Share

Bagian tiga

Harry meregangkan otot-otot tubuhnya. Semua sendi tubuhnya terasa penat dan linu. Ia bekerja ekstra seharian ini. Meski hanya duduk di depan komputer, itu juga lumayan melelahkan. Duduk di depan computer selama 5 jam dan hanya istirahat pada waktu makan siang. Matanya masih agak perih sewaktu Harry pergi ke college. Harry diberi kepercayaan mengajar mata kuliah American history oleh dosen seniornya. Oxford University merupakan perguruan tinggi bergengsi di London dan telah diakui dunia. Tidak mudah menjadi dosen muda di sana. Harry harus siap menerima kritik dan ucapan pedas dari mahasiswa-mahasiswa yang prestasi mereka tidak perlu diragukan lagi.

Tapi Harry beruntung. Pengalamannya kuliah di tingkat magister di Harvard University membantunya menjawab dan mengatasi masalah yang muncul saat ia mengajar. Dan para mahasiswa kelihatannya cukup puas dengan jawaban yang ia berikan terhadap pertanyaan mereka.

Harry melemaskan otot-otot lehernya yang tegang akibat stress yang ia alami. Harry sendiri tidak mengerti mengap ia harus stress dengan ulah Liza yang terus menerus menghantuinya dengan sosok Andrea Smith yang mengerikan.

Wanita itu benar-benar mengerikan. Harry merasa tidak semestinya ia meladeni kata-kata adiknya. Tapi entah mengapa ia akhirnya terpengaruh dengan kata-kata Liza. Andrea sudah dua hari yang lalu berkunjung ke rumahnya, setelah itu Harry tidak lagi bertemu dengan Andrea. Tapi bayangannya tidak mau beranjak dari benak Harry.

Heran. Harry sungguh heran dengan dampak yang ditimbulkan Andrea terhadap dirinya. Wanita itu terlihat sangat memikat ketika Harry bertemu dengannya untuk yang kedua kali. Ekspresi kemarahan yang tidak pernah ia lihat sebelumnya kini tampak juga di wajah Andrea.

Andrea yang ia kenal dulu adalah anak yang wajahnya tanpa ekspresi. Wajahnya datar dan bicaranya juga datar.

Sejak pertama bertemu setelah 11 tahun berlalu, Harry sangat penasaran terhadap diri Andrea yang mengalami perubahan 90 persen.

Ah sudahlah. Batinnya. Harry menghela nafas. Sekarang yang membuatnya merasa tertarik adalah bath tub yang berisi air hangat dan busa melimpah. Sepertinya godaan yang satu ini terlalu menarik untuk ditolak.

***

Ms. Kaitlin memberikan desain yang sesuai dengan gambaran ruangan yang diinginkan pasangan Henry O'Bryans dan Marylin Joanne. Andrea tengah menggambar desain yang berusaha ia rampungkan untuk dekorasi pelaminan Liza dan Greime. Namun sejak tadi pagi ia mencoret-coret 5 kertas, belum satu pun yang rampung.

Setiap kali ia mencoba memikirkan dan membayangkan ide apa yang akan ia tumpahkan dalam desain itu, yang muncul adalah bayangan Harry yang berdiri begitu dekat dengannya. Dengan tangan bertumpu di dinding. Bibir mereka yang berjarak hanya 1 cm sehingga hanya perlu satu tarikan nafas bagi Harry untuk segera menciumnya. Aroma Harry yang wangi aftershave lavender Serta ciuman panas yang akan tercipta jika saja Liza dan Greime tidak segera muncul.

Andrea merasa tangannya lembap dan berkeringat membayangkan itu semua. Namun Ms. Kaitlin segera muncul dan menyelamatkannya dari khayalan konyol itu.

Andrea mempelajari rancangan yang diberikan Ms. Kaitlin yang sedikit berbeda dengan rancangan yang dipinta Liza. Desain yang dipesan Henry cukup rumit dan banyak memiliki tambahan di beberapa bagian. 

Mungkin Henry menginginkan sedikit perbedaan pada saat pernikahan nanti. Pikirnya.

Setengah jam mempelajari desain itu, rasa kantuk menyerang Andrea. Wajar saja, sebab selama dua malam terakhir ia menderita insomnia setelah pertemuannya dengan Harry O'Bryans yang menyebalkan.

Andrea tertidur pulas di atas meja kerjanya dan memimpikan hal romantis yang tidak pernah ia harapkan.

***

Harry tersenyum ke arahnya dan menarik Andrea mendekat. Pria itu meraih Andrea dalam pelukan yang kuat dan aman. Andrea belum pernah merasakan pelukan senyaman itu.

Persisnya Andrea tidak pernah dipeluk sekali pun. Sejak ia lahir Andrea adalah anak buangan. 

Harry memainkan helai-helai rambut Andrea sambil sesekali mengelus pipi Andrea. Harry mengecup keningnya dan membisikkan kata-kata manis di telinganya.

Sesekali Andrea menggelitik pinggang Harry dan Harry membalas dengan tidak kalah jahilnya. 

Ada kalanya pandangan mereka bertemu. Selanjutnya Harry mengelus bibirnya dan kemudian menciumnya. Mencium Andrea dengan intensitas yang sama dalamnya dengan Andrea.

Dalam ciuman itu Andrea merasa ia melihat ribuan bintang jatuh ke arahnya dan Andrea mengambilnya. Ciuman yang diberikan Harry sangat berharga. Harry membisikkan kata-kata penuh kasih untuknya. Andrea merasa ia lah wanita paling berbahagia saat Harry berbisik kepadanya dan mengucapkan bahwa Andrea adalah wanita yang diimpikannya sepanjang hidupnya.

***

"Wow, lihat apa yang kutemukan". Kata Harry ketika masuk ke kantor Andrea.

Harry tertawa kecil melihat suguhan menarik di depannya. Sebelumnya Liza memintanya untuk mengantarkan desain lanjutan yang akan ia serahkan kepada Andrea. Sayangnya siang ini orang tua Greime datang berkunjung ke rumah mereka untuk bersilaturrahmi dengan Ayah ibunya. Harry ingin menolak, tapi Liza memintanya dengan sorot mata memohon sehingga Harry tidak tega untuk menolaknya. Dengan terpaksa ia menerima permintaan Liza dan pergi menemui Andrea Smith yang sebenarnya tidak ingin ditemuinya.

Sekarang ketika tiba dan memasuki kantor wanita itu Harry disuguhkan tontonan gratis yang langka adanya. 

Andrea Mathew Smith tengah tertidur di meja kerjanya dengan pulas dan terlihat nyaman sekali. Jarang ada kesempatan seperti ini untuk Harry memergoki Andrea sedang tidur.

Harry mendekatinya dan duduk di kursi depan untuk tamu. Ia tertarik untuk memperhatikan Andrea yang tidur. Bagaimana wajah wanita itu.

Andrea adalah wanita dingin. Selain itu dia juga pendiam dan misterius. Tapi yang dilihat Harry sekarang adalah Andrea yang berwajah polos seperti malaikat. 

Kedua alis Andrea bertaut. Alis itu asli tanpa dicukur dan dibentuk. Bulu matanya tebal dan lentik. Harry baru menyadari bagian apa yang paling menonjol dari wajah Andrea. Andrea memiliki sepasang mata yang indah. Matanya berwarna coklat tua. 

Dan bibirnya. Bibir itulah yang hampir saja ia cium kemarin. Harry tertawa. Ia memungkiri kata-kata Liza karena tidak ingin mengakui kalau saja ia memang hampir mencium Andrea jika Liza dan Greime tidak segera tiba.

Bibir merah sensual yang hanya dipolesi sedikit lipstick berwarna pink. Ranum seperti apel. Begitu menggoda. Rupanya Andrea menyukai make-up natural dan minimalis.

Melihat wajah Andrea dari jarak dekat begini membuat Harry diterpa badai gairah. Ia tidak sanggup jika terus menahan hasratnya untuk menikmati manisnya bibir merah merekah seperti mawar itu.

Harry kehilangan akal sehatnya. Kendali dirinya menghilang entah kemana. Sejujurnya ia tidak ingin memanfaatkan kondisi Andrea yang tengah tertidur. Tapi sungguh, jika tidak mencium Andrea sekarang. Ia akan mati.

Jadi Harry menunduk dan mendekatkan diri kepada Andrea. Untuk beberapa detik lamanya ia tertegun dan menatap wajah Andrea, mencoba mengenali garis muka dan ekspresi Andrea yang memikat. Kemudian ia tidak ingin berpikir. Harry memilih untuk menuruti perasaannya. Maka ia pun mencium Andrea.

Bibir Andrea terasa manis dan nikmat. Seperti anggur Tarapaca yang terkenal. Harry yang mulanya hanya ingin menikmati rasa luar bibir Andrea memperdalam ciumannya. Meningkatkan intensitas dirinya sendiri. Ciuman Harry mengasihi, memuja, memiliki. 

Harry baru mengerti sekarang. Bahwa tidak ada yang lebih diinginkannya selain Andrea. Ia begitu menginginkan Andrea sampai terasa menyakitkan.

Entah hanya khayalan yang dirasakan Harry. Ia merasa tangan Andrea melingkari lehernya dan menariknya lebih dekat sehingga ciuman mereka semakin dalam. Andrea membalas ciumannya dengan intensitas yang sama.

Rasanya ciuman itu tidak akan berakhir. Jika saja Harry tidak mendengar suara berdeham dari belakangnya. Bagai diguyur air dingin Harry tersadar dan dengan cepat menarik diri. 

Nafasnya masih terengah. Begitu pula Andrea yang dengan pelan membuka matanya dan limbung ketika mencoba berdiri.

Wanita itu memegang kepalanya dan mengusap jarinya ke mata.

"Pusing sekali". Desis Andrea, kemudian ia melangkah ke toilet dan membasuh mukanya. Sampai akhirnya ia sadar betul dan agak segaran setelah bangun tidur.

"Maaf menggangguSaya asisten Ms. Kaitlin, saya diminta mengantarkan dokumen ini untuk Ms. Smith. ". Kata si empunya suara.

"Ah ya, silahkan masuk". Ujar Harry, mencoba untuk bersikap santai setelah ciuman memabukkan tadi.

"Terima kasih Rita, kau boleh keluar sekarang. Aku sedang ada tamu". Perintah Andrea yang baru kembali dari toilet.

"Permisi". 

Andrea memandang Harry dengan tatapan membara. Ia marah sekali kepada Harry. Harry mengerti mengapa Andrea marah. Ia telah mencuri kesempatan dengan tertidurnya Andrea.

"Apa yang telah kau lakukan padaku??!!". Tanya Andrea yang terdengar lebih mirip dengan bentakan.

"Kau pikir apa?". Sahut Harry. Terpaksa menjawab seperti itu karena tidak menemukan kata yang tepat untuk membela diri.

"Apa??. Kamu mencuri kesempatan saat aku tertidur. Setelah apa yang kamu lakukan, kamu masih berani bilang APA?!". Suara Andrea meninggi.

"Kurasa aku melakukan hal yang wajar kok". Harry mencoba berkilah.  Tapi ia tau itu sia-sia.

"Wajar?, kamu anggap ini semua wajar?. Jangan bercanda". Andrea mendengus.

"Well, aku minta maaf. Aku bersalah, okey ??". Akhirnya Harry menyerah.

"Kau kira semua yang terjadi akan selesai hanya dengan minta maaf. Maaf Mr. O'Bryans itu terlalu mudah". Seru Andrea sengit.

"Lalu aku harus bagaimana?, apa kau mau aku bersujud di kakimu dan mengakui kesalahanku. Aku merasa yang kulakukan adalah hal yang wajar dan sah-sah saja".

"Menurutmu begitu. Tapi tidak untukku, apa yang kau lakukan itu tidak benar, Mr. Kau mencuri sesuatu yang berharga bagiku". Tukas Andrea, tampak marah sekali.

"Apa yang dapat kuperbuat?. Ketika aku disuguhkan dengan sesuatu yang sangat menarik di depan mataku, haruskah aku menghindarinya?. Ketika aku diberikan sesuatu yang begitu memikat, haruskah aku menolaknya. aku sudah mengetuk pintu kantormu sebelum aku masuk, dan saat aku masuk ke dalam waktu itu kau tertidur sangat pulas. Kamu tampak sangat nyaman. Andrea Smith sewaktu tidur bagaikan malaikat, begitu memesona dan memikat. Melihat senyummu dan wajahmu yang cantik itu salahkah aku kalau tidak dapat menahan diri untuk segera menciummu?. Karena aku merasa kalau aku tidak menciummu saat itu juga. Aku akan kehilangan kesempatan itu selamanya dan mati, maksudku hasratku yang akan mati ". Ujar Harry panjang lebar. Saking tegasnya sehingga membuat Harry seperti mengadakan pengakuan. "Aku menginginkan dirimu, maukah kau menjadi milikku?".

Andrea yang tadinya marah, terpana. Terkejut mendengar pengakuan Harry yang begitu terang-terangan. Sesaat ia merasa sesuatu yang menyenangkan hadir di hatinya. Namun Andrea segera menepisnya dan mengingat kembali akan hal yang membangkitkan kemarahannya.

"Tetap saja yang kau perbuat itu tidak benar. Kau tidak pantas menciumku ketika aku tertidur. Aku dapat mengadukanmu ke polisi dengan tuduhan pelecehan". Andrea memprotes.

"Laporkan saja, menurutku aku tetap tidak bersalah. Sebab kau sendiri membalas ciumanku dengan tidak kalah panasnya. Kalau tidak percaya, aku punya saksi kuat untuk membela diri. Tanya saja asisten Ms. Kaitlin yang tadi melihat ciuman kita dengan sangat jelas". Ucap Harry blak-blakan, sehingga membuat wajah Andrea merah padam.

"Apa maksudmu?, akumembalas ciumanmu?". Tanya Andrea, dengan suara pelan dan agak ragu. Sepertinya sedikit shock dan tidak percaya.

"Yakamu bahkan mengalungkan tanganmu di leherku dan memainkan rambutku. Jadi aku tidak melakukan ciuman secara sepihak khan?". Harry meyakinkan.

"Akubegitu, yaa?!". Desis Andrea. Harry tersenyum. Ia pikir ini adalah kesempatan balik untuk memukul telak wanita sombong itu.

"Mengapa kau menyesal?". Tanya Harry pelan.

"Sebab itu ciuman pertamaku". Andrea mengakui dengan sangat polos. Membuat Harry yang tadinya ingin menjatuhkan Andrea terperangah. Pengakuan polos itu membuat Harry merasa seakan-akan dirinya adalah bajingan yang merenggut kesucian wanita di depannya ini secara paksa.

"Maafkan aku. Aku tidak mengira akan menjadi orang pertama yang menciummu". Sesal Harry.

Ekspresi sesal Harry yang terlukis jelas di wajahnya membuat Andrea merasa terhina. Harry menganggapnya tidak berguna karena tidak punya pengalaman berciuman.

"Memangnya berciuman denganku begitu mengerikan sampai kau merasa sangat menyesal ?!". Semburnya. Harry mengernyitkan alisnya.

"Mengapa kau tersinggung ?, aku tidak bermaksud membuatmu tersinggung seperti ini". Harry menukas. Wanita ini benar-benar aneh dan mengejutkan. Semenit lalu tampak begitu polos dan memikat. Tetapi menit berikutnya dia menjadi pemarah dan tampak mengerikan.

"Aku berhak tersinggung, memangnya karena aku tidak memiliki pengalaman berciuman, kau berhak melecehkan aku seperti iniAku tidak terima atas sikapmu ini". Ujarnya. 

"Jangan melawak Andrea. Seharusnya aku yang pantas untuk bingung dengan sikapmu ini. Sebentar kau begitu polos mengakui ini sebagai ciuman pertamamu. Aku begitu terkejut sehingga merasa aku sangat bersalah mengambilnya tanpa seizinmu. Tapi kemudian kamu malah menganggap rasa bersalahku sebagai pelecehan terhadapmu. Hanya karena kamu merasa tidak berpengalaman dalam hal ini. Perkiraan bodoh macam apa ini". Harry meringis dan tertawa.

Andrea merasa wajahnya panas karena malu. Kali  ini Harry benar-benar mempermalukannya.

"Apa maksudmu ?". 

"Maksudku, kau menganggap ciuman ini sebagai pelecehan, padahal bagiku ini sangat berharga melebihi segalanya. Karena aku begitu terpikat kepadamu dan sangat menginginkanmu sampai ingin memilikimu. Apalagi dengan pengakuan polosmu tadi membuatku tersanjung dan merasa istimewa karena akulah pria pertama yang menyentuhmu. Dan kau pikir aku berniat mempermalukanmu dengan ciuman tak berpengalaman versimu itu. Benar-benar lucu, Ms. Andrea Smith". Harry mendengus. Ia sudah mengakui semuanya  secara blak-blakan tanpa berpikir, tanpa mengira dan tanpa memperhitungkan akibat pengakuannya.

"Begitu". Gumam Andrea. Terkejut mendengar pernyataan terang-terangan Harry terhadapnya.

"Ya, dan aku sempat berpikir. Jangan-jangan kau membalas ciumanku karena dalam tidurmu memimpikankusecara kebetulan aku ada di depanmu dan memang berniat menciummu. Tanpa sengaja mimpimu itu menjadi kenyataan. Menarik sekali bukan?". Harry bergurau. Tapi tindakannya itu salah. Kenyataannya wajah Andrea semakin merah dan matanya berkilat-kilat karena marah.

Andrea sangat marah. Ia merasa terhina dan sangat malu. Bukan disebabkan ucapan Harry itu salah. Namun karena semua yang dikatakannya itu terlalu benar, terlalu tepat dan tidak ada salah sedikit pun. 

"Pergi kauaku tidak mau melihatmu lagi. Hari ini, esok ataupun selamanya. KELUAR…!!!". Bentak Andrea mengusirnya.

 "Well, aku segera pergi. Tapi setelah menyerahkan ini". Kata Harry seraya menyodorkan map berwarna biru dan meletakkannya di meja kerja Andrea.

"Permisi Ms. Andrea Smith, maaf karena telah mengganggu dan mengacaukan hari anda". Pamit Harry. Dan tanpa menunggu lagi, dengan cepat ia keluar dari ruangan Andrea. 

Harry merasa emosinya memuncak. Ia juga sangat marah dan tidak terima. Ia tidak mau menerima penghinaan dari wanita itu karena telah mengusirnya dengan kasar. Tapi yang lebih membuatnya marah adalah dia tidak mau mengakui kalau ia jatuh hati karena pengakuan Andrea yang teramat polos. Bahwa dirinya sendiri begitu terpikat terhadap sosok Andrea yang pemarah dan kasar. Dan Harry sangat tidak terima karena wanita itu menghinanya dengan melecehkan dirinya yang mencium Andrea tanpa sengaja.

Harry tidak ingin mengakui bahwa sosok pemarah itulah yang membangkitkan gairah dan hasratnya, dan sikap marah wanita itu membuatnya terlihat sangat menggoda, memikat sekaligus seksi. 

Harry marah kepada tubuhnya yang berkhianat. Pada gairahnya yang menyiksanya sampai terasa nyeri. Pada hatinya yang merasa telah menemukan wanita yang pantas dan terasa begitu tepat untuknya.

***

Andrea mengusap wajahnya. Ia merasa sangat malu dan terhina dengan kata-kata Harry yang sangat jujur dalam mengungkap perasaannya sendiri. Perasaan yang selama ini Andrea sembunyikan rapat-rapat dalam tempat tersembunyi.

Andrea mencoba berpikir jernih. Ia sendiri sudah keterlaluan mengusir Harry dengan sangat kasar dari kantornya. Padahal pria itu menyerahkan map yang sangat penting untuk kelangsungan kariernya. Baru kali ini Andrea merasa sangat tidak professional.

Dalam kemarahannya. Harry mengucapkan sesuatu yang sangat mengejutkan. Pria itu mengungkapkan ketertarikannya kepada Andrea. Harry terpikat kepadanya. Pria tersebut mengakui ia menginginkan Andrea, ingin memilikinya.

Tapi keinginan dan hasrat bukanlah cinta. Andrea tidak pernah berharap kepada cinta. Namun ia menginginkan perasaan itu dalam hidupnya. Ia menginginkan cinta menghiasi kesuraman hidupnya. Perasaan dan keinginan itu telah Andrea simpan di sebuah tempat tersembunyi.

Akan tetapi perasaan tersebut mendesak untuk segera keluar. Memprotes Andrea yang telah menyembunyikannya. Apalagi semenjak bertemu dengan Harry O'Bryans ia semakin kuat dan hampir membuka pintu dalam hati Andrea lebar-lebar agar terbuka.

Harry adalah pemuda pertama dalam hidupnya. Harry juga pria dewasa pertama selama hidupnya. Dulu Harry adalah pahlawannya. Dan sekarang Harry O' Bryans adalah satu-satunya pria yang diinginkannya. Yang dicintainya secara sadar sejak pria itu menciumnya. Ciuman yang belum pernah diambil orang lain. Andrea bahagia, ia menyerahkan ciuman pertamanya untuk Harry O'Bryans, bukan pria lain. Meski Andrea marah karena diambil tanpa seijinnya.

Entah mulai kapan air mata Andrea tidak mengalir.  Andrea sendiri lupa. Mungkin sudah sangat lama. Kini air matanya yang membeku akhirnya meleleh. Bahagia sekaligus sedih. Gembira sekaligus merana.

Bahagia sebab Harry menginginkannya. Sedih karena Harry sekedar menginginkannya dan bergairah karenanya. Gembira mengetahui Harry menyukainya. Dan merana sebab Harry tidak berniat mencintainya.

Ms. Kaitlin yang sedari tadi mengetuk pintu ruang kerja Andrea tidak juga mendapat sahutan masuk ke dalam. Tapi begitu melihat Andrea yang tampak sangat merana ia urung menemui Andrea.

Apa yang terjadi pada gadis kecilnya yang dingin dan misterius itu ?. Pikir Ms. Kaitlin.

***

"Gimana kak, apa kamu bertemu dia? Sudah kamu serahkan dokumennya?". Liza berseru dari pintu kamar Harry. Tidak ada sahutan. Ia pun masuk ke dalam.

Liza mengernyitkan alis melihat kakaknya. Harry tampak kusut dan menyedihkan. Wajahnya sendiri menyiratkan banyak beban.

"Ada apa kak?, sepertinya moodmu sedang tidak baik hari ini". Tanya Liza. Kemudian duduk di sofa.

"Kamu benar Liz, aku tidak boleh mendekati Andrea. Wanita itu bunga beracun yang berbahaya". Keluh Harry.

"Memangnya sesuatu telah terjadi?. Tidak biasanya kau bicara begini". Pancing Liza.

"Sewaktu aku tiba di kantornya, wanita itu tengah tertidur. Sepertinya dia mimpi indah sampai tersenyum segala. Wajahnya waktu tidur sangat memikat". Harry mulai bercerita.

"Lalu ?".

"Lalu tanpa berpikir aku menciumnya". Aku Harry mengejutkan Liza.

"Ya ampuuun.astagakau tau apa yang kau lakukan kak?. Kau menciumnyamenciumnya. Luar biasa". Seru Liza tanpa sengaja. Ucapannya itu membuat semangat Harry semakin menipis.

Melihat wajah kakaknya yang semakin muram. Liza berhenti.

"Maaf, aku tidak bermaksud mengejekmu". Sesalnya.

"Yahitu adalah ciuman paling nikmat dan paling berharga untukkusebab itu adalah ciuman pertama Andrea yang kuambil tanpa seijinnya". Lanjut Harry.

"Kamu beruntung sekali". Celetuk Liza.

"Kupikir begitu, tapi sepertinya tidak untuk Andrea, dia menganggapku melecehkan dirinya".

"Wajar khan?. Itu ciuman pertamanya. Dicuri sewaktu ia tidur. Tanpa seijinnya. Wanita mana saja akan marah kalau diperlakukan begitu". Tegas Liza.

"Tapi kemarahan adalah cara paling jitu menutupi badai dalam diri wanita. Dia membalas ciumanmu bukan?. Andrea marah kepada dirinya karena merasakan hal yang sama terhadapmu". Liza mengklarifikasi.

"Maksudnya ?".

"Harga diri, ia malu dan marah karena menyadari perasaannya sendiri. Bukan karena kamu melecehkan dia, tapi karena dia menginginkan dirimu sebesar kau menginginkannya. Dan kemarahan adalah cara untuk melindungi harga diri yang terluka. Andrea terluka karena kaulah yang menciumnya. Karena selalu kakak lah yang pertama baginya. Andrea benci, marah dan terluka sebab kau pernah menolaknya dan menghinanya. Sebab kakaklah yang diinginkannya tapi kakak pernah menyakitinya". Tutur Liza. Penuturan singkat ini seakan membuka mata Harry.

Harry tidak tau cara menghadapi wanita. Mungkin itulah yang membuat Annabelle mengkhianatinya. Harry bukan pria romantis yang perhatian terhadap kekasihnya. Dan Harry bukanlah orang yang peka dalam menyelami perasaan wanita. Dirinya bahkan terlalu tumpul menyadari kesalahannya.

Besok aku akan menemuinya, dan minta maaf kepadanya. Harry menegaskan hal itu kepada dirinya sendiri.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status