"Hall...". Belum selesai kalimat dari mulut Cinta, orang yang menelponnya langsung berbicara panjang lebar.
"Kenapa kamu lama sekali mengangkat telpon saya. Kamu siap-siap sekarang, supir saya akan menjemput kamu. Sepuluh menit lagi dia akan sampai."
"Tap.. Tapi... In.."
"Siap-siap love. Aku Bian, dan aku mau kamu temani nonton malam ini. Supir ku sudah didepan rumah kamu."
Cinta langsung berdiri dan keluar kamarnya, benar saja disana sudah ada mobil sedan berlogo BMW berwarna hitam dan seorang pria yang menunggunya."Kenapa anda selalu bertindak sesuka hati anda sih... Ah..."
Cinta kesal setengah mati tapi dia buru-burh mengganti pakaiannya. Celana jeans denim dan kaos polos berwarna putih yang membentuk tubuh Cinta. Tak lupa cardigan coklat juga dia pegang. Dan buru-buru keluar rumahnya setelah mengambil tasnya.Didepan rumahnya pria yang sudah berusia sekitar 40 tahun lebih menunduk hormat."Maaf mbak ini mbak Cinta?" Tanya bapak itu sopan.
"Iya pak, saya Cinta."
"Mari mbak, anda sudah ditunggu oleh pak Bian."
Bapak itu membukakan pintu mobil untuk Cinta, dan dengan canggung Cinta masuk kedalam mobil itu. Beberapa kali dia melihat supir Bian itu tapi mereka tidak berbicara apapun selain Cinta yang merasa konyol sendiri karena mengikuti semua kemauan bos nya itu.Apa-apaan ini, kenapa dia mau saja coba tadi disuruh. Tak lama mobil itu masuk kesebuah gedung tinggi dan Cinta tahu ini adalah apartment. Cinta turun dari mobil dan supir Bian mengantarkannya menuju unit Bian yang berada dilantai tiga puluh.Saat berada didepan pintu salah satu unit, Cinta ditinggalkan sendiri. Sebelum dia berteriak memanggil supir Bian itu, ponsel didalam tasnya berbunyi.
"Hallo"."Ingat kode nya, dan masuk setelah pintu itu terbuka. 3011AkiraJayker."
Cinta menekan kode itu dan pintu terbuka. Cinta masuk dengan wajah kesal mencari dimana keberadaan Bian.Tiba-tiba kursi Bian muncul dari dalam kamarnya dengan tersenyum manis. Tapi Cinta tidak perduli, kenapa ini bos suka sekali membuatnya kesal.
"Kenapa bapak meminta saya menemani bapak nonton? Dan ini apa? Nonton itu di bioskop."Pikiran Cinta adalah pasti Bian berotak mesum karena mengajaknya ke apartment pria ini.Suara tawa seseorang membuat Cinta menoleh kesumber suara. Disana ada dua pria dan satu wanita.
"Hahahhahaha... Hai Cinta? Kamu lucu banget kalau marah."Cinta membuka mulutnya karena melihat Pria tampan yang biasa muncul ditelevisi itu. Sudah tiga kali dia bertemu Brian karena berurusan dengan Bian."Biasa aja lihatnya. Ayo duduk, kita Movie Marathon." Bian mengajak Cinta duduk disofa yang sudah ada Brian, Bella satu pria yang Cinta tidak tahu siapa namanya.
Cinta sudah mengenal Brian, dan Bella tapi yang satunya dia tidak tahu."Dia tunangan ku, nama nya Revan."
Suara Bella membuat Cinta mengerti dan tersenyum, mereka berjabat tangan sebentar dan Cinta memilih duduk dikursi Sofa yang begitu empuk layaknya tempar tidur. Didepannya sudah begitu banyak cemilan, pop corn, bahkan dua ember KFC juga ada.Saat film dimulai ternyata mereka akan menonton film lama yang berjudul Freinds with benefit.Sepanjang film diputar Cinta terlihat serius menonton, sedangkan Brian yang paling usil dengan tertawa kencang membuat Bian kesal dan melemparkan satu butir pop corn kearah Brian.Bian mengambil posisi duduk disebelah Cinta dengan kursi rodanya. Cinta melihat Bian yang memperhatikam televisi didepan mereka, Cinta mengukir sedikit senyum memperhatikan wajah bahagia Bian saat ini.
Bian memang terlihat lebih tampan di jarak sedekat ini. Didalam hati Cinta dia bertanya, bagaimana pria ini menjalani kehidupannya dengan kursi roda seperti ini. Bian yang merasa diperhatikan sedari tadi menoleh kearah Cinta, membuat Cinta langsung gugup dan memalingkan wajahnya."Kamu kenapa melihatku seperti itu? Kasihan?"
Tanya Bian membuat Cinta kesal, karena Bian selalu memikirkan hal secara sepihak.Lalu Cinta melihat kearah Bella yang berdiri dari duduknya disusul oleh Revan. Wajah Bella terlihat khawatir."Sorry mas, aku harus kembali kerumah sakit. Barusan dikasih tau kalau ada pasien yang harus dioperasi malam ini."
Revan dan Bella keluar dari apartemen itu membuat ketiga orang itu sedikit terkejut dengan kepanikan Bella. Dan Cinta pun mulai tahu kalau Bella adalah seorang dokter."Kalau gitu, gue juga balik ke studio deh mas. Kalian nikmatin aja filmnya berdua."
Brian berpamitan kepada Bian dan juga Cinta. Cinta merasa tidak enak berduaan dengan Bian dan dia berinisiatif untuk juga kembali ke rumah nya."Pak, saya permisi pulang juga kalau gitu."
Cinta berdiri tapi Bian mengambil remote pintu apartemen nya dan Cinta mendengar jelas seperti bunyi pintu terkunci.Apa maksudnya ini, pikir Cinta."Kamu temani saya sampai film ini habis. Setelah itu kamu bisa pulang."
Cinta masih diam berdiri bagai patung mencerna kelimat perintah dari Bian, dan dia akhirnya memutuskam untuk duduk ditempatnya tadi.Sesekali mereka tertawa bersama saat adegan lucu film itu mereka lihat, dan semua itu begitu membuat Bian semakin terpesona dengan Cinta. Tawa Cinta sungguh membuat suasana hatinya membaik."Cinta," panggil Bian kepada Cinta yang terlihat masih fokus dengan film yang mereka lihat.
"Hm" jawab Cinta tanpa menoleh. Sedang Bian masih setia menatap dari samping wajah manis Cinta.
"Apa hal yang paling kamu inginkan dihidupmu."
Cinta langsung menoleh melihat Bian yang juga melihatnya."Kenapa bapak bertanya seperti itu pada saya?" Tanya Cinta akhirnya. Dan Bian tersenyum manis lalu menegakkan tubuhnya yang terasa kaku sejak dia bertanya tadi.
"Saya hanya ingin tahu saja, apakah kamu menginginkan hal yang sama dengan tokoh wanita itu."
Cinta tertawa dan Bian hanya bisa tersenyum bahagia melihat itu."Semua wanita didunia ini pasti menginginkan kisah cinta yang indah."
"Termasuk kamu?"
Tanya Bian cepat dan Cinta mengangguk. Untuk apa dia berbohong masalah hal seperti ini. Tapi tatapan bahagia dari Bian perlahan memudar menjadi pancaran kesedihan. Dipikirannya adalah dia tidak bisa mengabulkan keinginan Cinta itu. Dan dia tahu sebaiknya perasaannya dihentikan sampai disini. Pria sepertinya tidak pantas mendapatkan wanita sempurna seperti Cinta."Cinta kamu diantar pulang oleh supir saya saja. Filmnya juga sudah habis kan."
Wajah datar Bian terlihat, tapi Cinta tak menyadarinya."Saya naik bus saja pak."
"Tidak usah, lebih baik kamu diantar. Ini sudah malam. Dan saya tidak menerima bantahan dari kamu."
Cinta menggelengkan kepalanya melihat Bian yang sangat bossy."Cinta, besok saya ada pekerjaan keluar Negri. Jadi kamu tidak usah masak buat saya."
Cinta mengangguk dan dia pergi dari apartemen itu. Cinta sempat tersenyum kepada Bian dan mengucapkan selamat malam. Tapi Bian tidak tersenyum lepas seperti yang tadi dilihat Cinta."Pak Bian, bapak kalau senyum tulus ganteng loh."
Bersambung....
ππππππ makasih sudah mau membaca cerita ini. Tinggalkan jejak kalian ya..
Pagi ini cuaca mendung dan Cinta terpaksa menaiki Bus untuk bekerja. Sudah seminggu semenjak Bos nya itu mengatakan akan keluar Negri, dan sejak itu juga Cinta merasa ada yang aneh dengannya. Dia merasa tidak ada semangat untuk bekerja. Setelah menempuh perjalanan hampir satu jam untuk sampai ketempat kerjanya akhirnya Cinta bisa duduk didalam kubikelnya. Matanya tertuju pada sebuah kotak dan setangkai bunga. Cinta meraih bunga dan itu dan membaca gift card pada bunga itu. " for you love." gumam Cinta pada dirinya sendiri. Dilihatnya setangkai bunga mawar merah itu dan melanjutkan mengambil kotak berwarna emas yang berada diatas keyboard komputernya. Saat dibuka ternyata sebuah jam tangan indah ada disana. Ada sebuah kartu ucapan juga dan Cinta mengambilnya. Meletakkan bunga dan kotak jam itu. " aku akan senang jika kau memakainya. Setidaknya hargai pemberianku." Cinta mengkerutkan keningnya. Sepertinya tidak mungkin jik
Satu hari setelah pingsannya Cinta diruang rapat yang membuat kehebohan itu Bian tidak bisa tenang, dia terus memikirkan apa hubungan Kevin dengan Cinta. Wanita yang belakangan ini terus berada dipikirannya, bahkan Kevin meminta ijin saat jam kerja demi menjaga Cinta yang berada dirumah sakit. Setelah dibawa kerumah sakit ternyata Cinta demam terlalu tinggi, sehingga hidungnya mengeluarkan darah. Hari ini pun wanita itu wanita itu masih belum masuk kerja karena masih dirawat. Bian sudah mencari tahu keadaan Cinta melalui orang suruhannya dan kondisi Cinta sudah membaik. Saat dirinya masih memikirkan hubungan Cinta dan Kevin, ditempatnya Cinta juga memikirkan apa sebenarnya tujuan Kevin mendekatinya. Apakah pria ini memiliki perasaan untuknya? Kevin memang tampan, dan juga mapan. Tapi benarkah Kevin memiliki perasaan untuknya?? Seorang wanita yatim piatu dan miskin. Cinta melihat buket bunga dan juga buah-buahan yang tidak ada nama pengirimnya itu. Tapi
Cinta tak percaya dengan apa yang dia lihat saat ini. Dia berada disebuah helikopter bersama Bian, ntah kemana Bian akan membawanya. Setelah itu dia merasakan helikopter semakin turun dan mereka sudah berada didepan sebuah gedung putih. " kita dimana?" tanya Cinta penasaran saat akan memasuki pintu besar berwarna putih itu. "Ini rumah impianku." jawab Bian dan Cinta takjub. Ini rumah, dia pikir ini sebuah hotel atau museum karena tadi dari luar rumah ini begitu mewah. Dan saat masuk didalamnya Cinta juga kagum, sangat berkelas dengan gaya Eropa klasik yang memenuhi desain rumah ini. "Kenapa bapak membawa saya kerumah bapak?" tanya Cinta yang masih berjalan disebelah Bian. Sedangkan Bian berjalan menggunakan kursi rodanya. "Ntah la, saya hanya merasa butuh kamu saat ini." "Apa ini di Jakarta?" Bian menggelengkan kepalanya. "Jika di Jakarta kita tidak akan berlama-lama
Satu bulan kemudian.... Cinta sedang berjalan ke arah ruangan Bian, sudah sebulan ini hubungan mereka sangat baik, setelah kembali dari Bali bulan lalu Bian menunjukkan perhatiannya kepada Cinta. Bahkan Bian menampakan ketidak sempurnaannya kepada semua karyawannya saat mencari keberadaan Cinta di pantry kantor. Dan semenjak itu seluruh manusia di kantornya heboh akan kondisinya juga heboh dengan hubungannya dengan Cinta. Bian tidak lagi memperdulikan itu. Dia hanya ingin melihat senyuman Cinta dan menggenggam tangan wanita itu. Seperti saat ini. Cinta menyuapi Bian yang terlihat manja dan sesekali tawa mereka pecah secara bersamaan. Cinta begitu bahagia bisa bersama Bian, bukan karena harta atau ketampanan Bian. Tapi Bian mampu mengetahui segala sesuatu yang Cinta rasakan ataupun inginkan. Berbeda dengan Kevin yang juga mendekatinya tapi seperti terlalu memaksakan kedekatan mereka, dan dia tidak merasakan getaran aneh dihatiny
Oma dan Opa Bian memperhatikan wanita muda cantik yang dibawa Bian dan Bian mengatakan kalau wanita ini teman special bagi Bian. Karena penasaran Oma Evelyn mendekati Cinta yang terlihat ketakutan. " hei nona, kamu kenapa terlihat takut. Kami disini tidak akan menggigit atau memutilasimu." senyuman Oma Evelyn membuat Cinta sedikit tenang. " ayo duduk disini sama Oma. Kenalkan saya Oma Evelyn, Oma nya Bian." Cinta mengangguk dan menyambut tangan Oma itu dengan senyuman. " saya Cinta Oma. Saya teman dan karyawan nya pak Bian." Oma Evelyn mengangguk dan mengajak Cinta duduk didekatnya. Sementara mama Bian dan papamya melihat wanita yang dibawa Bian dengan penuh selidik. " kalian yakin hanya teman?" Pertanyaan tante Bianca membuat Bian menggelengkan kepalanya sementara yang lain menunggu jawaban dari Cinta. " benar bu, saya teman pak Bian." "ckckck.. Jangan panggil saya
Cinta memarkirkan sepeda nya dan langsung menuju ke kubikelnya. Rutinitasnya setiap pagi di kantor kembali dia lakukan, hanya saja pagi ini dia tidak langsung mengantarkan bekal bos Bian nya, dia menunggu sekertaris bosnya itu datang agar bisa dia titipkan, Cinta sudah memikirkan semua ini semalam. Setelah semalam dia melihat Bain marah, dia tidak lagi mau berhubungan terlalu jauh dengan pria itu. Jika teman, maka ayo lakukan layaknya seorang teman.Setelah kantor mulai ramai, Cinta menaiki lift untuk keruangan Bian. Disana dia melihat Desi sekertaris Bian yang cantik itu sedang memeriksa beberapa berkas. "Hai Des," sapa Cinta sambil tersenyum."Eh Cinta, loe mau ketemu pak Bian ya? Pak bos ada sih, tapi lagi ada tamu." Cinta mengernyit mendengar kata tamu, sepagi ini ada tamu. Siapa?? Pikir Cinta penasaran."Yang gue tau sih, itu mantan tunangan pak bos. Loe mau nunggu atau ntar gue kasih tau kalau wanita itu
Saat pintu tertutup, sunyi menerpa Cinta. Dia tidak tahu apa yang akan dilakukan Bian dengannya, saat kursi roda pria itu berbalik Cinta menanti apa yang akan dikatakan pria itu."Ayo duduk, kita makan bersama." Bian mengambil bekal makan yang dibuatkan Cinta untuknya, dengan satu tangannya pria itu sudah membawa bekal itu kearah sofa. Tapi dia berhenti dan melihat tidak ada gerakan dari Cinta. Bian membalik tubuhnya melihat wajah Cinta yang menatapnya seperti memohon. "Ada apa?" Cinta mulai terlihat sangat panik."Pak bisakah saya kembali ke ruangan saya? Saya banyak pekerjaan pak." Bian mengeraskan rahangnya mendengar apa yang disampaikan Cinta. Wanita ini benar-benar ingin membuatnya hilang kendali."Apa kau ingin menjauhiku?" Cinta diam tak bereaksi, dia menunduk dengan tangannya yang saling bertautan."Ah.. Ya,
Hujan melanda ibukota Jakarta, Cinta yang biasa bersepeda kini harus menaiki bus untuk pergi ke tempat kerjanya. Cinta tidak suka naik bus, dia lebih suka berpanas-panasan dengan sepedanya dari pada harus berdesak-desakan dengan orang-orang yang ada di dalam bus. Seperti saat ini, dia harus menunggu sekitar lima belas menit lagi untuk sampai di halte tempatnya bekerja. Berjalan kaki sebentar lalu sampailah dia di perusahaan Jayker's grup ini. Cinta menutup payung saat dia tiba didepan lobby kantor, dan disana pak bos tercinta sudah menunggu dirinya. Bian tersenyum melihat Cinta-nya datang pagi ini dengan wajah yang ceria meski langit sedang mendung. "Hai my preety, kamu bahagia sekali?" Bian dan Cinta lalu berjalan beriringan menuju lift kantor. Bian dengan kursi rodanya, dan Cinta yang berjalan sambil menenteng semua barang bawaannya. Tempat bekal, payung, tas kerja, dan berkas pekerjaannya