Home / Romansa / Luapan Gairah Panas Ayahmu / Bab 52. Diperbolehkan Pulang. 

Share

Bab 52. Diperbolehkan Pulang. 

Author: Ucing Ucay
last update Huling Na-update: 2025-09-15 09:21:08

“Aku masuk, ya?” suaranya dalam, berat, tapi hangat—suara yang selalu punya cara menenangkan sekaligus mengguncang hati Alesha.

Ia hanya mengangguk pelan. Ada rindu samar di matanya, meski ia tak berani mengucapkannya.

Rayhan menutup pintu dengan perlahan, melangkah mendekat. Kursi di samping ranjang ia tarik, lalu duduk di sana. Tangannya—besar, kokoh, tapi selalu terasa hangat—menyentuh punggung tangan Alesha. Sentuhan itu pelan, hati-hati, seakan takut terlalu kuat akan menyakiti.

“Arif nggak bisa jemput,” ucap Rayhan dengan nada lirih. “Dia harus langsung ke bandara. Ada meeting mendadak di Eropa. Katanya minta maaf … dan titip kamu padaku.”

Alesha menunduk. Kata-kata itu menohok lebih dalam dari yang ia kira. Tenggorokannya tercekat, rasa sesak merayap naik. Bukan hanya karena sakit fisik, tapi karena perasaan ditinggalkan yang terlalu sering ia telan sejak kecil.

“Kenapa selalu begitu, ya …,” bisiknya pelan. “Aku bahkan belum benar-benar sembuh ….”

Rayhan menatapnya tanpa berked
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Luapan Gairah Panas Ayahmu   Bab 180. Hampir Ketahuan. 

    Rayhan mencium kening Alesha, ciuman itu kini berubah menjadi penuh penyesalan dan keputusasaan. “Kamu lihat apa yang kamu lakukan, Sayang? Kamu membuatku kehilangan kendali. Ini tidak boleh terjadi lagi di sini. Tidak di bawah atap ini,” bisiknya, suaranya dingin dan tajam. “Di sini terlalu berbahaya. Kamu mengerti?”"Iya, Om." ​Alesha mengangguk lemah, air mata hampir keluar, bukan karena kesenangan tetapi karena rasa bersalah yang langsung menghantamnya. Ia bangkit, merapikan pakaiannya yang kusut dengan tangan gemetar. Ia harus bergegas. Ia tidak berani menatap Rayhan.​Rayhan membetulkan kursi pengemudi, tangannya gemetar. Ia mengambil buku medisnya—alasan palsunya—dan menatap Alesha dengan tatapan dingin. “Tunggu lima menit. Pastikan kamu sudah tenang. Lalu masuk. Bertinggalah normal. Kita tidak pernah berada di sini.”​Alesha mengangguk. Ia menunggu, sendirian di dalam mobil yang pengap, merasakan bekas guncangan yang baru saja ia ciptakan. Ia sadar, ia telah mengambil risiko t

  • Luapan Gairah Panas Ayahmu   Bab 179. (++) Memabukan

    Tangan Rayhan menelusup di balik kaus oversize Alesha, menarik kain tipis itu ke atas. Ia mencari kulit halus di punggungnya, lalu bergerak semakin ke bawah, menekan paha Alesha agar ia merapatkan dirinya semakin erat ke Rayhan. Gerakan mereka terbatas, terkendala oleh setir, pintu mobil, dan konsol tengah.​Di dalam mobil yang sempit, menanggalkan pakaian terasa sulit, lambat, dan sangat berisiko, menekankan betapa cepat mereka harus bertindak. Ini adalah momen penanggalkan identitas mereka sebagai Ayah dan Sahabat Zira.Rayhan dengan kasar menarik celana piyama Alesha, meremas kain itu dengan frustrasi. Alesha membantu, kaos itu kini terbuka, jatuh di kursi mobil, menjadi simbol identitas formal Rayhan yang mereka berdua robek dalam kegelapan.​Rayhan merespons pelepasan pakaian itu dengan tarikan kuat yang hampir menyakitkan, menarik Alesha semakin erat ke pangkuannya. ”Ahhh ... Om!”“Diam, Sayang,” desah Rayhan, melihat ekspresi takut dan gairah di wajah Alesha. “Aku akan menguru

  • Luapan Gairah Panas Ayahmu   Bab 178. (++) Guncangan di Parkiran

    ​Alesha langsung berdiri, berakting polos. “Mau kuambilkan, Om?”​“Tidak perlu. Dingin di luar. Kamu di sini saja,” Rayhan tersenyum ramah, tetapi tatapan matanya menyimpan kilatan peringatan yang hanya dimengerti oleh Alesha.​Rayhan keluar, menuju garasi yang terletak di samping rumah. Alesha menunggu hitungan kelima. Ia mematikan televisi, memastikan tidak ada cahaya yang terlalu mencolok yang bisa bocor keluar, lalu mengikutinya dengan langkah tanpa suara ke pintu depan. Ia tidak peduli ini adalah inisiatif yang berbahaya dan bodoh. Gairah itu terlalu besar, dan rasa bersalahnya menuntut untuk ditenangkan dengan kebenaran hasrat Rayhan.​Rayhan sudah duduk di kursi pengemudi di dalam mobil SUV mewahnya. Kunci sudah ia masukkan untuk menyalakan lampu interior, dan ia baru saja meraih tas berisi buku medis di kursi penumpang, saat pintu samping terbuka cepat.​Alesha masuk, menutup pintu dengan klik yang tertahan, hampir tidak terdengar, disembunyikan oleh tebalnya malam dan tembok

  • Luapan Gairah Panas Ayahmu   Bab 177. Overprotective

    ​Sepuluh menit kemudian, Rayhan kembali. Ia sudah berganti pakaian dengan kaus abu-abu longgar dan celana training hitam—pakaian rumahan yang sangat santai, yang membuat otot-ototnya terlihat lebih menonjol. Aromanya telah berganti dari desinfektan menjadi aroma cologne maskulin yang segar dan bersih.​Kehadirannya di meja makan adalah siksaan bagi Alesha. Malam ini, mereka duduk dalam skenario keluarga yang normal, tetapi di bawahnya, ada arus listrik yang membakar.​Alesha menghindari kontak mata. Ia hanya fokus pada piringnya.​Rayhan mulai beraksi. Tiba-tiba, ia meraih sendok sup dan menyendokkan sedikit sup ayam ke piring Alesha.​“Kamu kurang nutrisi, Lesh. Terlihat dari lingkaran hitam di bawah matamu. Pasti begadang lagi untuk skripsi,” ujar Rayhan, suaranya terdengar prihatin, tetapi ada nada kepemilikan terselubung di dalamnya.​Alesha terkejut. “Eh, t-terima kasih, Om. Tapi aku bisa ambil sendiri.”​“Tidak apa-apa. Kamu tamu kami,” balas Rayhan, menyendokkan potongan daging

  • Luapan Gairah Panas Ayahmu   Bab 176. Intensitas Dramatis

    Alesha mulai menghitung jam. Pukul delapan malam. Rayhan, sebagai dokter ortopedi senior di rumah sakit swasta, biasanya pulang sangat larut. Ia memiliki sedikit waktu untuk menikmati kebersamaan santai ini sebelum teror itu datang.​“Kenapa sih, kamu terlihat tegang?” tanya Zira, menyikut lengan Alesha. “Kayak kamu mau ketemu calon mertua aja.”​Alesha terbatuk, pura-pura tersedak cokelat panasnya. “Apaan sih, Ra! Enggak. Aku cuma pusing sama tugas kuliah yang menumpuk.”​Calon mertua … Alesha bahkan tidak berani memikirkan Rayhan dalam konteks itu. Hubungannya dengan Rayhan masih mengambang, terombang-ambing antara godaan, kontak mata yang terlalu lama, dan pesan singkat yang tiba-tiba datang di tengah malam. Semua terjadi secara rahasia, di belakang Zira.​Zira tidak tahu apa-apa. Bagi Zira, Rayhan hanyalah ayah yang sibuk dan protektif, dan Alesha hanyalah sahabat terbaiknya. Zira adalah peredam sempurna yang memungkinkan Rayhan dan Alesha untuk berada di ruang yang sama tanpa har

  • Luapan Gairah Panas Ayahmu   Bab 175. Malam di Bawah Satu Atap

    Rayhan mencoba memikirkan solusi: Bagaimana cara main aman?​Bertemu di luar kota? Terlalu berisiko, seperti yang sudah pernah terjadi.​Mengatur perjalanan bisnis palsu? Bisa, tapi hanya sesekali.​Menggunakan alibi rumah sakit? Itu sudah hampir habis masa pakainya.​Rayhan tidak menemukan solusi yang aman. Ia hanya menemukan kenyataan yang memberatkan: ia harus mempertaruhkan segalanya demi Alesha.​Amarahnya kemudian beralih ke sumber masalah awal: Livia.​“Ini semua karena Livia yang berulah!” Rayhan menggeram. “Wanita itu tidak pernah bisa melihatku bahagia! Dia memanfaatkan Arif, dia menggunakan Zira, dia menciptakan masalah di mana tidak ada masalah!”​Rayhan yakin, jika Livia tidak mengirim foto itu kepada Arif, dan jika Livia tidak menemui Arif di Padel, ia dan Alesha akan bisa menjalani hubungan rahasia mereka dengan lebih tenang. Livia adalah biang keladi dari semua tekanan dan risiko yang ia hadapi.​Rayhan menginjak pedal gas, melaju kencang di jalanan sepi. Ia harus pula

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status