Share

Benih cinta

Rasanya sangat melelahkan, berada di dalam pesta orang kaya, menurutnya sangat membosankan, karna yang di bahas di sana tidak jauh seputar bisnis, dan bisnis. Walaupun pesta masih berlangsung dengan meriah, Helena meminta Bastian untuk pulang ke aprtemen, beruntunglah ia setuju, karna ia juga merasakan hal yang sama dengannya.

"Mau ke mana?" tanya Bu Rossa saat Bastian dan Helena hendak pergi.

"Pulang Mah," saut Bastian.

Mendengar kata pulang, Bu Rossa pun ikut berdiri, "Pulang ke rumah mamah ya!" pintanya.

"Nggak," Bastian langsung menolaknya, "Aku mau pulang ke apartemen. Aku mau istirahat."

"Di rumah mamah juga kan bisa istirahat. lagian mamah pengen deket sama menantu mamah, kita kan baru ngobrol beberapa kali aja, iya kan? Mamah janji deh gak akan ganggu privasi kalian."

Bastian diam tak menjawab, namun Bu Rossa terus memaksa, hingga akhirnya ia mengiyakan keinginan mamanya. Karna melarangnyapun tidak ada gunanya.

Dua puluh menit menempuh perjalanan, akhirnya mobil yang mereka tumpangi tiba di depan pintu gerbang utaman. Gerbang setinggi tiga meter itu otomatis terbuka saat mobilnya berada di jarak satu meter lebih jauh.

"Woow.." Helena berdecak kaguk hanya dengan melihat pintu gerbangnya saja.

"Gimana isi rumahnya? gerbangnya aja semegah ini?" gumamnya.

Mereka turun dari mobil setelah di bukakan pintu oleh pak Bagas. Helena menoleh ke samping, ia melihat taman dengan hamparan bunga berwarna ungu begitu indah dan sangat menakjubkan, bunga itu mengeluarkan aroma wangi. Helena mengambil nafas dalam-dalam hanya untuk menghirup aroma wangi yang di hasilkan.

"Itu bunga apa tante? baru kali ini aku melihat bunga seindah itu, wangi lagi."

"Itu bunga Shibazakura. Bunga itu memiliki arti khusus di rumah ini, Andai saja waktu bisa di ulang," Bu Rossa manatap hamparam bunga itu dengan tatapan yang sulit untuk di artikan.

"Oh iya... ada satu tempat yang tidak boleh kamu datangi."

"Ruangan khusus?" tanya Helena yang tidak tau apa-apa.

"Taman itu. Jangan pernah berada di taman itu, kecuali atas izin suami mu," Bu Rossa coba memberitahu. Karna tak sembarangan orang boleh masuk ke sana, sekalipun itu ibunya sendiri.

"Memangnya kenapa tante?"

Belum sempat menjawab, sebuah mobil sport berwarna hitam masuk dan langsung membunyikan klason sangat panjang, "TIIINN....."

Helena dan Bu Rossa mengerjap terkejut, lalu menoleh ke arah sumber suara sambil menyipitkan mata, karna silau dengan sorot lampu mobil yang mengarah ke arah mereka.

"Bastian, lampunya," Teriak Bu Rossa dari kejauhan.

Bastian turun dari mobil tanpa mematikan mesinnya, lalu meminta Pak Bagas untuk memarkirkan mobil di tempat biasa. Dia bahkan berlalu masuk ke dalam rumah tanpa menyapa Bu Rossa maupun Helena. Mungkin karna kesal.

"Kamu lihat? dia pasti mengikuti kita, dia gak bisa jauh-jauh dari kamu, Helena."

"Tante bisa aja,"

"Loh..ko manggilnya masih tante sih? panggil mamah dong!"

"Mamah? gak enak ah tante."

"Ko gak enak, sekarang tante ini ya mamah kamu."

"Memangnya boleh?"

"Boleh dong, harus malah!"

"Ya udah, iya Mah."

Sejauh ini, keluarga besar Kenan tidak menunjukan gelagat kejahatan, semua bersikap biasa saja. Seorang Bastian yang katanya adalah pria kejam dan angkuh itu, tidak sedikitpun bersikap kasar padanya, hanya kata-katanya saja yang sedikit menyayat hati. Tapi, sejauh ini semua berjalan normal.

Kenan Abraham. Seorang mertua yang katanya banyak melakukan kejahatan, bahkan di katakan seorang penipu itu malah bersikap sangat baik, gadis miskin dan yatim piatu seperti Helena, justru mendapat perhatian lebih dari sang mertua. Ia bahkan di hadiahi satu set perhiasan bertabur berlian sebagai hadiah pernikahannya.

Rasanya sangat tidak mungkin kalau keluarga besar Kenan telah memfitnah om Helena dan memasukan omnya ke dalam penjara tanpa alasan.

"Tapi aku gak boleh lengah, aku harus terus mencari bukti kejahatan Tuan Kenan," ujarnya.

Begitu masuk ke dalam kamar, ia melihat Bastian sedang melepaskan jas lalu menggantungnya di sudut dekat jendela. Helena yang masuk tanpa permisi, sampai si pemilik kamar tidak tau kalau dirinya kini sudah berada di dalam, bahkan ia sudah cukup lama menatap punggung Bastian yang hampir saja terbuka.

"Gila ototnya."

Merasa seperti sedang di awasi, Bastian memutar tubuhnya ke belakang, memergoki Helena sedang menatap ke arahnya.

"Ngapain di situ? ngintip?" Bastian berjalan sambil melepaskan kemejanya, kini bukan lagi punggung yang terlihat, dada bidang Bastian bisa ia lihat dengan sangat jelas di depan mata. Helena buru-buru menyadarkan diri, dan langsung mengelak.

"Enak aja, kurang kerjaan apa ku mesti ngintip-ngintip. Permisi ya Tuan, malam ini saya tidak memiliki tenaga untuk berdebat dengan anda. Boleh saya langsung mandi saja?"

Tidak sampai menunggu jawaban dari suaminya, Helena berlalu masuk ke dalam kamar mandi tanpa membawa handuk, bahkan ia masuk ke dalam tanpa melepaskan gaunnya.

"Cewek aneh, bawa gaun pesta ke kamar mandi."

Bastian menutup pintu kamar, lalu menguncinya tanpa ada maksud apapun. Ia menyimpan kunci itu di dalam laci, lalu membuka semua bajunya, dan saat ini ia hanya mengenakan handuk putih yang melilit di pinggang dengan bertelanjang dada.

Siapapun yang melihat tubuh atletis itu, pasti akan langsung jatuh hati.

Sambil menunggu Helena selesai mandi, Bastian membuka laptoopnya dan melakukan Vidio call dengan temannya yang berada di Bangkok.

"Lama banget, Bas... gue tungguin dari tadi," kata seseorang di sebrang sana.

"Sorry... hari ini gue sibuk banget," jawab Bastian dengan santai. Ia duduk bersandar sambil memangku Laptoopnya.

"Percaya gue... pengantin baru," ujarnya meledek. Bastian meresponnya dengan senyum.

Asik berbincang dengan teman yang jauh di sana, tiba-tiba terdengar suara Helena berteriak memanggilnya.

"Tuaaaan...." suara Helena bahkan terdengar oleh teman Bastian.

"Siapa?"

"Istri gue," jawab nya santai.

"Tuaaann.. tolong saya...!" Helena terus berteriak.

"Gue tinggal dulu ya."

Bastian meletakan Laptoopnya di atas meja, lalu berjalan menuju pintu kamar mandi. Entah pikirannya sedang traveling ke mana, tanpa permisi Bastianpun langsung mendobrak pintu itu

"Aaaa..." Helena menjerit saat Bastian masuk ke dalam. Tangan yang tadinya berusaha menutup keran air yang bocor, secepat kilat berpindah menutupi bagian intim dari tubuhnya.

"Tutup mata anda, Tuan." serunya dengan berteriak, dan teriakannya semakin menjadi saat Bastian melangkah lebih dekat ke arahnya.

Sungguh. Teriakannya tidak kunjung berhenti, permintaannya untuk tenang, samasekali tidak di dengar. Tidak ada cara lagi selain menyumpal bibir Helena dengan mulutnya, dan itu benar ia lakukan.

Bastian melakukannya sangat singkat, namun cukup membuat Helena diam tak lagi bersuara, apa lagi berteriak.

"Tenang Helena. Aku tidak akan menodai mu." ucap Bastian dengan suara beratnya.

"Tapi anda melihat tubuh ku," hikss...hikss...

"Aku akan menutup tubuh mu dengan handuk, tapi jangan berdiri di sini ya! di sini basah, kamu liat kan, handuk ku juga basah?"

Sangat cepat ia mengangguk, Lalu Bastian menuntunnya keluar dari kamar mandi dan mendudukannya di atas sofa.

"Aku ambilkan handuk, Tunggu!"

Helena mencoba tenang, dengan tangan terus menutupi bagian intim dari tubuhnya.

"Ini memalukan. Aku sudah tidak punya muka lagi di depan Bastian,"

Bersambung...

jangan lupa untuk menyalakan bintangnya ya...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status