Setelah lama Harry memandang ke arah Yura, ia baru tersadar apa yang membuat semua mata tertuju padanya. Apalagi tatapan maut dari pegawai pria yang ada disitu yang membuat Harry begitu terbakar cemburu.
Bagaimana tidak? Saat ini Yura mengenakan baju yang sedikit terbuka dengan rok mini diatas lutut yang memperlihatkan keindahan kakinya. Tanpa pikir panjang Harry langsung menghampiri Yura dan mengenakan jasnya pada tubuh Yura yang terlihat kebesaran. Sehingga bisa menutupi tubuh indah istrinya itu.
Perilaku Harry itu sontak membuat semua yang ada di ruang meeting terkejut. Begitu juga dengan Yura, ia terkejut dengan perilaku suaminya yang terlihat jelas kalau sedang cemburu. Tapi, Yura begitu bahagia. Itu tandanya suaminya masih mempedulikannya. Tidak sia-sia Yura mengenakan pakaian yang sedikit terbuka. Jika pada akhirnya itu membuat Harry kembali memperhatikannya.
"Kau berhasil membuatku cemburu Han Yura. Sekali lagi kau mengenakan pakaian terbuka saat berada
Kini waktu sudah menunjukkan pukul 16.00, saatnya jam pulang kerja. Yura pulang bersama Naemi karena mereka sudah ada rencana untuk jalan-jalan bersama sepulang kerja. Saat Yura sudah ada di parkiran mobil, ia mengambil hp nya di tas untuk menghubungi Harry sambil menunggu mobil Naemi datang.'Harry-ah maaf aku sekarang pulang duluan bersama Naemi karena kita mau jalan-jalan bersama.'Setelah selesai mengirim chat, mobil Naemi datang. Kemudian Yura langsung masuk ke dalam mobil.Di sebuah ruangan, Harry sedang bersama Dongsun dan Yutu. Mereka bertiga kembali membahas tentang penyelidikan kasus Naemi dan Manager Jo. Namun di tengah-tengah perbincangan mereka, HP Yutu berdering.Raut muka Yutu terlihat mengeras, entah siapa yang meneleponnya saat ini hingga membuat Yutu begitu panik."Harry, ada hal yang begitu mengejutkan. Barusan aku dapat telepon dari orang suruhanku, dia bilang kalau riwayat Naemi baru dirubah 3 tahun yang
"Marwin, cepat kau turun! Semua keluarga sudah menunggumu dari tadi," teriak seorang wanita yang berumur sudah setengah abad."Iya Mom, bentar lagi aku ke bawah," teriak pria muda yang tak kalah nyaring. Pria itu bernama Marwin Maurer."Anak itu emang minta maunya sendiri. Kelakuannya sudah banyak berubah setelah anak tengil itu tinggal di Thailand selama 10 tahun. Sifatnya semakin menyebalkan saja." Berbagai ocehan keluar dari mulut wanita paruh baya yang bernama Ny. Maria, ibunda kandung dari Marwin."Hei, sudahlah. Anakmu baru saja pulang dari Thailand jangan malah diajak bertengkar. Lagian dia disana tidak hanya bersenang-senang menghamburkan uang saja, dia sudah memimpin perusahaan dengan sangat baik. Hentikan sikapmu yang sering mengomelinya. Dia sudah besar sekarang. Sudah saatnya dia bisa menentukan pilihan dan memimpin dirinya sendiri," ucap Tn. Minsok ayah dari Marwin yang mencoba menasehati istrinya.Marwin adalah anak sulung dari Tn. Minsok da
"Hei. Marwin. Ini sudah malam. Kita sudahi saja pemburuan malam ini. Lagian kita juga mulai lelah, dari sore sampai malam kita belum istirahat sama sekali. Apa jangan-jangan kau ingin menginap di hutan ini?" celoteh Temi membuat kuping Marwin panas."Tidak buruk juga idemu. Bagaimana kalau kita bermalam disini? Aku rasa, ini sangat menantang," ucap Marwin mantap."Gilaa ... kau saja yang bermalam disini. Aku gak mau masa mudaku direnggut oleh binatang-binatang buas di hutan ini," kesal Mingyu dan yang lain tidak setuju dengan ide gila Marwin. Sedangkan Marwin hanya senyum-senyum gak jelas dan pergi mendahului mereka."Lihatlah! Kelakuannya sangat menyebalkan," ujar Temi kesal.Marwin terus saja berjalan tanpa memperdulikan teman-temannya yang masih ketinggalan di belakang. Saat berada di sebuah pohon besar, ia mengerutkan dahinya merasa ada yang aneh di belakang pohon itu. Marwin perlahan mendekat ke arah pohon itu hingga dia melihat ada sepasang kaki yan
Pagi ini, Harry kembali bekerja ke kantor setelah beberapa hari dia cuti karena mencari informasi mengenai Yura. Namun, hasilnya nihil. Dia tidak mendapatkan informasi dimana istrinya saat ini berada. Dia hanya mendapatkan jejak dimana Yura terjatuh ke jurang dan banyak yang memberitahunya kalau jasad Yura tidak ditemukan.Menurut berita, kemungkinan besar jasad Yura sudah di makan binatang buas. Namun, Harry merasa kalau istrinya belum meninggal. Dia masih bisa merasakan keberadaannya di dalam lubuk hatinya yang paling dalam. Wajah Harry saat ini begitu dingin tidak ada senyuman yang terpancar dari wajah tampannya.Berita hilangnya Yura, sudah menyebar ke seluruh pegawai kantor. Mereka sangat prihatin dengan tragedi tragis yang menimpa Yura. Sedangkan Naemi sendiri, dia menghilang entah kemana sejak peristiwa hilangnya Yura."Ya Tuhan, apa yang terjadi pada Yura. Dia orang yang sangat baik. Kenapa mendapat masalah yang begitu tragis seperti ini? Mungkinkah dia
"Aduuuhh ... bagaimana ini Marwin kalau semua orang sudah tahu identitasku yang sebenarnya? Terus bagaimana rencanaku untuk bisa membalas dendam pada si Naemi jelek itu? Haahh, ini membuatku gila. Bagaimana tidak? Yang ada mereka semua justru menyorotiku."Yura mondar-mandir di kamar inapnya. Ia bingung harus melakukan apa disaat semua berita menayangkan dirinya."Hei, keberadaanmu tidak bisa dilacak sekarang. Semua orang sudah mengiramu mati. Bahkan jurang tempat dimana kau jatuh masuk ke dalam berita. Tadi aku melihat beritanya saat mau kesini. Disana juga ditemukan blazer yang robek-robek, sepatu kotor, dan bekas darahmu yang menempel pada pohon besar dimana aku menemukanmu saat itu. Itu sudah membuktikan kalau jasadmu sudah dimakan binatang buas." Marwin menatap Yura begitu serius dengan tampang sombong dan angkuh yang begitu melekat dalam dirinya."Tunggu dulu, kenapa sepatu dan blazerku bisa lepas dari tubuhku?" tanya Yura begitu penasaran.
Pagi ini, Harry sedang berada di ruang kerjanya. Sudah beberapa minggu, Harry mengurung dirinya di ruang kerja setelah insiden menghilangnya Yura. Terkadang, ia memilih untuk bermalam di kantor daripada ia harus pulang dan mengingat masa-masa indahnya bersama Yura. Semua karyawan merasa iba terhadap dirinya melihat sosok cool sang direktur selama ini telah hilang ditelan bumi. Saat ini Harry mulai menyibukkan dirinya dengan berbagai dokumen yang menumpuk di mejanya hingga dering ponsel membuyarkan konsentrasinya.YutuHarry, mulai saat ini kau harus berhati-hati. Hari ini adalah hari pernikahan Naemi dengan putra sulung dari keluarga Jung Pyo pemilik berbagai resort perhotelan. Saat ini Naemi mulai mengibaskan sayapnya dengan mencari mangsa baru untuk dia jadikan benteng agar bisa melawanmu. Jadi, berhati-hatilah mulai saat ini terutama lindungilah perusahaanmu Harry.Harr
Mata Yura berkaca-kaca memandang sosok yang begitu ia rindukan. 'Harry. Aku begitu merindukanmu suamiku.'Yura menatap sedih ke arah Harry. Sedangkan Harry sendiri tidak tahu kalau ada Yura di dekatnya. Yura terus menatap Harry dengan susah payah menahan gejolak pada dirinya untuk tidak menghampiri pria yang sudah membuat dirinya bertahan hidup hingga sekarang.Harry mengalihkan wajahnya karena merasa diperhatikan terus menerus oleh seseorang. Sehingga pandangan keduanya saling bertemu. Harry terdiam begitu lama, ia masih tidak percaya dengan sosok yang ia lihat sekarang. Namun, wanita yang ia pandang saat ini pergi begitu saja.Setelah Yura keluar dari restoran, barulah Harry sadar kalau yang ia lihat barusan bukanlah sebuah ilusi belaka. Harry langsung lari mengejar sosok yang ia yakini kalau wanita itu adalah Yura istrinya."YURA ..." teriak Harry sambil mengejar wanita yang ia yakini sebagai istrinya.Hati yang begitu gelisah, degupan jantung y
Sebelum kembali ke kamarnya, Yura melangkahkan kakinya menuju ruang makan dan mengambil salad buah yang sudah disiapkan oleh ibu Marwin di kulkas. Tiba-tiba kedatangan Marwin mengagetkan Yura yang sedang asyik dengan dunia khayalnya."Hei girl, kok, sedih gitu sih?" tanya Marwin ketika melihat aura kesedihan di diri Yura."Ohhh ... ternyata kau Marwin. Kirain siapa. Aku tidak apa-apa, kok. Aku hanya sedang tidak enak badan," sangkal Yura mencoba menutupi kesedihannya dari Marwin."Baiklah. Aku tidak akan menanyakan lebih lanjut lagi," ujar Marwin mencoba memberi kekuatan pada Yura untuk bisa lebih kuat lagi meskipun Yura tidak memperlihatkan kesedihannya."Oh iya, ini aku sudah menyelesaikan indentitas barumu dan bisa digunakan mulai hari ini juga." Marwin memberikan sebuah kartu identitas kepada Yura."Okee, terimakasih Marwin. Aku sangat bersyukur kenal denganmu dan juga keluargamu. Mereka semua begitu menyayangiku." Yura tersenyum hangat.