LOGINArdi dilarikan ke rumah sakit terdekat setelah mengalami sakit perut ekstrem. Di rumah sakit itu, Ardi belum mendapatkan penanganan oleh Dokter.Melihat suaminya tidak ditangani oleh Dokter dan perawat, Bella naik pitam. Ia menghentakkan kaki dengan kasar, menghampiri para petugas rumah sakit. "Suami saya sedang sakit, kenapa kalian diam saja? Mana Dokter? Tolong tangani suami saya!" Bella marah-marah, tetapi para perawat di depannya hanya diam.Sementara para perawat lain terlihat fokus pada laptop dan obrolan mereka. Bahkan salah satu perawat hanya diam sambil bermain ponsel. Bella semakin emosi melihat kelakuan oknum-oknum di rumah sakit itu. "Kalian semua makan gaji buta ya? Kalian sama sekali nggak melayani pasien dengan baik!"Salah satu perawat menatap Bella dengan tajam, "Maaf Bu, saya tadi sudah memeriksa suami Ibu tapi dia hanya mengalami sakit perut biasa. Sebaiknya Ibu bawa suami Ibu pulang ke rumah dan rawat sendiri. Rumah sakit ini penuh, nggak ada kamar di sini."Mata
Bulan-bulan berlalu. Setiap harinya sikap Anugrah berubah dingin pada Yuliana. Pria itu sering marah tanpa sebab, dan membuat Yuliana kesal. Dengan penuh amarah. Wajahnya memerah dengan mata berkaca-kaca, ia menemui Dokter keluarga yang dulu memberikan obat pada Anugrah. Namun sayangnya Dokter itu sudah lama tidak bertugas di rumah sakit Swasta tersebut. "Anda yakin dia sudah tidak bertugas di rumah sakit ini? Lalu, kemana dia?" tanya Yuliana tak percaya. Matanya bergerak, mengitari ruangan Dokter yang kini sudah berganti. Dokter di hadapanya adalah Dokter wanita bernama Ayunani. "Yakin Bu. Kalau Anda tidak percaya silakan konfirmasikan pada Direktur di rumah sakit ini," jawab Dokter tersebut. "Saya tidak bisa menerangkan lebih jelas tentang alasan dia berhenti bertugas di rumah sakit ini dan kemana dia sekarang." Yuliana menarik napas panjang. "Ya sudah kalau begitu." Ia memutar tubuhnya dan berjalan keluar dari ruangan itu. Dengan wajah kecewa ia kembali ke mobil dan dudu
Prank!Suara gaduh terdengar dari dapur. Secangkir kopi panas tumpah membasahi lantai. Pecahan cangkir itu berserakan di sekitar dapur.Kepanikan pun tercipta, mengundang perhatian Yuliana yang tengah duduk bersantai di sofa ruang keluarga. Wanita itu berlari menuju dapur dan melihat Anugrah sedang berjongkok, merapikan pecahan cangkir yang pecah itu. "Mas, ada apa?" tanya Yuliana dengan mata membulat sempurna. "Kamu nggak apa-apa 'kan Mas?" Ia berjongkok langsung memegang lengan suaminya. Anugrah hanya menggeleng pelan. Matanya tertuju pada pecahan cangkir itu dengan pandangan kosong."Mas?" Yuliana mengayunkan tangannya ke depan wajah Anugrah. "Kamu kenapa? Sakit? Kamu nggak apa-apa 'kan? Ada yang luka nggak?" Anugrah kembali menggeleng. Masih diam dengan tatapan kosong seperti memikirkan sesuatu. Melihat suaminya diam seperti orang linglung. Yuliana mendengus kesal. Penasaran dengan apa yang ada di pikiran Anugrah saat ini. Seingatnya obat yang biasa diberikan setiap hari su
"Aduh Mas, sakit banget." Bella meringis sambil memegang perutnya yang terasa melilit. Dengan cepat Ardi memapah tubuh Bella menuju taksi di depan. "Pak, tolong buka pintunya.""Baik Pak." Supir taksi membuka pintu mobil dan membantu memasukan Bella. "Ar, Ibu sama Bastian nanti nyusul kalian ya." Bu Ika berdiri di ambang pintu rumah sambil menggendong Bastian. "Iya Bu." Ardi masuk ke dalam taksi. "Jalan Pak, ke rumah sakit terdekat.""Di sini ada Bidan Pak, nggak terlalu jauh dari sini. Istri saya kemarin melahirkan di sana," kata supir. "Kalau ke rumah sakit, kemungkinan jalanan jam segini macet parah Pak." Ardi menoleh, menatap Bella. "Gimana Sayang?""Terserah Mas. Mana yang cepet aja. Aku udah nggak tahan, sakit banget," ucap Bella, meringis kesakitan. "Ya udah Pak, ke Bidan aja. Istri saya udah mau melahirkan. Cepet Pak!""Baik Pak." Mobil melaju melewati jalan satu arah.Hanya lima menit mobil tersebut berhenti di depan tempat praktek Bidan Dinda. Setelah sampai, Ardi diba
Satu tahun berlalu dengan cepat.Dalam waktu satu tahun itu tak pernah terdengar kabar apapun tentang William.Setelah bayi perempuan yang dikandung Anggun lahir ke dunia, Ibu satu anak itu memutuskan kembali kuliah ke luar negeri. Sementara bayi mungilnya dirawat oleh kedua orang tuanya ... Yuliana dan Anugrah.Anggun sudah benar-benar melupakan kenangan bersama William__suaminya yang hilang entah kemana.Sudah dua bulan Anggun terbang ke luar negeri untuk melanjutkan kuliahnya yang sempat tertunda."Kabar kamu bagaimana Sayang? Baik 'kan?" tanya Yuliana di dalam telepon. "Baik Ma, kalau Mama sama Papa gimana? Baik nggak?""Baik Sayang.""Syukurlah," ucap Anggun. "Sudah dulu ya Ma. Aku masih ada jam kuliah.""Tunggu Nak .... ""Ada apa Ma?" "Mama mau ngomong sesuatu sama kamu. Ini tentang seseorang yang katanya mau kuliah ke luar negeri. Dia masih muda, dan tampan. Apa kamu tertarik mengenalnya? Kebetulan dia itu anak teman lama Papa kamu. Namanya Dirga.""Dia baru mau kuliah? Mas
Malam pengantin yang ditunggu akhirnya tiba. Saat Ardi memasuki kamarnya, ia melihat Bella baru saja keluar dari kamar mandi. Wanita cantik itu hanya mengenakan handuk putih yang melingkar di tubuh. Saat melihat kedatangan Ardi, wajah Bella seketika memerah, malu. Ia lantas menutupi bagian tubuh yang terbuka menggunakan selimut. Ardi menutup pintu. Senyuman manis terukir di wajahnya yang tampan. Ia melangkah mendekati wanita yang telah sah menjadi istrinya. Oh Tuhan, wanita di depan matanya sangat cantik. Entah berapa banyak waktu yang ia butuhkan untuk mempercayai keajaiban malam ini. Malam dimana ia akan melakukan hubungan suami-istri dengan wanita secantik Bella. "Mas! Jangan ngeliatin aku begitu. Aku mau pakai baju, cepat keluar dari kamar!" Ardi tersenyum lembut. Langkah kakinya berhenti di depan Bella. "Nggak usah pakai baju ... bukannya kita mau melakukannya malam ini?" Deg! Bella memalingkan wajahnya. Diam seribu bahasa. Ia baru ingat kalau malam ini malam spesi







