Share

Part 9

Di satu rumah sakit keluarga Sandres. Terlihat keluarga dr. Safa dan dr. Daniel memeriksa tubuh Erwin dengan sesama.

Keduanya tak bisa menyimpulkan dengan pasti gejala yang terjadi pada ipar mereka. Sehingga dr. Safa dengan cepat memanggil tim dokter spesialis untuk menangani Direktur utama Aritama itu.

Mama Marwah yang baru saja tiba di rumah sakti di sambut dengan sang putri yang terlihat gelisah dan wajah sembab.

"Mama??" seru Maya dengan cepat berlari kecil dan memeluk sang mama.

Wajah gusar Marwah terlihat jelas, ia syok ketika mendengar sang suami jatuh pingsan di kantor dan kini berada di rumah sakit Petramedika.

"Apa yang terjadi??" tanya mama Marwah dengan perasaan gundah.

Wajah penyesalan Maya terlihat di sana, hingga dengan berat hati ia menceritakan kronologis peristiwa-peristiwa yang akhirnya membuat sang Papa jatuh pingsan.

"APA??" seru Marwah tak percaya.

"Maaf mah?? semua salah Maya, mah" ucap Maya dengan penuh penyesalan dan derai air mata yang tak kunjung berhenti.

Tubuh Marwah terguncang hebat, hingga ia merasa akan roboh. Namun dengan cepat Marcel sang putra meraih tubuh sang mama.

"Mah!!" seru Maya dan Marcel bersamaan. Dan keduanya terlihat di kalut dengan rasa cemas.

"Mas??" ucap Marwah lirih. Ia sangat takut jika sesuatu terjadi pada suaminya itu.

Namun tak lama, pintu ruangan intensif pun terbuka. Terlihat dr. Safa dan suami keluar bersama.

Marwah melihat dengan wajah cemas dan berusaha kuat untuk bertanya pada sang kakak.

"Marwah??"

"Kak Safa?? Mas Erwin??" serunya dengan mencoba mengapai lengan sang kakak.

Wajah gelisah dr. Safa terlihat jelas. Ia menoleh sesaat pada sang suami yang berada di sampingnya untuk meyakinkan diri. Dan dr. Daniel pun mengangguk pelan dengan wajah yang sama gelisahnya dengan sang istri.

"Erwin, terserang stroke!!" ujar dr. Daniel pada Marwah dan kedua anaknya.

Syok.. dan seketika tubuh Marwah jatuh pingsan.

Kepanikan pun terjadi ketika Marcel dan dr. Safa dengan cepat menahan tubuh  Marwah.

Namun wajah syok Maya terlihat mematung dengan tak bisa berkata-kata di depan pamannya.

"Apa?" ucap Maya lirih dengan tubuh bergetar.

"Pa-pa? Stroke??" tanya Maya dengan tak bisa membendung rasa bersalah ya.

Sang Paman mencoba mendekat pada Maya yang terlihat benar-benar terguncang.

"Maya??"

"Paman pasti BOHONG!!"pekik Maya marah dengan berusaha tak mempercayai berita ini begitu saja.

"Maya??" ucap dr. Daniel pelan dengan mencoba menenangkan sang keponakan.

"Mana mungkin? Papa!!" ucap Maya yang seketika berlari menuju kamar intensif itu untuk melihat dengan mata kepalanya sendiri.

dr. Daniel tak bisa mencegah Maya. Ia pun hanya bisa membiarkan sang keponakan untuk melihat langsung kondisi Erwin Aritama.

Marcel dan dr. Safa terlihat masih mencoba menangani mama Marwah yang akhirnya harus di rawat dengan bantuan beberapa suster.

***

Diruangan intensif itu, terlihat Maya masuk dengan wajah gusar dan frustasi. Dua orang perawat tengah memasang alat medis di tubuh sang Papa.

Tatapan Maya terpaku, ia tak bisa mempercayai sosok yang selalu memeluk manja kini terdiam di atas ranjang pasien.

Maya mendekat dengan tubuh  gemetar, perlahan jemarinya hendak menyentuh punggung jemari sang Papa.

Seorang suster menoleh dengan tatapan datar.

"Keluarga pasien??"

Maya tak menjawab, ia hanya berdiri mematung.

Melihat sosok Maya yang mematung dua perawat itu hanya saling memandang lalu perlahan keluar dari ruangan.

Sesaat hening.

Hawa dingin  menyelimuti tubuh Maya yang masih tak percaya dengan apa yang menimpa sang Papa.

Maya mendekat.

"Pah" bisik Maya lirih. Suara paraunya terdengar kentara, ada ketar rasa takut dan penyesalan yang berkecambuk di hati Maya.

"Pa-pah" panggil Maya kembali dengan berharap kedua mata sendu itu terbuka dan menatapnya.

Gemuruh hati Maya kian memunca ketika tak terdengar balasan yang seperti ia harapankan dari sang Papa.

"Pah? bangun pah!!"seru Maya dengan isak tangis sedih yang akhirnya tumpah. Tubuhnya roboh di sisi samping ranjang pasien. Isak tangis Maya benar-benar tak terbendung, entah bagaimana musibah ini menimpa keluarganya.

***

Di sisi lain, di sebuah kantor pengacara. Kabar tentang Direktur New-A jatuh pingsan pun sampai pada sahabatnya Johan B. Bastian.

"APA??" nada suara syok dari Johan terdengar jelas ketika menerima telfon dari sekertaris pribadi Erwin, Billy.

Tubuh pria paruh baya itu terlihat bangun dengan keterkejutannya berita yang baru saja ia dengar.

"Petramedika?? aku akan kesana!!" seru Johan dengan segera memutuskan komunikasi telfon tersebut.

Wajah gelisah dan gusar pun terlihat, ia dengan bersegera menghubungi satu nomor penting.

Dan tak lama nomor itu terhubung.

"Ferdian!!"

"Segera ke Pertamedika!!"

Lalu dengan cepat pula ia memutuskan komunikasi itu. Dan bersegera pergi meninggalkan ruangan kerjanya dengan tergesa-gesa.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status