Share

4. Super Bossy.

Love you all.... 😍😍😍😍😍 enjoy ya.. 😘😘😘

πŸ€πŸ€πŸ€πŸ€πŸ€πŸ€πŸ€πŸ€πŸ€πŸ€πŸ€πŸ€πŸ€πŸ€πŸ€πŸ€

Cinta mengikat rambutnya dan membawa empat tempat bekal yang dia bawa pakai paper bag. Bekal itu dua miliknya dan dua lagi milik si bos. Cinta dengan semangat menuju tempat kerjanya dan setelah hampir satu jam dia mendayung sepedanya akhirnya dia sampai diperusahaan bergengsi di jakarta itu. Jika ada yang tanya kenapa Cinta suka naik sepeda alasannya karena lebih irit, dan juga dia bisa melalui jalan tikus dengan aman. Tidak perlu terjebak macet.

Cinta mengetuk pintu ruangan Bian yang dia tahu pasti Bian sudah disana, Karena dia sempat bertanya kepada security didepan pintu masuk tadi.

"Masuk," suara si bos membuat Cinta langsung membuka pintu kaca tapi tidak tembus pandang itu.

"Kau sudah datang? Naik sepeda lagi?"

Pertanyaan Bian membuat Cinta mendengus.

"Ya naik apa lagi pak? Orang saya cuma punya itu."

Bian memperhatikan wajah polos tanpa polesan make up Cinta. Dan Bian sepertinya lebih suka Cinta tidak memakai make up. Wajah Cinta yang seperti ini membuatnya semakin menginginkan Cinta terus berada didekatnya. Bian bahkan menelan ludahnya sendiri saat pandangan matanya jatuh dibibir merah muda milik Cinta.

"Kalau kamu mau mobil, saya bisa berikan?"

Cinta kaget mendengar hal itu, dia mulai ngeri melihat Bian sekarang. Tidak mungkinkan Bian mau memberinya mobil secara cuma-cuma padanya. Pasti pria ini ingin hal aneh-aneh darinya.

"Mana bekal saya?"

Cinta langsung kembali pada niatnya datang menemui Bian. Dan dia mengeluarkan dua bekal nasi berwarna merah dan satunya hitam. Dua tempat bekal itu dia beli semalam sore setelah pulang kerja.

"Pak yang merah itu untuk sarapan, dan yang hitam untuk makan siang".

Bian mengangguk dan dia menjalankan kursi rodanya untuk mendekat kepada Cinta yang masih berdiri didepan meja kerjanya.

"Cinta nanti siang kamu temani saya makan siang. Kita makan sama-sama."

Cinta langsung menggelengkan kepalanya.

"Ehm.. tidak bisa Pak. Saya takut nanti bapak terganggu."

"Kenapa saya harus terganggu. Saya cuma mau komplain masakan kamu secara terang-terangan agar kamu tahu."

Jleb

Cinta memang sudah kepedean. Kasian banget lo Cin, sok cantik sih. Bantin Cinta pada dirinya sendiri.

"Saya gak mau tau, kamu harus datang dan temani saya nanti siang. Anggap aja service kamu karena saya sudah katring sama kamu."

Belum Cinta menjawab Bian sudah berbicara lagi sambil mengecek ponselnya.

"Ehm.. Dan saya sudah transfer uang katring saya dan juga bekal kamu yang saya makan semalam."

Cinta akhirnya mengangguk. Dia pergi setelah berpamitan dengan Bian yang menatapnya datar, tapi setelah Cinta keluar Bian tersenyum puas.

"Ye.. Ye... Makan masakan yayang."

Bian memutar kursi rodanya riang bagai anak SD yang dapat hadiah sepeda dari orang tuanya.

***

Cinta berkutat dengan pekerjaannya dengan serius, kacamata yang selalu dia pakai setiap kerja membuat semua pria pasti mengira Cinta adalah wanita kutu buku.

Tepukan dibahu Cinta membuatny menoleh. "Woi.. Udah kerjanya, ayo istirahat. Loe makan di pantry kantor kan? Gue juga bawa bekal nih hari ini."

Cinta tersenyum merasa bersalah, membuat Iren teman dekatnya itu aneh.

"Sorry Ren, gue harus keruangan pak Bian."

Iren membulatkan matanya.

"Maksud loe pak Bian yang itu.."

Cinta mengerti pertanyaan Iren, dan bodohnya kenapa juga dia harus jujur sama Iren mengenai ini.

" Iya kan cuma ada satu Bian dikantor ini. Rada-rada loe, udah ah. Gue juga gak tau kenapa tadi gue disuruh keruangannya."

Cinta membawa tempat bekalnya dan agar Iren tidak mencurigainya dia membawa beberapa berkas asal dari mejanya.

"Kamu ke pantry duluan aja, ntar kalau udah selesai aku nyusul deh."

Iren hanya diam melihat Cinta yang buru-buru pergi. Pokoknya dia harus tanya apa yang dilakukan Cinta di ruangan pak Bian saat jam istirahat begini.

*****

Cinta mengetuk pintu dan kata "Masuk." dari Bian membuatnya membuka pintu dengan wajah kesal.

Cinta kesal karena Bian menstransfer uang ke Rekeningnya dengan jumlah fantastis, itu bukan untuk makan satu bulan. Tapi satu tahun.

"Kenapa bapak transfer uang ke saya banyak sekali?"

"Saya tidak berniat menerima deposito terlebih dahulu,"

Tanpa melihat sekitar Cinta langsung menyembur Bian dengan semua pertanyaan yang sudah dia tahan sedari tadi.

Diruangan itu ada Bella, dan Brian. Bella meneliti wanita yang menampakkan wajah kesalnya kepada Bian, sedangkan Brian menahan tawanya.

"Kamu bicara apa sih? Terima aja susah banget."

Bian menggerakkan kursi rodanya agar bisa lebih dekat dengan Cinta.

"Terima bagaimana Pak? Saya gak mau bapak beli"

Sontak perkataan Cinta yang terakhir membuat Brian mengeluarkan tawanya, dan Cinta langsung menutup mulutnya. Tawa Brian masih memenuhi ruangan itu, Bian kesal melihat Brian tertawa seperti itu. Bella langsung mencubit perut Brian agar pria itu diam. Dan ternyata cubitan Bella berhasil.

"Siapa juga yang mau membeli kamu Cinta."

"Lah terus?" Bian benar-benar tidak habis pikir dengan Cinta. Wanita ini senang dibungkam dengan uang, tapi saat dia memberikan lebih malah wanita ini marah kepadanya.

"Kamu gak secantik itu untuk membuat saya tergila-gila sama kamu."

Dan perkataan Bian menyakiti Cinta yang memang lagi mudah tersinggung.

Cinta langsung menundukkan wajahnya tanda dia sangat malu dan sedikit terusik dengan kalimat Bian.

"Ayo makan, saya sudah lapar."

Tanpa ingin membuat dirinya malu Cinta langsung menuruti kemauan Bian. Dia duduk disofa yang ada diruangan itu dengan diam. Brian dan Bella terus melihatinya penasaran.

"Loe kelewatan mas," Brian menegur Bian yang sedang membuka bekal makanannya.

Bian melihat wajah Brian dengan tatapan bertanya. Sontak Bella dan Brian melirik Cinta yang menunduk dengan arah mata mereka.

"Mas, kita permisi balik ya. Bye mas, bye Cinta." Bella langsung menarik Brian untuk ikut dengannya keluar ruangan sekarang juga.

Cinta masih menundukkan wajahnya, dan perlahan membuka bekalnya. Bian menarik nafasnya dalam lalu menggeser sedikit kursi rodanya agar bisa bersebelahan dengan Cinta.

"Cinta sorry, saya gak bermaksud begitu tadi."

"Iya pak saya mengerti. Maka dari itu saya akan kembalikan uang bapak, saya akan ambil uang yang semestinya bapak kasih sama saya saja."

Cinta melihat wajah Bian dan mencoba berekspresi biasa saja. Bian mengangguk dan memakan masakan Cinta yang sangat dia sukai.

Cinta jadi merasa tolol kenapa dia bisa berurusan dengan Bian sampai sejauh ini. Apa sebenarnya yang diinginkan pria ini? Mustahil jika Bian menyukainya. Dia cukup sadar diri dia siapa dan Bian siapa. Meski pria ini lumpuh, tapi dia yakin banyak wanita cantik yang ingin menjadi kekasihnya karena pria ini kaya raya.

"Aduh bos mau loe apa sih? Kok nyebelin banget." Cinta berbicara sendiri didalam hatinya.

Bersambung...

Moga suka ya...

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status