Fanya bukan hanya sekedar malu, tapi dia juga sangat kesal dengan apa yang Regan lakukan. Bisa-bisanya dia melakukan itu di depan banyak orang tanpa merasa terganggu sedikit pun.
Bagaimana bisa dia tidak memikirkan pendapat orang tentangnya?
Dia sudah tidak habis pikir lagi dengan apa yang dilakukan Regan. Fanya menyandarkan tubuhnya di jok belakang dengan menghela napas panjang.
Lebih baik tidak memikirkan itu lagi sebelum dia sendiri yang akan menjadi senewen nanti.
"Jihan, apa kamu sudah menikah?" tanya Fanya tiba-tiba. Kepalanya masih berat, jadi dia tetap bersandar dengan mata yang terpejam.
"Belum Nona. Saya belum ada rencana buat menikah."
"Belum ada rencana karena belum menemukan yang pas. Begitu, 'kan?"
"Bisa jadi." Jihan pun tertawa kecil dengan jawabannya sendiri. Jangankan memilih yang pas untuknya, pacar saja dia tidak punya.
"Kamu umur berapa?"
"Saya dua puluh
Ternyata Rendi pun tidak berhenti sekali dua kali. Entah bagaimana bisa lelaki itu tahu kalau hari ini Fanya datang ke salon. Saat melihat mobil Fanya yang terparkir di depan salon, wajahnya berubah sumringah.Langkahnya pasti dan masuk ke dalam salon itu begitu saja. Dia mendekat ke arah Mira dan bertanya, "Di mana Anya?""Di dalam ruangannya. Tapi dia gak mau-"Rendi sudah tidak sabar lagi menemui Fanya. Sampai dia tidak mendengarkan apa yang akan dikatakan oleh Mira. Saat Rendi masuk lebih dalam lagi, sudah ada seorang wanita yang berdiri di depan ruangan Fanya.Jihan tidak pernah beranjak dari sana jika Fanya pun tidak keluar dari ruangannya. Saat melihat kedatangan Rendi, wanita itu bergerak dengan cepat dan menghadang langkahnya."Maaf Pak, anda tidak diperkenankan menemui Nona Muda.""Siapa kamu?""Saya adalah pengawal Nona Muda mulai hari ini. Dan saya diperintahkan untuk menjauhkan anda dari Nona Muda.
Fanya tidak mengerti, semua orang di rumah Regan nampak sibuk hari ini. Memang setiap hari sibuk, tapi tidak berlebihan seperti ini.Apa lagi Kaisar, yang datang terlampau pagi. Dia hanya berdiri di tengah-tengah, memandangi semua pelayan Regan yang kesibukannya melebihi pejabat negara."Kalian ini kenapa, sih? Kayaknya pada sibuk banget."Akbar tau, Regan pasti belum memberitahu Fanya tentang jadwal hari ini. Dia pun mendekat ke arah Fanya dengan menyeret kursi di sebelahnya, "Nona, dari pada Nona hanya berdiri di sini sejak tadi, mending anda duduk di sini.""Kalian semua ini kenapa, sih?""Nanti anda pasti tau. Sekarang, apa anda mau makan sesuatu? Nanti saya siapkan."Fanya mencebik, dan naik ke lantai atas. Tidak akan ada yang memberi tahunya jika ia tidak menanyakan sendiri pada Regan. Saat ia masuk ke dalam kamar, ternyata sudah ada satu pelayan yang mengepak Baju-bajunya di dalam sana."Mbak, kenapa baj
Kawasan puncak, sudah seperti lautan manusia sekarang. Untungnya para anggota berwajib bergerak cepat dengan mengamankan jalan untuk rombongan Regan.Para petugas keamanan perusahaan pun sudah Kaisar kerahkan untuk hari ini. Menyibakkan kerumunan, yang berebut untuk mengambil foto mereka."Jadi ini, tempat yang kamu resmikan?""He'em. Bagaiamana, kamu suka? Aku membangun ini untukmu.""Suka sekali! Kenapa kita tidak berhenti di sini?""Ini masih jauh Nona, kawasan kita berada paling puncak."Fanya sampai ternganga melihat semua dekorasi rumah yang didominasi dengan warna putih. Terlihat sangat mewah, dan juga sangat indah.Sejak masuk kawasan di pintu utama, sudah ada papan kayu yang bertuliskan, "Welcome To Erland Area." Dan itu terletak di pintu masuk pertama.Entah berapa luas dari kawasan White House itu. Sepertinya itu sama dengan dua desa yang digarap oleh Regan."Anya's White House," lirih Fanya
"Aku, Jihan Gunawangsa. Setelah ini aku bersumpah untuk tidak jatuh cinta lagi dengan Kaisar sampai kapan pun."Aku masih ingat dengan jelas kata-kata yang aku ucapkan dengan lantang beberapa tahun yang lalu. Semua itu hanya karena satu nama, Almira.Entah wanita itu punya dendam kesumat apa denganku, sampai dia mengirimkan semua foto yang tidak jelas ke nomor Kaisar.Saat itu dia melayangkan kata-kata yang sangat menyakitiku. Aku tidak ingin lagi berurusan dengannya. tidak sampai kapan pun.Tapi sepertinya takdir ingin bermain-main denganku. Aku berurusan kembali dengan pria itu. Dan sekarang, aku terikat kontrak dengannya.Sudah beberapa hari ini aku bekerja dengannya. Rasanya masih sulit aku percaya. Aku ingin menyapanya, aku ingin mengucapkan, "Hai, Kaisar. Bagaimana keadaan hatimu?"Ah ... sial! Aku bahkan tidak bisa hanya sekedar untuk menyapanya. Nyatanya, jarak kita memang terlampau jauh. Hanya aku yang dungu
Aku tidak menyangka, dia bukan hanya tidak mencintaiku, tapi dia juga membenciku. Kedua mataku terasa panas sekali, dada ini begitu sesak. Aku berusaha menahan air mataku agar tidak sampai terjatuh di depannya."Ada apa dengan kalian?" Tiba-tiba saja Nona Muda datang dan menatap kami bergantian. "Hai Kai, apa ini caramu mendekati wanita?""Tidak Nona, kami hanya membicarakan masalah pekerjaan."Aku tidak tahan lagi. Sebelum Nona Muda tau kalau aku menangis, aku buru-buru berkata, "Maaf Nona, saya permisi."Aku berjalan cepat, hampir seperti berlarian kecil. Menghindar dari kerumunan. Aku tau, aku masih bertanggung jawab untuk selalu berada di dekat Nona Muda. Tapi untuk saat ini, aku perlu menenangkan hatiku.Cukup lama aku duduk termenung di sini. Mungkin Kaisar akan menghukumku karena meninggalakan pekerjaan, tidak masalah. Aku aku menerimanya.Apa aku salah? Tidak, 'kan?Jika sudah begini, aku memilih untuk menutup diri
Fanya tidak mengerti, saat ia mendekat, Jihan justru pergi begitu saja dengan menahan air mata. Sampai ia berpikir, apa Kaisar memang benar tidak punya hati?Saat Fanya melihat Kaisar, pria itu hanya menatap dingin melihat Jihan yang semakin menjauh. "Kai, kenapa kamu tidak mengejarnya? Apa kamu mau menjadi bujang lapuk seumur hidupmu, hah?""Maaf Nona, saya tidak akan pernah mencampurkan urusan pribadi di saat jam kerja."Regan datang, dan melingkarkan tangan ke leher istrinya. "Kamu mau Kaisar mengejar Jihan?""Tentu saja. Apa-apan dia? Seenaknya saja menyakiti wanita.""Kalau begitu, ikut aku!"Regan dengab pedenya menggendong Fanya, padahal semua karyawannya masih memenuhi taman."Re, bisa tidak, sih, kamu bersikap biasa saja jika di depan umum?""Bisa. Hanya saja aku tidak bisa bersikap bisa saja jika di dekatmu."Cih. Jawaban apa itu? Bukannya itu sama saja."Kenapa kamu malah m
Fanya terbangun setelah matahari sudah terik. Tubuhnya masih hanya berbalut selimut tebal sepanjang malam. Tumpukan bantal masih berdiri rapi mengapitnya.Tidak ada Regan di sisinya, tapi itu sama sekali bukan hal yang baru. Sudah hal yang biasa, sejak kehamilannya Regan lebih sering bangun terlebih dulu dan menyiapkan susu untuknya.Padahal, dia lebih suka jika Regan hanya diam dan tetap mendekapnya sampai ia membuka mata dan melihat wajah pria itu saat terbangun.Sudah ada bathdrobe yang terlipat di atas meja. Mungkin Regan yang sudah menyiapkannya. Dengan malas, ia menyahut itu dan membersihkaan dirnya dengan cepat.Tapi sampai dia menyelesaikan mandinya pun Regan belum juga menampakkan kehadirannya. Padahal dia sudah berendam air hangat sampai hampir satu jam lamanya."Regan ke mana, sih?" tanyanya sendiri degan buru-buru mengganti baju. Ia sudah tidak sabar hanya untuk mengeringkan rambut. Handuk putih kecil, ia lilitkan ke atas kepala u
Manda bukan hanya menyulut api. Tapi dia juga menyiram api itu dengan bensin hingga berkobar. Dia benar-benar mencari mati.Bisa-bisanya dia mengunggah foto saat Rega menciumnya waktu itu. Meskipun bukan akun milik Amanda, tapi jelas Regan dan Kaisar tahu kalau itu pasti kerjaan Manda."Kita harus segera ke Jakarta sekarang juga, Tuan."Regan memaki, menghantam pukulan sangat keras ke dinding kamar Kaisar. "Lihat saja, aku akan memberikan pelajaran pada wanita itu."Dia berbalik dan kembali menatap Kaisar. "Aku tidak mau Anya tau tentang ini. Kita akan pergi sekarang juga, tapi tidak dengan istriku. Kai, siapkan semuanya sekarang."Kaisar mengangguk, tanpa dijelaskan panjang lebar pun dia tahu apa yan harus dilakukan. Malam ini juga, dia mengumpulkan Jihan dan juga Akbar.Foto Regan menyebar begitu pesat, bak virus yang menjamur. Mereka berdua pun sudah diwanti-wanti Kaisar agar menjauhkan Fanya dari ponsel dan