Share

Satu rahasia

Siapa lah Bstian? dia hanya manusia biasa, dia sama dengan pria lain, pria normal yang pasti akan ter***sang saat melihat tubuh mulus tanpa busana di depan mata.

"Dan itu milik ku, dia istri ku, seharusnya semalam aku menikmati tubuhnya, tapi apa? kenapa aku harus susah payah mencari kenikmatan di luar sana? Sial, dia membuat ku gila."

Ia terus menenggelamkan diri lebih lama di dalam Bathtub, berharap isi kepalanya yang terus mengingat tubuh Helena cepat menghilang.

Padahal, setelah kejadian semalam, Bastian pergi ke sebuah Club malam menemui seorang wanita hanya untuk menyalurkan hasratnya saja. Tapi rasanya itu tidak cukup. Dia tetap menginginkan tubuh Helena. tubuh yang ia lihat mulus tanpa noda itu benar-benar sangat mengganggu pikirannya.

Saat ini jarum jam berada tepat di angka tujuh. Kini matahari mulai menampakan cahayanya, menyeruak masuk ke dalam melalui celah-celah jendela kamar yang tidak tertutup rapat.

Helena menggeliat, mengerjapkan matanya yang terasa masih sangat rapat. Bukan karna sinar matahari yang menyapa wajahnya secara langsung, ia terbangun karna mendengar suara jeritan seseorang yang entah itu siapa.

Ia duduk di tepian tempat tidur, memanjangkan lehernya berusaha melihat ke arah sofa untuk memastikan kalau Bastian berada di sana atau tidak? Karna terdengar gemericik air di dalam kamar mandi, bisa dipastikan kalau Bastian saat ini sedang berada di dalam sana.

Jeritan itu kembali terdengar, bahkan semakin kencang. Karna penasaran, buru-buru ia mengenakan sandal berbulu putih yang tersimpan rapih di atas rak. Ia keluar dari kamarnya, lalu turun ke lantai bawah untuk melihat ada kejadian apa di sana?

"Aku membenci tubuh ini, Mah. Aku benci sama anak itu."

Caroline menunjukan jarinya ke arah Stela yang mengumpat di balik pintu sambil menangis. Helena yang tidak tega melihat kejadian itu, berjalan menghampiri Stela lalu memeluknya seraya memberi perlindungan.

"Dia putri mu, Caroline. Dia putri kandung mu, kamu yang melahirkannya."

terlihat bu Rossa mengguncang bahu putrinya cukup kuat, berusaha menyadarkan putri bungsunya dari amarah yang semakin tidak terkendali.

Kenan yang juga berada di sana tidak bisa tinggal diam melihat putri bungsunya terus mengamuk. Sampai pada akhirnya ia melayangkan tamparan cukup keras di pipinya.

"Plak.."

Semua terkejut, semua diam saat tangan kekar Kenan berhasil mendarat di pipi putri kesayangannya.

"Cukup Aline," suara Kenan begitu menggema. Dia betul-betul sedang marah.

"Sikap kamu ini banyak menyakiti hati orang lain, bahkan kamu menyakiti hati putri mu sendiri. Kamu lihat? dia ketakutan, dia melihat mu seperti monster, bukan lagi seorang ibu yang memiliki perasaan lembut. Kamu keterlaluan Caroline."

"Pria itu yang keterlaluan, Pah. Dia memperkosa aku," hikss...hikss...

"Dia yang membuat aku seperti ini. Aku gak sanggup pah, aku gak sanggup terus hidup di atas kursi roda, aku mau seperti dulu lagi."

Tangisnya tumpah dalam pelukan bu Rossa. Ia menelusupkan wajahnya di perut ibunya.

"Sabar ya sayang, kita pasti menemukan pelakunya."

Helena baru mengetahui kalau gadis yang sedang ia peluk saat ini adalah anak hasil dari perkosaan. Ia membawa Stela ke kamar dan menduduknnya di atas sofa.

"Stela di sini ya sama tante! bundanya biar sama oma dulu."

"Bunda jahat, Tante," hikss...hikss... tangan mungil Stela sibuk mengusap air matanya.

"Bunda gak jahat, sayang. Bunda cuma lagi gak mood aja, nanti juga baik lagi ko."

Helena terus berusaha menghentikan tangis Stela dengan memeluknya, "Tante ngerti kalau Stela lagi sedih, kecewa, takut, dan itu gak apa-apa. Tapi, satu yang pasti, Bunda sangat menyayangi Stela."

Helena melepaskan pelukannya, menatap kedua bola mata suci itu dengan penuh kasih sayang.

"Jangan nangis lagi ya! nanti tante ajak Stela main ke Pasar Tumpah.

"Pasar Tumpah?" kening Stela mengerut tidak mengerti. Dan ajaibnya lagi, ia berhenti menangis karna rasa penasarannya terhadap pasar tumpah yang Helena katakan.

"Iya Pasar Tumpah, gak tau ya?"

Stela menggelengkan kepalanya walau masih terisak.

"Nanti Stela bakal tau apa itu Pasar Tumpah."

"Banyak permainan?" kembali bertanya penasaran.

"Banyak. Banyaaak banget," Helena merentangkan tangan sangat luas, dan itu membuat Stela tertawa lepas.

Kegiatan mereka tak luput dari pengawasan seorang Bastian yang sudah cukup lama berdiri sambil bersandar pada dinding kamar. Ia melipatkan kedua tangannya di dada, lalu menatap ke depan dengan senyum.

Kepandaian Helena menangani tangis keponakannya, membuat Bastian tidak bisa berhenti menatap wajah cantik sang istri. Ia bahkan sampai lupa kalau dirinya saat ini masih bertelanjang dada, dan malah sibuk memperhatikan kegiatan mereka.

"Lihat, itu Om nya siapa sih?" Helena menunjuk dengan sudut matanya. Dan Stela melihat ke arah di mana Om nya sedang berdiri.

"Itu Om ku," sautnya polos.

"Gak malu ya, gak pake baju?" kata Helena meledek, ledekan yang sengaja ia tunjukan pada Bastian. Sedang pria yang berdiri di sana, masih tidak sadar kalau dirinya saat ini sedang di bicarakan oleh dua gadis cantik di depannya.

Tak lama seorang pengasuh pun datang ke kamar Helena untuk menjemput Stela. Pengasuh itu datang atas perintah bu Rossa yang juga tidak mau kalau menatunya merasa kenyamanannya terganggu dengan kejadian tadi.

"Nanti jadi kan kita ke pasar tumpah, Tante?" ia mendongakan kepalanya menatap wajah Helena penuh harap.

"Jadi dong. Nanti tante kasih tau lagi ya."

"Jangan bohong!"

"Nggak sayang," ucapnya sambil mengusap puncak rambut Stela.

"Sekarang Stela mandi dulu! tante juga mau mandi dulu."

"Ok, Tante."

Setelah gadis kecil itu pergi, Helena kembali masuk ke dalam melewati Bastian yang sedang mengambil baju di dalam lemari.

"Belum mandi?" tanya Bastian sambil mengenakan baju. Baju yang ia kenakan saat ini cuma kaus sederhana berwarna biru langit dengan tulisan kecil di belakang punggungnya.

"Iya. Kenapa emang?" Helena menjawab ketus. Ia melepaskan sandal dan menyimpannya di tempat semual.

"Memalukan," kata Bastian pelan.

Helena menghentikan langkahnya saat akan masuk ke dalam kamar mandi. ia menatap Bastian dengan tajam. MEMALUKAN? enak saja.

"Anda bilang apa? memalukan? yang memalukan itu saya atau anda, Tuan?" tanya Helena yang tak kalah tajamnya.

"Maksud kamu?" kening Bastian mengerut tidak mengerti.

"Kemana anda semalam?" entah keberanian itu datanganya dari mana, Helena bertanya seolah tidak memiliki rasa takut lagi.

Diam... Bastian terdiam mendengar pertanyaan sang istri yang terkesan mengintimidasi dirinya. Dia bahakan melangkah mundur saat Helena melangkah maju dengan angkuhnya.

"Kenapa diam? anda tidak punya alasan? atau sedang mencari alasan?"

"Tidak."

"Lalu kemana anda semalam?"

"Bukan urusan kamu," dia menjawab, tapi pandangannya mengarah ke arah lain, terlalu menakutkan untuk menatap matanya, seperti mata elang yang sedang berburu mangsa.

"Dan aku mangsanya? ini gila," ucapnya mengumpat dalam hati.

"Saya akan laporkan anda pada tuan Kenan, atas apa yang anda lakukan di luar tadi malam, Tuan."

"Memangnya apa yang saya lakukan? sok tau."

"Tau," jawabnya singkat.

"Tau apa?"

"Anda pergi menemui seekor lebah betina. Iya kan?"

"Lebah betina? Cih..." ia tersenyum sinis.

"Mobil anda itu terpasang GPS, Tuan. Dan itu langsung terhubung langsung ke dalam ponsel milik saya"

"Sejak kapan?"

"kemarin, ibu anda yang pasang."

"Sial."

"Anda jangan macam-macam Tuan, gerak gerik anda sedang di awasi."

"Siapa yang berani mengawasi gerak gerik saya?"

"Saya," jawabnya cukup berani.

"Kamu..?"

"Hhmm..." Helena mengangguk puas.

"Saya akan melaporkan anda pada mamah Rossa, kalau semalam anda pergi ke club, dan menemui seekor lebah betina di sana."

"Dan saya juga akan bilang sama mamah, kalau saya pergi menemui lebah betina itu karna kamu."

"Kenapa saya?"

Bastian melangkah maju dan langsung menarik tangan Helena yang hendak menjauh.

"Tuan..." Helena terus berusaha melepaskan genggaman tangan Bastian yang melingkar di pinggangnya.

"Saya akan bilang sama mamah, kalau kamu tidak mau saya sentuh, dan tidak mau melayani saya."

"Apa..?"

~~~~~~~

Jangan lupa untuk memberi bintang ya setelah membaca.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status