Harry yang sudah berada di ruangannya, segera merebahkan tubuhnya pada sofa yang ada di ruangannya. Entah mengapa dia memegang dadanya yang bergemuruh hebat saat ini belum lagi ditambah dengan kemunculan Dongsun secara tiba-tiba yang semakin membuat Harry terkejut dibuatnya. "Yaaakk. Astagaaa ... kamu nggak bisa mengetuk pintu dulu? Kenapa kamu selalu saja muncul di hadapanku secara tiba-tiba? Dan itu selalu membuatku terkejut. Untung saja aku tidak mempunyai jantung." Bentakan Harry pada Dongsun.
"Kenapa IQ-mu sekarang jadi menurun drastis begini? Lagian mana bisa kamu hidup kalau kamu tak punya jantung." Jawaban Dongsun mampu membuat Harry berpikir ulang tentang apa yang diucapkannya barusan.
"Kenapa sekarang aku jadi bodoh gini? Semua itu gara-gara wanita jadi-jadian itu. Bisa-bisanya dia sudah meracuni otakku yang berlian ini." Perkataan Harry dalam hatinya. Sedangkan Dongsun menatap Harry dengan mata menyipit seolah-olah dia akan menerkamnya. "Kenapa kamu melihatku seperti itu?" tanya Harry kesal dengan tingkah Dongsun.
"Habis melakukan apa kamu di ruang tim pemasaran?" tanya Dongsun yang membuat Harry menegang.
"Apa yang kamu katakan? Jelas saja aku ingin melihat bagaimana cara kerja para karyawanku. Kamu ada-ada saja Dongsun." Harry mencoba membantah perkataan Dongsun.
Sedangkan Dongsun tidak percaya dengan alasan Harry. "Tapi waktu itu, aku lihat cuma ada Yura di ruangan itu. Apa yang telah kamu lakukan di sana?" Dongsun masih menginterogasi sahabatnya itu.
"Emm, itu--" Harry mencoba mencari alasan yang tepat. "Oh, ya. Aku sedang menanyakan tentang persiapan tim mereka untuk rapat nanti." Bohong Harry.
"Benarkah?" tanya Dongsun lagi yang di jawab anggukan oleh Harry. "Awas saja kalau kamu berbohong padaku!" Ancam Dongsun.
"Yaa, lagian ngapain juga aku bohong padamu? Nggak ada gunanya." Jawaban Harry terdengar kesal.
'Baiklah. Aku akan percaya padamu kali ini," Jawaban Dongsun membuat Harry merasa lega. "Tapi, aku lebih percaya dengan apa yang aku lihat tadi,' batin Dongsun.
-Flash Back-
"Dongsun, bisakah kamu antarkan dokumen ini ke ruangan tim pemasaran?" tanya manager Shin pada Dongsun.
"Siap, Manager Shin. Aku akan melakukan semua yang kamu perintahkan." Canda Dongsun.
"Anak pintaarr." Manager Shin tersenyum melihat Dongsun yang selalu bersikap usil terhadapnya. Dongsun yang mendapat perintah segera menuju ke ruang tim pemasaran. Saat dia sudah ada di depan pintu, dia mendengar seperti ada orang yang berdebat di dalam.
Dongsun yang penasaran mencoba mengintip dari pintu karena pintunya terbuat dari kaca dan tembus pandang. "Tunggu dulu, apa yang sedang Harry lakukan di sini? Dan kenapa wanita itu berani membentak Harry? Apa mereka saling kenal? Tunggu dulu, sepertinya wanita itu Han Yura." Segala pertanyaan Dongsun dalam hati. Merasa penasaran, dia terus mencoba mengintip apa yang sedang mereka berdua lakukan.
"Ohh, astaga. Apa yang Harry lakukan pada wanita itu?" Dongsun terkejut melihat Harry yang menarik pinggang Yura dan kemudian menciumnya. "Sepertinya ada yang nggak beres di antara mereka berdua," batin Dongsun yang mengurungkan niatnya untuk menyerahkan berkasnya sekarang dan dia segera meninggalkan ruangan itu.
-Flash Back End-
Jam istirahat telah usai. Para pegawai kembali ke pekerjaan mereka masing-masing. Kurang 20 menit lagi rapat dimulai.
"Siang semuanya. Apa perwakilan dari tim kita yang sudah saya tunjuk kemarin sudah siap untuk meeting bersama direktur nanti? Dan kamu Yura, apa kamu juga sudah siap mewakili tim pemasaran untuk menjadi penyaji materi untuk presentasi nanti?" tanya manager Joo kepada kelima anak buahnya yang menjadi perwakilan timnya.
"Kami sudah siap semua, Manager Joo," jawab Yura dengan yakin yang dijawab dengan anggukan oleh rekan-rekannya yang lain.
"Bagus, kalau begitu sekarang kita segera menuju ke tempat meeting sebelum direktur tiba." Manager Joo dan yang lainnya segera menuju ruang meeting.
Sesampainya di dalam ruangan, semua orang mulai menyiapkan apa saja yang dibutuhkan untuk meeting. Setelah semuanya siap, semua orang mulai menempati kursi yang sudah disiapkan. Sambil menunggu kedatangan direktur, Yura yang telah ditunjuk oleh timnya untuk menjadi penyaji pada presentasi yang akan menjelaskan mengenai rancangan pemasaran yang sudah mereka siapkan satu bulan yang lalu mulai dilanda rasa gugup.
'Aduuh aku harus bagaimana ini? Setelah apa yang dia lakukan tadi, rasanya aku sedikit gugup harus menghadapinya. Bagaimana jika dia melakukan hal yang lebih gila lagi nantinya?' Berbagai kegelisahan yang melanda hati Yura. Tak lama kemudian, terdengar suara pintu terbuka. Sontak membuat seisi ruangan menoleh ke arah pintu. Dan muncullah sang direktur bersama sekretarisnya. Semua orang berdiri menyambut kedatangan direktur.
"Selamat siang semuanya." Sapa Harry Borison kemudian mendudukkan dirinya di kursi yang diikuti oleh semua orang di ruangan meeting.
"Baiklah, kita mulai saja meeting kali ini dan silakan untuk perwakilan dari seluruh tim untuk mempersiapkan diri maju dan menjelaskan mengenai rancangan yang sudah kalian persiapkan. Silakan saya mulai dari tim pemasaran terlebih dahulu," ujar Harry sengaja.
Keempat rekannya menghadap ke arah Yura, berharap Yura bisa menangani semuanya dengan baik. Sedangkan Yura yang merasa diperhatikan oleh rekan-rekannya, segera berdiri dan menuju ke depan tempat presentasi yang sudah disiapkan. Harry yang melihat siapa yang maju merasa sedikit terkejut.
"Selamat siang semuanya. Perkenalkan saya Han Yura yang telah ditunjuk oleh tim saya untuk menjadi penyaji materi presentasi dalam meeting kali ini." Sapa Yura pada semua orang. Setelah itu, Yura mulai menjelaskan beberapa hal tentang rancangan tim mereka dengan sangat rinci tanpa ada kesalahan sedikit pun yang semakin membuat auranya terpancar.
Harry yang sedari tadi memperhatikan gerak-gerik Yura, dia tidak percaya dengan apa yang ada di hadapannya kali ini. Harry yang takut semakin terpesona pada sosok wanita di depannya itu, segera mengalihkan pandangannya ke arah para pegawai. Dan apa yang dia lihat? Para pegawai pria tersenyum-senyum sendiri melihat ke arah Yura. Seolah-olah mengerti dengan tatapan itu, karena dia juga seorang pria. Rasanya Harry ingin menampar satu persatu wajah mereka.
Sedangkan Dongsun yang berada tak jauh dari Harry, mengerti dengan arti tatapan itu. 'Sepertinya kamu sudah mulai bisa bangkit dari masa lalumu Harry dan itu karena sosok wanita bernama Han Yura. Aku bahagia telah melihatmu kembali seperti sosok Harry Borison yang sesungguhnya.' Dongsun senang melihat perubahan dari sahabatnya itu. Sudah dua puluh menit Yura menjelaskan rancangan dari timnya, akhirnya Yura segera mengakhiri presentasinya.
"Ubah semua rancangannya," ujar Harry tiba-tiba membuat seisi ruangan terkejut. "Karena menurut saya rancangan itu akan merugikan perusahaan dan juga tempat pemasarannya kurang kondusif," tambah Harry.
Yura yang masih berada di tempat presentasinya tadi sangat terkejut dengan apa yang dia dengar barusan. "Saya beri kalian waktu satu minggu untuk merubah ulang rancangannya dan kamu Han Yura (menunjuk ke arah Yura berada), segera buatkan laporan tentang pemasaran selama tiga bulan yang lalu untukku. Saya beri kamu waktu sampai besok lusa." Tambah Harry lagi yang semakin membuat Yura melongo di tempatnya.
Sudah dua jam berlalu, akhirnya meeting kali ini sudah selesai. Direktur beserta sekretarisnya meninggalkan ruangan meeting. Dari semua tim ada yang merasa senang karena rancangannya diterima dan juga ada yang kecewa karena rancangannya ditolak mentah-mentah. Seperti halnya yang terjadi pada tim pemasaran, wajah mereka sangat kusut setelah keluar dari ruang meeting. "Mengapa bisa direktur menolak mentah-mentah rancangan kita tanpa harus mempertimbangkannya lagi?" tanya salah satu rekan Yura. "Entahlah. Sepertinya, direktur kita kali ini sangat tegas dan tidak bisa menerima toleransi," tambah yang lain. Sedangkan Yura hanya diam saja memikirkan bagaimana dia bisa menyelesaikan laporan selama tiga bulan dalam waktu satu hari karena besoknya sudah harus diserahkan kepada direktur. "Dasar pria menyebalkan, gila. Aisshhh (meremas dokumen yang dibawanya)." Yura merasa begitu kesal. Hari sudah sore, waktunya semua pegawai untuk pulang. "Han Yura ayo pulang!"
"Apa kamu sedang bersama seorang pria?" tanya salah satu rekannya yang melihat ada jas di samping kursi Yura. Belum sempat Yura menjawab, tiba-tiba suara Jian (salah satu rekan Yura) mengagetkan semua orang yang ada di sana. "Ohh ... direktur," ucap Jian terkejut melihat Harry yang datang dari arah toilet. Sedangkan Harry sangat terkejut melihat beberapa orang yang tak lain adalah pegawainya sendiri sudah berada di tempat duduknya dengan Yura. Yura yang melihat kemunculan Harry mulai panik. Sedangkan rekan-rekannya berdiri melihat keberadaan direkturnya itu dengan rasa canggung. Harry yang masih berada di tempatnya ragu untuk melangkahkan kakinya. Dia mulai panik alasan apa yang akan ia katakan nanti kepada para pegawainya. "Direktur, silakan bergabung bersama kami (mendekati Harry)." Jian mengajak Harry yang masih terbengong. "Ohh, iya," jawab Harry sedikit panik. "Apa nggak ada kursi lagi?" tanya Naemi sambil mencari kursi. "Itu ada
Yura menoleh ke belakang dan ia terkejut kalau sekarang dirinya sedang diperhatikan oleh rekan-rekannya. "Gawat ..." ucap Yura segera melesat masuk ke dalam mobil Harry. Sedangkan Harry segera menghidupkan mobilnya dan melaju meninggalkan kafe. Untung saja kaca mobilnya gelap sehingga dia tidak harus tertangkap basah sedang bersama Yura. "Huuhh... hampir saja kita ketahuan." Yura merasa lega sambil memegang dadanya yang masih berdetak kencang. Harry yang melihatnya hanya tersenyum dan kembali fokus mengemudi. "Harry ...." panggil Yura pelan dan tidak berani menatap pria di sampingnya. "Heemm," jawab Harry yang masih fokus menyetir. "Terima kasih untuk traktiran makannya tadi," lanjut Yura menundukkan kepalanya karena malu. "Hei, ada apa dengan dirimu? Biasanya kamu selalu memakiku, kenapa kamu sekarang jadi bersemu merah begini?" goda Harry sengaja. "Yaakk, siapa juga yang bersemu merah? Mungkin ini efek dari kegugupanku tadi," bantah Yura kes
Keesokan harinya, Yura yang berada di tempat duduknya di mana tempat ia bekerja hanya tersenyum-senyum sendiri mengingat kejadian semalam. Dia ternyata sudah bangun saat Harry membawanya ke kamar. Tapi, dia enggan untuk membuka matanya. Dia juga mengetahui semua yang Harry lakukan padanya, termasuk ucapan isi hati Harry dan juga ciuman di keningnya. Wajah Yura langsung memanas seketika dan detak jantungnya berdebar begitu kencang. Hingga suara ponsel menyadarkannya. From: Crazy Borison Nanti jam istirahat kutunggu kamu di parkiran, karena kita nanti akan fitting baju pengantin. "Astaga ... laporanku saja belum juga selesai dan sekarang dia malah mengajakku keluar. Apa yang harus aku lakukan?" Yura hanya menatap ponselnya. Belum sempat dia membalas pesan Harry, ponselnya berbunyi lagi. From: Crazy Borison Jangan banyak mikir. "Dasar pria gilaa ... kenapa dia selalu saja memaksaku? Aku tak akan membala
Beberapa menit berlalu, mobil Harry akhirnya sampai di depan sebuah butik terkenal di Korea Selatan. Harry dan Yura segera memasuki butik tersebut. Ketika Harry baru membuka pintunya, dia langsung disambut oleh semua pelayan yang membungkuk hormat ke arahnya. Harry yang melihatnya tidak begitu terkejut karena butik ini adalah salah satu aset milik keluarganya. "Sebegitu terkenalkah seorang Harry Borison sehingga mampu membuat semua orang tunduk padanya?" batin Yura tidak melepaskan seinci pun pandangannya dari sosok Harry. "Jangan terlalu lama memandangiku! Nanti kamu akan terjerat oleh pesonaku," bisik Harry pada Yura. "Ciihh, amit-amit. Aku nggak segampang itu untuk bisa menyukai pria," ketus Yura. "Jadi, kamu selama ini menyukai sesama wanita gitu maksudnya." Harry langsung mendapatkan pukulan dari Yura. "Dasar menyebalkan ..." Yura langsung meninggalkan Harry "Kamu begitu keras kepala Yura. Tapi, itu yang membuatmu semakin menarik," batin
Yura yang merasa diperhatikan menolehkan wajahnya. "Apa kamu lihat-lihat?" tanya Yura sinis kepada pegawai wanita itu. "Dasar nggak sopan." Pegawai wanita itu mengomentari Yura. Belum sempat Yura membalas perkataan pegawai itu, Harry sudah menyela. "Sudah cukup, sekarang kamu boleh keluar dari ruanganku." Tegas Harry kepada pegawai wanita itu sebelum terjadi pertengkaran di antara keduanya. Pegawai wanita itu langsung pergi dengan penuh kekesalan. Harry segera menutup pintu ruangannya dan duduk di hadapan Yura sambil bersedekap tangan. "Jangan bertanya apa-apa kepadaku, karena aku lagi malas bicara. Aku hanya ingin mencari tempat yang tenang tanpa ada gangguan dari rekan-rekanku yang terus bergosip tentang hubunganku denganmu. Dan aku rasa tempat ini paling cocok untuk menyelesaikan dokumen-dokumen ini." Yura langsung membuka dokumen-dokumennya di depan Harry. "Baiklah, tapi ini nggak gratis," jawab Harry menatap Yura. "Oke, nggak masalah," uc
"Sudah-sudah itu urusan anak muda Jerry, kita tidak usah ikut campur. Sebaiknya kita membicarakan tentang pernikahan mereka saja," ujar tuan Han menenangkan sedikit perseteruan antara bapak dan anak yang memiliki sifat sama-sama keras kepala. "Baiklah kamu menang kali ini Harry (pura-pura sebal). Oke begini, berhubung pernikahan kalian diajukan dan kami sepakat lebih cepat akan lebih baik. Jadi, pernikahan kalian diadakan lusa depan. Kalian besok jam 02.00 siang berangkat ke Shanghai, China bersama Daniel juga. Sedangkan kami, habis ini langsung berangkat karena harus menyiapkan segala sesuatunya di sana. Persiapkan semua barang-barang kalian malam ini. Harry, tolong jaga Yura dan juga Daniel oke!" Jelas tuan Park Jerry yang membuat Harry dan Yura melongo atas penuturan orang tuanya. Namun, mereka tidak bisa mengelak apa pun karena mereka merasa percuma juga hal itu tidak akan berubah meskipun mereka mengajukan argumen. "Oh iya satu lagi, setelah kamu pulang dan meny
Keesokan harinya, Yura, Harry, dan juga Daniel sudah berada di bandara Incheon, Korea Selatan. Karena 15 menit lagi pesawat menuju Shanghai akan segera take of. Setelah beberapa jam mereka melakukan perjalanan, akhirnya pesawat landing juga di bandara Pudong, Shanghai. "Waahh, akhirnya kita sampai juga di Shanghai Harry." Histeris Yura sambil menggandeng tangan Harry, sedangkan Harry hanya tertawa melihat Yura yang mulai bersikap manja kepadanya. Daniel yang melihat kemanjaan Yura pada Harry hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. "Kelakuan Nunna benar-benar menggelikan." Perkataan Daniel membuat Yura menoleh ke arahnya. "Bilang saja kalau kamu cemburu melihat kakakmu ini sudah mempunyai pasangan. Iya, 'kan?" ujar Yura. "Oh sorry ... aku sudah memiliki kekasih." Jawaban Daniel membuat Yura kesal. Sedangkan Harry hanya tersenyum melihat perdebatan antara kakak beradik itu. Mereka bertiga segera memasuki mobil yang telah dikirim oleh tuan Park dan m