Home / Romansa / Luapan Gairah Panas Ayahmu / Bab 17. Cemburu yang Tak Boleh Ada

Share

Bab 17. Cemburu yang Tak Boleh Ada

Author: Ucing Ucay
last update Last Updated: 2025-08-24 21:08:48

Sabtu sore itu langit Jakarta murung. Awan kelabu menggantung rendah, seakan hendak menumpahkan hujan, tapi entah kenapa memilih hanya menggoda. Alesha sebenarnya sudah menyiapkan niat untuk mengurung diri di kamar—menyelesaikan bab analisis skripsinya yang makin menumpuk. Tapi takdir berkata lain.

“Please, dong, Lesh.”

Zira menautkan lengannya di lengan Alesha ketika mereka keluar dari lift apartemen. Langkahnya ringan, senyum manis tak pernah lepas dari wajahnya. Kontras sekali dengan hati Alesha yang sejak pagi terasa berat.

“Sekali ini aja. Aku suka banget sama cowok ini, tapi dia ngajak temennya juga. Masa aku harus ketemuan sendirian? Gak seru banget kan?”

Alesha sempat berhenti di lorong, menarik napas panjang. Ia tahu, jika Zira sudah mulai merengek dengan nada seperti itu, menolak hampir mustahil. “Zi, aku males ketemu orang asing. Aku punya—” kalimatnya terhenti begitu saja. Lidahnya kelu.

Apa yang sebenarnya ia punya?

Hubungan?

Larangan?

Rahasia?

Ia belum sanggup menyebut n
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Luapan Gairah Panas Ayahmu   Bab 45. Posesif

    Udara pagi Jakarta masih lembap saat Alesha akhirnya berhasil merapikan dirinya. Blus putih yang lebih tertutup sudah terpasang rapi, rok diganti dengan yang sedikit lebih panjang, rambut diikat sederhana. Meski begitu, aura cantiknya tetap saja memikat.Rayhan memperhatikannya dari pintu kamar, lengan terlipat di dada. Ada kebanggaan, ada rasa lega, tapi juga ada api cemburu yang tak padam.“Kamu kelihatan lebih … cocok begini,” katanya pelan.Alesha melirik sekilas, mendesah jengkel. “Kamu puas sekarang?”Rayhan hanya mengangkat bahu, lalu meraih tasnya. “Ayo, aku antar. Kamu udah telat.”"Siapa yang buat aku telat?" gerutu Alesha. Tapi semakin membuat Rayhan mendengus tawa. Mobil hitam Rayhan meluncur keluar dari basement apartemen. Jalanan mulai padat, klakson bersahut-sahutan, tapi di dalam kabin terasa sepi. Hanya ada suara pendingin udara dan detak jantung Alesha yang ia coba kendalikan.Rayhan duduk di belakang kemudi dengan wajah serius, satu tangan menggenggam setir. Tapi t

  • Luapan Gairah Panas Ayahmu   Bab 44. Pagi yang Membakar Batas

    Suara getar pelan dari meja nakas membangunkan Rayhan. Ia membuka mata dengan berat, kelopak masih lengket oleh kantuk. Sekilas ia mendengar napas teratur Alesha di sampingnya, tubuh mungil itu terbungkus selimut tipis, wajahnya damai dalam tidur.Rayhan tersenyum kecil—perasaan yang belakangan sering ia alami. Damai. Bahagia. Dan sekaligus takut.Ponsel bergetar lagi. Dengan hati-hati agar tidak membangunkan Alesha, Rayhan meraih benda itu. Layar menyala, menampilkan nama yang membuatnya tercekat: Zira.“Shit …,” bisiknya, duduk perlahan.Ia menekan tombol hijau, mencoba menetralkan suaranya.“Halo, Nak … ada apa pagi-pagi begini?”Suara Zira terdengar di seberang, agak serak karena baru bangun. “Papa … semalam nggak pulang?”Rayhan menelan ludah. Ia melirik sekilas ke arah Alesha yang masih terlelap. Selimut sedikit bergeser, menampakkan pundak telanjangnya. Seketika dadanya sesak, antara panik dan ingin lagi.“Papa … ada pasien gawat,” Rayhan akhirnya menjawab. “Operasi darurat. Ak

  • Luapan Gairah Panas Ayahmu   Bab 43. Tak Bisa Berhenti. 

    Alesha berdiri di depan cermin, tubuhnya hanya dibalut handuk. Rambutnya tergerai, wajahnya sedikit pucat, dan matanya masih merah karena beberapa hari terakhir sulit tidur. Sejak Zira mulai dingin padanya, Alesha merasa dadanya makin sesak. Rasa bersalah menempel seperti noda yang tak bisa dicuci bersih.Alesha keluar dari kamar mandi, rambutnya masih basah meneteskan air ke bahu. Handuk kecil ia tekan-tekan pelan ke helai panjangnya. Saat membuka pintu kamar, ia tertegun—Rayhan sudah duduk di tepi ranjang, jas kerjanya terlipat rapi di kursi, dasi tergantung begitu saja di sandaran.“Om …?” Alesha refleks merapatkan handuk di dada. “Kok bisa masuk?”Rayhan menoleh, tatapannya berat dan dalam. “Aku kangen kamu,” ucapnya tanpa menjawab apa yang Alesha tanyakan. “Aku—” kalimatnya terhenti ketika Rayhan berdiri, langkahnya mantap mendekat. Dengan mudah ia menarik handuk dari tangan Alesha, menjatuhkannya ke lantai. Jemarinya menyapu sisa tetesan air di kulit leher Alesha, lalu berhenti

  • Luapan Gairah Panas Ayahmu   Bab 42. Tak Bisa Sembunyi Lagi

    Rayhan mengusap punggungnya, menenangkan. “Kamu luar biasa, Lesha.”Alesha tersenyum kecil, meski matanya berat. “Kamu juga … gila.”“Kegilaan yang gak akan aku sesali,” balas Rayhan, mengecup keningnya.Malam itu, mereka tak hanya tenggelam dalam dua ronde. Mereka tenggelam dalam perasaan yang terlalu dalam untuk dihapus.Dan meski dunia di luar bisa runtuh kapan saja, di kamar itu… hanya ada mereka berdua.Hanya candu.Hanya cinta.Yang tak bisa berhenti.***Beberapa hari terakhir, hidup Alesha terasa seperti berada di tepi jurang. Setiap langkah kecil yang ia ambil bisa membuatnya jatuh kapan saja. Zira semakin dingin, semakin sulit diajak bicara. Dan Rayhan… laki-laki itu seolah makin tak bisa menahan diri untuk selalu berada di dekatnya.Di rumah sakit, gosip mulai berembus. Nadya, suster yang terkenal cerewet di nurse station, tanpa sadar menambah beban pikiran Rayhan.“Dokter Rayhan kayaknya jatuh cinta lagi, ya?” Nadya menoleh pada rekannya sambil merapikan tumpukan berkas.S

  • Luapan Gairah Panas Ayahmu   Bab 41. Malam Panas. 

    Mereka bergerak bersama, berulang kali, sampai batas antara benar dan salah kabur. Sampai waktu kehilangan makna. Sampai satu-satunya hal yang ada hanyalah detak jantung keduanya yang berpacu.Beberapa jam kemudian, keheningan menyelimuti.Alesha terbaring di dada Rayhan, napasnya mulai teratur. Tangannya masih melingkari pinggang pria itu, seolah takut jika melepaskan, semuanya akan hilang.“Rayhan .…” Suaranya pelan.“Hm?”“Kalau Zira tahu … kalau semua orang tahu … apa yang akan kamu lakukan?”Rayhan diam lama. Jantungnya berdetak kencang di bawah telinga Alesha.“Aku akan menjagamu,” jawabnya akhirnya. “Dan aku akan jujur pada Zira, saat waktunya tiba.”Alesha menutup mata. Kata-kata itu menenangkan, tapi juga menakutkan.Karena ia tak tahu kapan “waktunya” itu akan datang. Dan berapa besar harga yang harus mereka bayar ketika kebenaran itu terbuka.Namun malam itu, di kamar kecil apartemen sederhana, keduanya memilih untuk tidak memikirkan esok.Karena malam itu, mereka hanya tah

  • Luapan Gairah Panas Ayahmu   Bab 40. Tak Bisa Berhenti

    Alesha duduk di tepi ranjang apartemennya, lampu kamar hanya menyala temaram. Ponselnya tergeletak di atas bantal, layar masih menampilkan chat terakhir dari Zira. Hanya satu emoji datar. Itu saja.Beberapa hari lalu, setiap pagi selalu ada sapaan hangat dari Zira. Obrolan ringan tentang tugas kuliah, gosip teman sekelas, atau sekadar rekomendasi drama Korea terbaru. Semua terasa biasa, wajar, menyenangkan. Tapi kini … hampa.Alesha menekan ikon panggilan, menunggu sambungan. Sekali. Dua kali. Tiga kali. Hanya nada tunggu yang tak pernah terjawab. Sesekali Zira membalas dengan singkat, seolah hanya formalitas.Zira menjauh.Dan Alesha tahu alasannya. Ia mungkin belum mendengar secara langsung, tapi ia bisa merasakan. Gadis itu melihat sesuatu, mencurigai sesuatu.Perasaan bersalah menusuk dadanya. Ia ingin mundur, ingin menyerah, ingin jujur. Tapi bagaimana mungkin ia menghancurkan dunia Zira dengan satu pengakuan?Lebih dari itu—bagaimana mungkin ia menghentikan Rayhan?Nama itu saja

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status