Home / Romansa / Luapan Gairah Panas Ayahmu / Bab 76. Suara di Balik Pintu

Share

Bab 76. Suara di Balik Pintu

Author: Ucing Ucay
last update Last Updated: 2025-09-28 09:32:09

Kantin masih riuh. Gelas-gelas berbenturan, tawa mahasiswa meledak di beberapa meja, dan denting sendok terdengar jelas. Tapi di telinga Alesha, semuanya kabur, seperti gema jauh yang tak masuk ke kepalanya.

Ia menunduk, menutup ponselnya rapat-rapat, seolah benda kecil itu bisa meledak kapan saja.

“Zir, aku ke toilet sebentar ya,” katanya tiba-tiba, suara serak.

Zira menoleh sambil masih mengunyah kentang goreng. “Oke. Aku tungguin di sini.”

Alesha berusaha tersenyum, lalu bangkit. Langkahnya terasa berat saat meninggalkan meja. Jantungnya berdegup terlalu kencang, sampai ia merasa orang-orang di kantin bisa mendengarnya.

Toilet perempuan berada di ujung koridor. Begitu pintu tertutup, suara riuh kantin langsung teredam. Ruangan putih itu sepi, hanya ada dengung AC dan samar tetesan air dari keran.

Alesha masuk ke bilik paling pojok, menutup pintu, lalu bersandar di dinding dingin. Tangannya masih gemetar saat meraih ponsel. Ia menekan tombol rekam voice note, suaranya tercekat sejak
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Luapan Gairah Panas Ayahmu   Bab 81. Bertemu di Dapur. 

    Malam sudah dalam. Hujan deras yang sedari senja turun kini tinggal sisa rintik, menetes pelan di atap rumah keluarga itu. Jam dinding di ruang keluarga menunjuk hampir pukul satu dini hari. Semua penghuni rumah terlelap dalam tidurnya, kecuali satu orang: Alesha.Ia berbaring di ranjang empuk kamar Zira, tapi matanya menolak tertutup. Cahaya lampu tidur remang-remang hanya membuat pikirannya makin bising. Di sampingnya, Zira sudah terlelap sejak lama, bernapas pelan dengan posisi meringkuk.Alesha menatap langit-langit kamar, lalu menoleh ke jendela yang tertutup tirai tipis. Suara rintik hujan masih terdengar samar, beradu dengan desir angin. Ia merasa gelisah. Entah karena suasana asing dari rumah besar itu, atau … karena sosok seseorang yang terus membayang di kepalanya.Rayhan.Nama itu muncul tanpa diundang. Setiap kali ia mencoba memalingkan hati, bayangan pria itu semakin kuat menjerat. Tadi sore, di ruang keluarga, tatapan mereka berulang kali bersua. Bahkan di depan Zira sek

  • Luapan Gairah Panas Ayahmu   Bab 80. Hujan Deras. 

    Alesha buru-buru menunduk, pura-pura sibuk dengan kertas kado. Ia takut Zira membaca sesuatu di wajahnya.Beberapa kali, situasi kecil kembali menciptakan jarak yang penuh ketegangan.Saat Alesha meraih kotak kado di pojok, tangannya hampir bersentuhan dengan tangan Rayhan yang juga ikut merapikan meja. Keduanya sama-sama menarik tangan dengan cepat, tapi justru itu membuat momen makin jelas terasa.“Aku taruh sini saja ya,” kata Rayhan pelan, suaranya nyaris berbisik ke arah Alesha.“Baik, Dok—eh, Om,” Alesha tergagap.Rayhan menahan senyum tipis, lalu mundur perlahan.Zira masih sibuk dengan boneka baru, tidak memperhatikan apa pun.Waktu berjalan, tumpukan kado berkurang satu demi satu. Hingga tanpa terasa, senja berubah jadi malam. Rintik hujan terdengar di luar, makin lama makin deras.Alesha duduk bersila di karpet, sedikit letih. Rambutnya jatuh ke bahu, pipinya memerah karena udara hangat.Rayhan, dari sofa, mengamati dalam diam. Ada sesuatu pada cara Alesha menghela napas, pa

  • Luapan Gairah Panas Ayahmu   Bab 79. Getaran di Ruang Keluarga 

    Beberapa saat kemudian, Zira menepuk bahu Alesha. “Aku haus, ayo ke dapur ambil minum.”Mereka berdiri. Rayhan menoleh, menutup sejenak tabletnya. “Boleh ambilin Om juga segelas, Lesh?” katanya santai.Alesha mengangguk cepat. “Iya, Om.”Langkah mereka menuju dapur terasa aneh bagi Alesha, seolah ada sepasang mata yang mengikuti tiap geraknya.Di dapur, Zira sibuk mencari kue di kulkas. Alesha menuang air ke gelas, tangannya sedikit gemetar.“Lesh, kamu kenapa sih? Dari tadi kayak nggak fokus,” tanya Zira sambil melirik.“Enggak kok. Mungkin capek aja,” jawab Alesha, buru-buru meneguk air.Zira tidak curiga. Ia kembali asyik dengan kudapan, sementara Alesha berusaha mengatur napas.Mereka kembali ke ruang keluarga, membawa minuman dan sepiring kue. Alesha meletakkan segelas air di meja kecil dekat Rayhan. “Ini, Om,” ucapnya singkat.Rayhan mengangguk, pandangan matanya menahan sesuatu. “Terima kasih, Lesha.” Suaranya pelan, tapi cukup membuat Alesha menunduk buru-buru.Zira tidak sada

  • Luapan Gairah Panas Ayahmu   Bab 78. Pandangan yang Terlalu Lama

    Suara riuh mahasiswa di kantin siang itu memenuhi udara, aroma nasi goreng dan mie instan bercampur dengan asap kopi sachet yang mengepul dari meja-meja kecil. Alesha mengaduk jus alpukatnya dengan sendok, matanya sesekali melirik ke arah pintu kantin, seolah mencari udara segar di tengah kebisingan.Zira duduk di hadapannya, sedang sibuk menyendok ayam penyet ke mulut. “Lesh, habis ini jangan buru-buru pulang, ya,” katanya dengan mulut penuh, lalu meneguk es teh manisnya.Alesha menoleh, keningnya berkerut. “Kenapa?”“Aku mau kamu ikut ke rumah, sekalian buka kado-kado yang kemarin belum sempat. Banyak banget, aku sampai pusing sendiri. Bantuin aku, please?” Zira meraih tangan Alesha, menggoyangnya manja.Alesha terdiam sejenak. Rumah Zira berarti … Rayhan. Pria itu, ayah sahabatnya sendiri, sekaligus rahasia yang ia simpan dalam-dalam. Rasanya belum siap berhadapan lagi setelah malam-malam yang membekas. Tapi menolak Zira? Itu sama saja menimbulkan kecurigaan.“Ya sudah,” jawab Ales

  • Luapan Gairah Panas Ayahmu   Bab 77. Memainkan Peran. 

    Langkah Alesha kembali ke kantin terasa seperti melewati lorong panjang penuh tatapan, meski sebenarnya tak ada seorang pun yang memperhatikan. Jantungnya masih berdegup kencang, telapak tangannya basah dingin. Ia baru saja menghapus pesan itu, pesan berisi foto dirinya bersama Rayhan di parkiran semalam, lengkap dengan caption singkat yang membuat dadanya sesak. Nomor tak dikenal itu jelas bukan orang asing. Hanya ada satu orang yang punya motif: Livia.Alesha menarik napas panjang, lalu mendorong pintu kantin. Suara riuh mahasiswa, derit kursi, dan aroma nasi goreng langsung menyambutnya. Ia memaksa wajahnya tenang, senyumnya muncul tipis. Kamu harus terlihat biasa. Jangan biarkan Zira membaca wajahmu.Zira masih di meja yang sama, menunduk menatap layar ponselnya. Di sampingnya ada nampan dengan sisa makanan. Rambut panjangnya tergerai, kacamata tipis bertengger di hidung, memberi kesan serius tapi manis. Begitu melihat Alesha, ia langsung menegakkan tubuh.“Kok lama banget, Lesh?

  • Luapan Gairah Panas Ayahmu   Bab 76. Suara di Balik Pintu

    Kantin masih riuh. Gelas-gelas berbenturan, tawa mahasiswa meledak di beberapa meja, dan denting sendok terdengar jelas. Tapi di telinga Alesha, semuanya kabur, seperti gema jauh yang tak masuk ke kepalanya.Ia menunduk, menutup ponselnya rapat-rapat, seolah benda kecil itu bisa meledak kapan saja.“Zir, aku ke toilet sebentar ya,” katanya tiba-tiba, suara serak.Zira menoleh sambil masih mengunyah kentang goreng. “Oke. Aku tungguin di sini.”Alesha berusaha tersenyum, lalu bangkit. Langkahnya terasa berat saat meninggalkan meja. Jantungnya berdegup terlalu kencang, sampai ia merasa orang-orang di kantin bisa mendengarnya.Toilet perempuan berada di ujung koridor. Begitu pintu tertutup, suara riuh kantin langsung teredam. Ruangan putih itu sepi, hanya ada dengung AC dan samar tetesan air dari keran.Alesha masuk ke bilik paling pojok, menutup pintu, lalu bersandar di dinding dingin. Tangannya masih gemetar saat meraih ponsel. Ia menekan tombol rekam voice note, suaranya tercekat sejak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status