Share

Chapter 18

Setelah menutup aplikasi Linenya dengan Denver, Pandan mendekati Bu Darwis yang masih saja menangis sesenggukan. Matanya bengkak dan wajahnya basah oleh deraian air mata yang tiada henti. Yang membuat Pandan sedih adalah sorot mata kalah yang terlihat jelas di bola mata tua Bu Darwis. Ia tampak hancur. 

"Kamu tahu tidak, Nak. Ibu menemani bapak dari nol. Dari perusahaan kecil peninggalan orang tuanya, hingga terus berkembang sampai sebesar ini. Begitu bapak sukses dan merasa tidak butuh lagi didampingi, ibu malah dibuang seperti seonggok kotoran," adu Bu Darwis getir.

"Ibu selalu saja mengalah selama ini. Ibu bahkan rela kalau bapak menikah lagi. Ibu ikhlas illahi ta'ala. Tapi ternyata itu pun masih belum cukup. Bapak meninggalkan Ibu dan berlalu begitu saja dengan istri mudanya. Ibu rasanya seperti mau mati saja, Nak," Bu Darwis kembali menangis pilu.

"Sudah Bu. Sudah! Untuk apa Ibu menangisi orang yang tidak mengi

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status