudian dengan cepat menjatuhkan satu kecupan tepat di atas bibir ranum Maya.Sontak kedua bola mata Maya melebar mendapatkan ciuman tak terduga itu. Ia dapat merasakan jika bibir Ferdian melumat bibirnya dengan sangat manis."Ya Tuhan!!" seru batin Maya yang terkesiap menerima kecupan manis itu di depan para colleganya.Beberapa detik kemudian, perlahan bibir Ferdian menyudahi ciumannya itu."Permain ini kita!!" bisik Ferdian yang berada beberapa inci dari wajah Maya yang masih terlihat syok.Lalu dengan wajah tenang ia berbalik menatap Dimas yang terlihat kaget dan marah."Well, aku rasa sudah cukup bukti jika Zarulita Maya adalah wanita ku, jadi berhenti lah bermimpi Dimas Anggara.." ucap Ferdian penuh penekanan."Kau!! ?" hardik Dimas mar