Beranda / Romansa / Love To The End / 3. Kejadian yang Terlupakan

Share

3. Kejadian yang Terlupakan

Penulis: Dera Tresna
last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-01 22:35:27

Ketegangan Britne dan Geena masih terus berlanjut hingga acara pernikahan sepupu mereka berlangsung. Dia sengaja menghindar dari keramaian dan menatap acara pernikahan tersebut dari kejauhan.

“Pernikahan yang sangat indah,” pujinya sedikit iri.

Berusaha mengurangi kegalauan hati, Britne mengambil minuman yang berada di pojok taman. Saat berbalik langkahnya terhenti melihat sosok pria yang dihindarinya selama ini. Jantungnya seketika berdetak sangat cepat dan tubuhnya gemetar tanpa alasan.

“Al-Alvaro ...” ucapnya gagap.

Mata pria itu menatap tajam tak bersahabat ke arahnya, tatapan lembut yang dulu sering Alvaro berikan, kini lenyap tak berbekas. Britne mendapati pria yang berbeda dari sahabatnya dulu, hal itu membuatnya semakin gugup.

“Kemana saja dirimu selama ini?” tanya Alvaro yang sama sekali tidak ingat hal terakhir yang dia lakukan pada Britne.

“Aku menyingkir untuk menenangkan diri,” jawab Britne.

“Menenangkan diri?” ulang Alvaro dengan seringai sinis. “Aku yang gagal menikah, kenapa kamu yang menenangkan diri? Kemana dirimu saat aku membutuhkan seorang sahabat yang aku percayai selama ini?”

“Apakah kamu tidak ingat apa yang terjadi diantara kita?” selidik Britne.

Alvaro memiringkan kepala mendengar pertanyaan Britne. “Apakah kamu ingin mengingatkanku bagaimana kamu menghilang begitu saja dan tidak bisa dihubungi?”

“A-aku …” gagap Britne tak sanggup menjelaskan apa yang terjadi, dia malah melangkah mundur berusaha menghindari Alvaro.

Dadanya terasa sesak menyadari jika pria itu sama sekali tidak mengingat apa yang terjadi diantara mereka. Mungkin bagi Alvaro, percintaan itu hanya sebuah mimpi.

Britne mengepalkan tangan kuat-kuat menahan luka yang kembali menganga. Dia harus menerima kenyataan jika dalam mimpi pria itu, Geena lah yang Alvaro pikirkan.

Bagaimana dirinya bisa berkata jujur tentang Cedric jika di hati Alvaro hanya ada Geena? Pria itu hanya akan menganggap Cedric sebagai sebuah kesalahan.

“Aku menerima perjodohan kita,” ucap Alvaro yang membuat Britne terperangah.

“Apa maksudmu? Bukankah dari dulu sudah aku katakan, aku tidak ingin menjadi pengganti Geena? Apakah kamu mencintaiku sehingga menerima perjodohan orang tua kita?” geram Britne.

Tubuh Alvaro membeku mendengar kata cinta yang terucap dari bibir Britne, namun dia segera mengendalikan diri dan berusaha bersikap normal.

“Cinta? Itu hanya sebuah kata tanpa arti. Pernikahan kita akan menjadi bisnis saling menguntungkan, aku tahu peternakan papamu sedang mengalami kesulitan mencari bibit kuda yang baik dan hanya peternakanku yang bisa menyuplainya. Sedangkan papaku butuh orang untuk mengembangkan bibit kudanya. Mereka berharap perjodohan kita bisa membuat peternakan membaik, serta menjalin kembali persahabatan mereka yang sempat retak.”

“Jangan bodoh Alvaro! Jika kamu menerima perjodohan ini, kita berdua akan sama-sama terluka. Kamu tidak mencintaiku dan hanya akan melihatku sebagai Geena, itu hanya akan membuat hubungan kita akan semakin rusak.”

“Aku tidak peduli, paling tidak kita berdua bisa berguna untuk keluarga.”

“Lalu siapa yang akan kamu lihat sebagai istrimu, aku atau Geena?” ucap Britne penuh emosi.

“Apakah itu penting? Mau dirimu atau Geena, kalian sama-sama putri Hogan.”

“Pikiranmu sangat picik!” geram Britne.

“Picik …? Berkacalah pada dirimu dan tiliklah hatimu! Maka kamu akan temukan jika kita berdua tidak jauh berbeda.”

Britne menghela nafas panjang menahan rasa marah, wajahnya melembut berusaha membujuk Alvaro agar menolak perjodohan yang baginya sangat tidak masuk akal.

“Marilah kita berteman kembali seperti dulu, pernikahan diantara kita hanya akan membuat hubungan kita rusak.”

“Hubungan kita memang sudah rusak ketika kamu pergi begitu saja dan aku tidak bisa berteman lagi denganmu seperti dulu. Namun hubungan papaku dan papamu bisa diperbaiki dengan pernikahan kita, aku ingin mengembalikan hubungan mereka seperti dulu lagi.”

“Aku tidak yakin dengan alasan yang kamu berikan,” sindir Britne dengan senyum sinis.

“Lalu apa yang kamu pikirkan?” pancing Alvaro.

“Kamu hanya mencari pelampiasan atas obsesimu dan hanya aku yang bisa menjadi tempat pelampiasanmu.”

Wajah Alvaro seketika memerah marah mendengar tuduhan Britne, rahangnya mengeras dengan tatapan elang yang membunuh. Alvaro baru akan membuka mulutnya, hendak menanggapi perkataan Britne, tetapi tertahan ketika terdengar suara memanggil Britne.

“Kemana saja dirimu, Britne? Aku mencarimu kemana-mana, Cedric mencarimu. Dia ingin ...”

Perkataan seketika Geena terhenti saat menyadari jika Britne sedang bersama Alvaro, tubuhnya membeku menatap pria itu.

“Maaf, aku tidak tahu jika kamu sedang bersama Alvaro.”

Alvaro hanya diam menatap wanita yang dicintainya yang kini telah menikah dan mendapatkan kebahagiaan. Britne yang melihat tatapan Alvaro semakin terluka karena dia tahu pria itu tidak pernah melupakan saudara kembarnya.

“Aku akan menemui Cedric,” ujar Britne yang kemudian melangkah pergi meninggalkan Alvaro dan Geena.

“Tunggu! Siapa Cedric?” tanya Alvaro mengabaikan perkataan Geena dan menuntut penjelasan dari Britne.

“Dia pria yang aku cintai saat ini.”

Tatapan dingin Alvaro berubah menegang dengan raut wajah tak terbaca, tetapi terlihat jelas jika pria itu tidak menyukai jawaban Britne.

Setelah Britne pergi, Geena berjalan mendekati Alvaro. “Jangan melampiaskan kesalahanku pada saudaraku! Aku yang pantas kamu benci bukan Britne.”

“Kamu dan Britne telah mempermalukan keluargaku.”

“Aku yang mempermalukanmu dan keluargamu, Britne tidak bersalah dalam hal ini.”

“Apakah kamu sedang melindunginya? Hatimu terlalu baik hingga rela mengorbankan pernikahan kita demi Britne karena kamu tahu perasaan Britne padaku.”

Kening Geena mengerut tajam merespon perkataan Alvaro. “Apakah kamu tidak mengerti juga? Aku membatalkan pernikahan kita bukan karena perasaan Britne kepadamu, tetapi tentang pilihanku sendiri. Aku kabur bukan karena berkorban demi Britne, aku pergi karena aku mencintai pria lain dan dia adalah suamiku sekarang.”

“Jika kamu tidak mengetahui Britne menyimpan perasaan padaku, apakah kamu akan kabur dari pernikahan kita? Keadaan akan berubah jika saja …”

“Cukup Alvaro! Jangan berandai-andai tentang keadaan yang tidak bisa kamu kendalikan. Aku harap kamu tidak menghukum Britne karena kesalahanku. Papa dan mama sangat mempercayaimu, mereka berharap kamu bisa membahagiakan Britne.”

Seringai sinis tergambar di wajah Alvaro, dia kembali mengambil minuman dan menenggaknya. “Kita lihat saja nanti,” ucapnya lalu pergi menjauh dari tempat Geena berdiri.

Geena kemudian menyusul Britne masuk ke rumah dan mendapati orang tuanya sedang berbicara pada saudara kembarnya itu. Dia tidak langsung masuk, tetapi memilih berdiri di ambang pintu menguping pembicaraan mereka.

“Alvaro dan papanya datang ke pesta, ini adalah kesempatan bagimu untuk memperbaiki hubunganmu dengan mereka!” suara Axton terdengar mengintimidasi putrinya.

“Bukan aku yang merusak hubungan keluarga kita dengan keluarga Cooper, untuk apa aku memperbaikinya? Suruh saja Geena yang bertanggung jawab atas perbuatannya,” sanggah Britne menahan rasa marah.

“Alvaro dan Geena tak ada urusan lagi, kamu adalah teman Alvaro dan hanya kamu yang mengerti karakternya.”

“Aku sudah bertemu dan bicara dengan Alvaro, dia bukan pria yang aku kenal dulu. Sikapnya dingin dan perkataannya sinis, kini aku sama sekali tak mengenalnya.”

Terlihat keterkejutan di wajah Axton mengetahui jika putrinya sudah bertemu dengan Alvaro. “Papa yakin masih ada kelembutan dan kebaikan dalam diri Alvaro. Dia adalah pria yang paling sopan yang pernah papa kenal dan selama ini hanya dia yang bisa menjagamu.”

“Sudah terlambat papa menyadari hal itu, jika papa menyadarinya dari dulu, papa tidak akan menjodohkan Geena dengan Alvaro. Papa sudah menghancurkan semuanya.”

“Karena itu papa menyesal dan ingin memperbaikinya. Papa ingin kamu dan Alvaro …”

“Aku tidak suka papa terus mendesakku, sudah aku bilang keadaannya sudah berubah. Jika papa terus bersikap seperti ini, aku akan pergi membawa Cedric dan tidak akan pernah kembali lagi,” ancam Britne sebagai langkah terakhir.

“Kamu tidak bisa terus hidup seperti ini karena itu hanya akan menyiksa dirimu sendiri. Bagaimana jika kita membuat kesepakatan?” Axton memberi penawaran yang membuat Britne memiliki sedikit peluang untuk mendapatkan kebebasannya.

“Kesepakatan apa yang papa inginkan?” tanya Britne tertarik.

“Papa memberimu waktu satu minggu untuk kamu mencoba berkencan dengan seorang pria. Jika kamu bisa melakukannya dan punya niat untuk membangun hubungan, maka papa tidak akan memaksamu lagi untuk menikah dengan Alvaro,” terang Axton.

“Satu minggu? Itu terlalu cepat,” protes Britne tidak terima.

“Papa sudah memberimu waktu tiga tahun tetapi kamu tidak memanfaatkan dengan baik. Mau satu minggu, satu bulan, satu tahun atau bahkan 10 tahun jika kamu tidak memiliki niat untuk membangun hubungan dengan seorang pria, hasilnya akan tetap sama saja.”

Britne tampak menimbang-nimbang tawaran papanya. Lebih baik dia menjalin hubungan dengan pria yang tidak dikenal dibanding menjalin hubungan dengan pria yang mencintai wanita lain dan parahnya lagi wanita itu memiliki wajah yang sama persis dengan wajahnya.

“Baiklah, aku akan memanfaatkan satu minggu yang papa berikan dengan baik. Jika aku menemukan pria yang tepat, aku harap papa menepati janji untuk tidak mengusik kehidupanku lagi,” ujar Britne yang kemudian menjauh pergi keluar dari ruangan.

Langkahnya terhenti ketika dia mendapati saudara kembarnya berdiri di ambang pintu. “Apakah kamu menguping pembicaraan kami?” geram Britne.

“Aku tidak sengaja mendengarnya,” balas Geena jujur.

“Apakah kamu senang mendengar pertengkaranku dengan papa?”

“Tentu saja tidak, semua ini adalah salahku dan aku menyadarinya. Jadi, jangan hancurkan dirimu hanya karena ego! Jangan sampai kejadian Cedric terulang kembali!”

“Tahu apa kamu tentang Cedric? tidak ada seorang pun yang tahu tentang masa lalu dan perjuanganku dengan putraku. Asal kamu tahu, aku tidak pernah menyesal telah melahirkan Cedric di dunia ini. Papanya bukan orang brengsek seperti yang kalian pikirkan, jadi jangan pernah menyinggungnya.”

“Bukan itu maksudku,” sanggah Geena.

“Menjauhlah dariku Geena! Lebih baik aku menikah dengan orang asing daripada menikah dengan pria yang mencintaimu.” geram Britne yang kemudian melangkah pergi.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Love To The End   79. Pedang Bermata Dua

    “Kenapa kamu seperti ini?” tanya Anya sambil mengepalkan tangan berusaha untuk tidak memeluk Trevor karena tahu dirinya akan hilang kendali jika menyentuh pria itu.“Aku mencintaimu,” jawab Trevor membuat tubuh Anya membeku untuk sesaat.“Benarkah kamu mencintaiku?” Anya memastikan apa yang dia dengar.“Betapa bodoh diriku yang tidak menyadari betapa aku sangat mencintaimu, rasanya mau gila saat kamu menghilang dengan tiba-tiba, api cemburu membakar ku saat melihatmu bersama Arlo,” terang Trevor.“Apakah kamu masih berpikir aku memiliki hubungan dengan Arlo?” selidik Anya.“Aku tidak peduli lagi dengan hal itu, aku hanya peduli masa depan kita,” ujar Trevor.“Jika begitu, tinggalkan Remy! Berhentilah bekerja sama dengan wanita itu.” Anya memberi syarat.Trevor kemudian memberi jarak pada keberadaan mereka dan menatap Anya serius. “Akan ada waktunya aku meninggalkan Remy, tetapi tidak sekarang karena ada hal yang belum aku selesaikan.”“Apakah tentang kehamilannya?” selidik Anya dengan

  • Love To The End   78. Membutuhkanmu

    Remy tidak langsung menyerah dalam usahanya mengejar Trevor, keesokan harinya dia datang ke kantor pria itu.“Tuan Smith sedang sibuk,” cegat Adam saat melihat kedatangan Remy.“Aku tahu dia tidak sedang sibuk, dari kemarin Trevor sengaja mengabaikanku,” geram Remy sambil mendorong Adam agar menyingkir dari jalannya.“Dia tidak ingin diganggu.” Adam masih berusaha menghalangi Remy.“Menyingkirlah dari jalanku atau aku akan membuat kekacauan di sini,” ancam Remy.Adam memutar bola matanya kesal, lalu bergeser menyingkir dari jalan wanita itu. Tidak ingin kedamaian tempat kerjanya ternoda, dia terpaksa membiarkan Remy masuk menemui atasannya.Trevor sedang sibuk di depan laptop ketika pintu ruangan terbuka keras. Dia mengangkat wajah dan menatap ke arah pintu untuk mengetahui siapa yang mengganggu ketenangannya. Kekesalan menyelimuti hati melihat Remy berjalan mendekat ke arahnya.Segera dia menutup laptop lalu melipat tangan ke atasnya, siap menghadapi wanita menyebalkan tersebut. “Ada

  • Love To The End   77. Kelicikan

    “Ada apa dengan tanganmu? Apakah kamu terluka?” Adam menyipit penuh curiga menatap lengan Trevor yang terbungkus perban.“Hanya tergores,” kilah Trevor tidak mengatakan dengan jujur apa yang terjadi.Dia tahu semenjak Anya meninggalkannya, hubungan Adam dan wanita itu tidak baik. Jika sekarang Adam tahu dirinya terluka karena menolong Anya, temannya itu akan semakin membenci Anya.“Itu bukan goresan biasa, bagaimana kamu bisa mendapatkannya?” Adam belum puas dengan jawaban Trevor.“Lukaku tidak penting, aku lebih penasaran dengan alasanmu repot-repot ke sini tanpa aku menyuruhmu? Bukankah kamu bisa meneleponku jika sekedar mengingatkan agendaku hari ini?” Trevor berusaha mengalihkan perhatian Adam dari lukanya.“Caden menghubungimu, dia ingin kembali bertemu denganmu,” ujar Adam yang membuat tubuh Trevor seketika menegang.“Aku akan menemuinya,” balas Trevor dengan nada dingin.Adam menyipit tidak suka, lalu berjalan mendekati atasannya tersebut. “Ini terakhir kali aku memperingatkanm

  • Love To The End   76. Tidak Bisa Melepaskanmu

    “Auuuw …” rintih Trevor saat Anya mengobati lukanya.Anya melirik selintas menatap wajah pria itu lalu kembali berkonsentrasi dengan luka yang sedang dia obati.“Katanya tergores sedikit, kenapa sekarang jadi manja dan meringis kesakitan,” gumam Anya seolah sedang bicara pada dirinya sendiri.Trevor tersenyum masam menanggapi sindiran Anya. “Jika kamu bersikap sedikit lebih lembut, aku tidak akan merasa kesakitan.”Bukannya bersikap lembut, Anya malah sengaja menekan luka Trevor hingga pria itu berteriak kesakitan, menarik tangannya lalu menghindari Anya.“Ini sangat menyakitkan, aku tahu kamu sengaja melakukannya,” gerutunya tanpa rasa marah.Anya kembali menarik tangan pria itu lalu kini benar-benar mengobatinya dengan hati-hati. “Ini bukan luka ringan dengan sedikit goresan seperti yang kamu katakan. Lukamu cukup parah dan terus mengeluarkan darah, besok kamu harus periksa ke rumah sakit.”Trevor terdiam sambil memperhatikan Anya yang sedang mengobati lukanya. Sebenarnya dokter sud

  • Love To The End   75. Insiden

    “Sudah cukup, aku tidak mampu memakan semua ini,” kata Anya sambil menyandarkan tubuhnya ke kursi sambil mengusap perutnya yang kekenyangan, mengabaikan sopan santun di hadapan Trevor.“Kamu harus makan banyak, aku melihatmu terlihat sangat kurus dan kantung matamu tidak bisa kamu sembunyikan dari make up tebal,” ujar Trevor seakan tahu kondisi Anya.Anya kembali menegakkan tubuh dan mengusap wajahnya. “Sekarang kita bisa membahas pekerjaan,” ujarnya lalu mengeluarkan dokumen untuk menghindari Trevor banyak bicara.“Kenapa buru-buru, aku masih ingin bersamamu.”“Cukup, Trevor! Bersikaplah profesional. Kita di sini untuk urusan pekerjaan dan aku tidak ingin terlibat denganmu lebih dari ini.” Anya menekankan hubungan mereka saat ini.Dengan buru-buru Anya membuka dokumen yang dibawa lalu membacakan pasal-pasal yang mereka sepakati. Trevor yang muak dengan sikap Anya, merebut dokumen tersebut lalu menutupnya.“Aku ingin bicara denganmu soal Remy,” terang Trevor.“Aku tidak ada urusan den

  • Love To The End   74. Usaha Mendekati

    “Apa yang kamu dapatkan dari penyelidikan Remy?” tanya Trevor pada Adam.“Ada berita bagus yang bisa membuatmu keluar dari jerat wanita itu?” jawab Adam sambil menyerahkan hasil penemuannya pada Trevor.Trevor menaikkan satu alis dengan senyum sinis terkembang di ujung bibir membaca dokumen yang Adam berikan padanya.“Jadi wanita itu tidak hamil? Selama ini dia sedang bermain-main denganku dan berbohong padaku?” ujar Trevor.“Dia tidak mungkin hamil darimu karena kamu tidak bercinta dengannya,” kata Adam.“Jadi kamu percaya padaku sekarang?” Trevor menyombongkan diri menyindir ketidakpercayaan Adam padanya.“Aku tidak sepenuhnya percaya dengan perkataanmu, aku hanya percaya pada data yang aku dapatkan.” Adam langsung mematahkan kesombongan Trevor.“Data apa yang kamu dapatkan?”“Apakah kamu ingat saat kamu melakukan tes darah saat itu?” Adam mengingatkan.“Ah … ya … sehari setelah aku mabuk aku merasa tidak enak badan sehingga aku memutuskan ke rumah sakit untuk memeriksakan kesehatan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status