Share

BAB 7 Daun yang Tak Gugur

Universitas Kyoto, Jepang.

Tak terasa dua bulan telah berlalu memijakkan kaki di tanah Jepang. Bayangan tentang tidak mudahnya hidup di negara Jepang ternyata ada benarnya juga. Jangan membawa fisik tanpa bekal jika ingin sekolah di negeri matahari itu. Sebab bisa-bisa tidak makan! Pekik hati Nindy menjerit ketika melihat stok mie instan di dalam kardusnya tinggal beberapa bungkus saja.

“Mama, mie-ku habiss! Huhuhu, kiriman uang juga belum datang. Padahal ini baru dua bulan, terus gimana yah? Bisa-bisa aku mati kelaparan di apartemen ini.  Kalau tahu bakal hidup susah di sini, mending aku nggak berangkat!” keluhnya kesal sambil melempar dua bungkus mie instan yang ada di tangannya. Percaya sudah bahwa ternyata ia tidak memudahkan ibunya malah menyusahkan ibunya yang tiap bulan harus mengirim uang sebesar 80.000 yen. Sekitar delapan jutaan dan itu hanya untuk biaya hidup saja, tidak lebih dari itu. Gadis itu menyalakan kompor dan ternyata, gas untuk kompor pun telah habis tanpa diketahuinya. Hidup seorang diri di dalam apartemen khusus yang disediakan oleh pihak kampus universitas Kyoto. Dan Rafael temannya tinggal di lantai bawah. Nindy mengambil ponselnya sebelum ia memutuskan untuk mengajak Rafael keluar untuk melakukan sesuatu.

Kau harus membantuku, Rafael.

Kalau tidak, aku bisa mati!

*

“Apa? Menjadi badut?”

Gadis itu mengangguk, “Yap, badut. Kita harus mencari uang tambahan sebelum nanti kita pulang, mendapati rumah orangtua kita sudah jadi gubuk sebab mereka kehabisan uang untuk kita tinggal di sini.” ucapnya tegas. Ia mengajak Rafael ke sebuah toko mainan yang ada di pinggiran kota Kyoto. Sebuah toko mainan yang dilihatnya kurang laris dan sepi dari pembeli, sampai-sampai pegawainya harus rela keluar jalan memakai pakaian badut untuk menarik perhatian pejalan kaki.

“Kenapa kau ajak aku kesini, sebenarnya ada apa denganmu, Nindy. Kenapa terlihat panik?” Rafael melepaskan tarikan tangan gadis itu. Sedang keduanya saling bertatapan dalam diam. “katakan, sebenarnya kau kenapa?!”

“Aku, harus membantu ibuku cari uang. Aku ingin mencari uang sendiri di sini, bekerja part time selepas kuliah.” jelasnya singkat.

“Hah? Bekerja? Tapi kita disini cuma setahun, tidak seperti mahasiswa lainnya, kita tidak punya waktu untuk itu.” sergah Rafael menolak seketika.

“Aku bisa membagi waktu itu,”

“Apa kau perlu uang?”

“Ya, mie instanku tinggal sedikit. Aku tidak bisa meminta terus uang pada ibuku sebanyak itu.” Nindy menundukkan wajahnya, menatap sepasang kakinya yang menari kekanan dan kiri.

“Aku bisa meminjamimu uang, tapi tolong jangan sia-siakan waktumu setahun disini untuk bekerja.”

Gadis itu mengangkat kembali wajahnya, kali ini dengan tegas ia berkata, “Aku memang tidak sekaya dirimu, Rafael. Kau bisa meminta dengan mudah uang pada orangtuamu, sedang ibu dan ayahku mati-matian mencari uang. Mungkin saja mereka berlagak kuat, bahkan mungkin saja tidak makan. Aku ingin membantu ibuku, Rafael. Kalau kau tidak bisa, biar aku sendiri saja.” gadis itu membalikkan punggung dan tanpa melihat kembali pemuda itu, ia melangkahkan kakinya masuk ke dalam toko boneka.

*

Machi jikan wa dore kurai desu ka[1]?” Nindy berharap-harap cemas menanti jawaban dari si pemilik toko tersebut.

“Besok pagi, aku akan menghubungimu, Nona.” jawabnya pasti.

“Arigatou…arigatou gozaimas.” Nindy menganggukkan kepala dua kali sebelum ia akhirnya keluar dari dalam toko dan selesai melakukan tugasnya untuk memberikan surat lamaran kerja. Di sebuah toko mainan bernama “Irasshaimase[2], Nindy melongok papan nama yang warna cat birunya sudah memudar. Toko itu sebenarnya bagus dan cantik, sayang terkesan kuno sehingga membuat pengunjung enggan mendatanginya. Pikir gadis itu sebelum ia menyeberang jalan dan kembali ke apartemennya. Di seberang tampak Rafael berdiri menantinya.

“Bagaimana?” teriak Rafael dari seberang jalan. Gadis itu sampai menggeleng-gelengkan kepalanya, ia tidak menyangka pemuda itu bisa mempermalukannya di pinggir jalan. Berteriak seperti orang gila.

Stupid!” jawabnya saat itu, ketika Nindy baru saja melangkahkan kaki kanannya menyeberang jalan, tiba-tiba ada seseorang menarik lengan kirinya dan menahan dirinya.

“Nona, jangan menyeberang!” serunya keras kala itu, tiba-tiba tak lama kemudian, selang beberapa detik selepas lelaki itu berteriak padanya. Ada sebuah mobil yang melaju sangat kencang dan seakan kehilangan kendali. Mobil sedan putih itu oleng ke kiri dan kanan, suara decitan keras pun terdengar. Gadis itu ditariknya kebelakang sampai jatuh kebawah karena ia hampir saja terserempet mobil sedan di dekatnya.

“Aaarght!” teriak Nindy keras ketakutan saat tubuhnya terjatuh. Tapi beruntung sekali kepalanya tak terbentur aspal jalan, sebuah tas ransel menahannya.

“Orang gila!!!” pekik lelaki itu lebih keras. Akan tetapi mobil sedan itu masih terus melaju kencang hingga akhirnya berbelok ke kiri dan lepas dari penglihatan mereka. Melihat gadis itu meringis kesakitan karena pantatnya jauh lebih dulu terjatuh, lelaki itupun lekas membantunya berdiri. “kau tidak apa-apa, Nona?”

Nindy masih sedikit terhuyung-huyung, seakan berada di situasi superflash yang membuat ingatannya sedikit kacau.

“Oh, ada apa ini? Kenapa tiba-tiba sesuatu terjadi begitu cepat?”  Nindy terlihat linglung selama beberapa detik sebelum akhirnya ia tersadar. Gadis itu melihat Rafael yang berdiri di depannya menampakkan wajah kalut dan cemasnya.

“Kau tidak apa-apa?” tanyanya dengan tangan gemetar menyentuh pipi Nindy.

“Aku.., aku tidak apa-apa. Semua terjadi begitu saja.”

“Ya sudah, kau membuatku ketakutan Nindy. Mobil sedan putih itu tadi hampir menabrakmu. Untungnya ada kakak itu, yang menarikmu kebelakang.” Rafael membalikkan punggung saat hendak menceritakan tentang seorang lelaki penyelamat Nindy yang datang tiba-tiba seperti angin, saat itu juga sudah menghilang dari pandangan. “lho?! Kemana dia?” Rafael melongo.

“Siapapun dia, aku sangat berterima kasih.”

“Tapi, kau tahu tidak tadi kakinya itu, dia memakai kaki boneka.”

*

[1] Kira-kira harus menunggu berapa lama?

[2] Selamat datang.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status