Share

Lucifer Guardian
Lucifer Guardian
Author: Wupi Verlouna

0

Author: Wupi Verlouna
last update Last Updated: 2022-02-24 11:23:08

Alam semesta dan tuhan adalah dua misteri yang sangat rumit untuk dibahas. Beberapa kepercayaan menjelaskan tuhan mereka dengan sangat terperinci, namun selalu ada titik kosong dimana celah dari keraguan atas kepercayaan tersebut. Alam semesta tidak hanya terdiri dari planet dan bintang ataupun lubang hitam yang juga masih menjadi misteri. Tuhan tidak hanya berupa sang penguasa tak berwujud yang hanya ada satu di semesta ini. Kehidupan dari planet lain, tuhan dari semesta lain, terlalu luas jika ingin merobeknya menjadi potongan kecil yang dapat dipahami.

Dikisahkan seorang anak yang katanya keturunan langsung dari tuhan akan dilahirkan untuk melindungi suatu planet. Tentunya kisah tersebut hanya berdasarkan kepercayaan pada sebuah ramalan penyihir agung pada zamannya. Entah ada atau tidaknya bukti tentang ramalan tersebut, kekuatan suci sang penyihir agung saat itu dianggap hukum paling tinggi yang tak terbantahkan.

“Bagaimana bisa tuhan hanya menciptakan satu anak untuk melindungi satu planet?”

“Terserah tuhan, ciptaannya tidak usah ikut campur.”

“Diam! Jelas-jelas aku tercipta dari cinta ayah dan ibu. Lagi pula, katanya tuhan alam semesta, tapi dia hanya memikirkan satu planet. Apa dia tidak mampu menciptakan banyak anak untuk melindungi setiap planet? Sudah jelas di alam semesta ini terdapat ribuan planet, belum lagi di alam semesta yang lain….”

“Seperti menceritakan dongeng pada anaknya Albert Einstein, menyebalkan.''

“Seingatku dia tidak punya anak.”

Perbincangan dua gadis yang tinggal di menara suci tersebut terasa sangat menyenangkan untuk didengarkan. Mereka adalah si kembar keturunan langsung penyihir agung dari planet Zois, Teyas Gillenhart dan Tayas Gillenhart. Keluarga Gillenhart dikenal sebagai keturunan bangsawan tertinggi bangsa Hada dari planet Zois, Satu-satunya bangsawan yang dijuluki penyihir agung sekaligus pemilik seluruh menara suci di planet tersebut. Menjadi pemilik menara suci dianggap memiliki kedudukan setara dengan dewa.

Planet Zois terletak di pusat galaksi Malin dan merupakan satu-satunya planet di galaksi tersebut. Ukurannya yang lebih kecil dari pluto membuatnya menjadi planet yang bisa hancur kapan saja. Dengan kondisi tersebut, selama ribuan tahun para penduduknya membuat lapisan pelindung menggunakan sihir yang juga dibantu oleh para spirit serta antariksawan. Dengan usaha selama ribuan tahun tersebut, Zois saat ini terlindungi oleh lapisan es super tebal berukuran 10.000 tahun cahaya. Selain untuk melindungi Zois, lapisan tersebut memberikan kehidupan yang jauh lebih sejuk di Zois. Namun kehidupan tersebut tak berlangsung lama. Setelah pengumuman tentang anak ramalan yang akan lahir entah kapan, sebuah perang antar bangsa terjadi. Sebuah ras bernama Dusang yang saat itu menjadi musuh seluruh Zois dibantai hingga hampir punah keberadaannya. Beberapa diantaranya berhasil di segel oleh penyihir agung di suatu tempat rahasia. Namun ras dengan telinga runcing dan mata merah tersebut berseru, “Akan kuhadirkan malapetaka dan membuat Zois menjadi milik Dusang!” seruan terakhir sebelum sebuah tangan kosong menusuk tembus jantungnya.

“Bodoh,” ucapnya dingin. Ia menarik tangannya dan membiarkan tubuh tak bernyawa itu jatuh ke tanah. Kobaran api hitam yang tadinya memenuhi area tempur kini mulai padam perlahan.

“Dominiq, itu kejam.” Derry bergidik ngeri melihat partnernya yang berlumuran darah usai membantai para Dusang. Dominiq hanya menghela nafasnya pelan, membuat Derry melirik heran kepadanya. “kenapa?” tanya Derry.

“Bukankah kau terlalu baik dengan hanya menyegel mereka?” Dominiq berjalan pelan menduhului Derry yang mengikutinya. Tak langsung menjawab Derry menatap permata sihir berbentuk persegi lima dengan warna hitam yang berada dalam genggamannya. Ia hanya tersenyum kecut memikirkan apa yang ada dalam rencananya.

“Malapetaka tak bisa dihentikan,” jawab Derry.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
yon lee
dominiqnya ngeri njir
goodnovel comment avatar
Bintu Ikhwani
Keren, dapet inspirasi dari mana nih ......
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Lucifer Guardian   21

    Malam itu hujan mampir beberapa saat membasahi jalanan kota Boras yang mulai menyepi. Hanya ada beberapa pejalan kaki dan petugas keamanan yang berkeliling. Si kembar Gillenhart dengan Ibunya tampak terduduk di lantai kamar Sasha beralaskan tikar merah muda. Pintu balkon yang tadi terbuka sudah tertutup untuk menghindari angin dingin memasuki ruangan. Tubuh Lucifer pun terbalut selimut yang lebih tebal dari sebelumnya. Sarah mendekati Lucifer yang terbaring dalam tidurnya, tangannya mengusap pelan surai hitam laki-laki itu. senyum simpul terulas dari wajah cantiknya yang menampilkan ketulusan seoranng ibu. Alih-alih peduli, si kembar lebih menunjukkan rasa tak nyamannya di dalam kamar itu. “Dia bisa bangun kapan saja.” Tayas menundukkan kepalanya dalam lututnya yang ia peluk. “Tinggal diam saja,” sahut Teyas yang berusaha tenang.“Aku rindu Sasha,” ucap Tayas dengan suara yang agak serak seolah menahan dirinya tak menangis terisak. Teyas hanya bisa melirik saudarinya dengan tatapan

  • Lucifer Guardian   20

    “Anak-anak nakal!” teriak sebuah suara laki-laki yang cukup berat dari dalam menara suci. Sasha yang sudah berada di luar jendela, berdiri tepat di depan menara dengan wajah terheran-heran. Tak lama Sasha menengok ke belakang tempat si kembar masih berdiri mematung memandangi dirinya dari dalam kamar.“Ini bukan menaramu, Tayas.” Ucap Sasha dengan wajah menunjukkan kekesalan. Diana yang merasakan tatapan Sasha bergidik ngeri, badannya seolah menegang karena merasa takut. Diam-diam Diane bergeser perlahan menjaga jarak dari saudarinya seolah tak ingin terkena imbas.“Tentu saja, ini menaraku.” Suara yang sama lagi dari dalam menara. Sontak Sasha mengembalikan pandangannya pada pintu menara berwarna coklat mengkilap yang menjulang cukup tinggi di hadapannya. Dua sisi pintu tersebut terbuka secara perlahan, menampilkan apa yang terdapat dalam menara tersebut.“Oi, jangan seenaknya memanggil hanya karena kalian bisa melakukannya!” Seru seorang pria tinggi dengan jubah hitam yang tampak me

  • Lucifer Guardian   19

    “Ternyata cantik ya,” gumam Lucifer pelan menatap bulan penuh yang bersinar malam itu. Hutan malam itu terasa lebih nyaman meski sunyinya penuh oleh suara jangkrik dan suara hewan lain yang terdengar sesekali. Anak itu tampak tenang duduk sendiri di kursi panjang tersebut. Kakinya yang menggantung berayun pelan seolah menikmati ketenangannya sendiri. “Lucifer,” panggil ayahnya yang berdiri di ambang pintu rumah mereka. Wajahnya mengukirkan senyum saat anaknya menengok mendengar namanya dipanggil. Tak perlu aba-aba anak itu bergegas turun dari kursi tersebut dengan susah payah karena cukup tinggi dari pada panjang kakinya. Ia berlari kecil menghampiri ayahnya yang siap menyambut lompatan Luci dalam gendongannya. Dari dalam terdengar suara wanita yang sudah memanggil anak dan suaminya untuk makan malam bersama. Lucifer yang mendengar suara ibunya berteriak mengiyakan bahwa mereka akan segera datang.Bulan penuh memang cantik, namun bulan sabit memiliki pesonanya tersendiri. Lain halnya

  • Lucifer Guardian   18

    Mungkin malam ini Herman masih tertidur dan bermimpi di dalam kamar Lucifer yang hampir tak pernah ditiduri tiga tahun terakhir. Lain halnya Lucifer yang hampir tak pernah bermimpi tiga tahun terakhir. Tubuhnya yang terbaring dengan mata tertutup, nafasnya teratur seakan tidurnya teramat nyenyak bermimpikan surga yang tak tergapai, begitulah yang tampak jika hanya dilihat dari luar. Badannya hanya mengisyaratkan bahwa jiwanya masih hidup, masih berkelana dalam mimpi nyata di dimensi lain. Tak pernah tak mengeluh jika Lucifer ingin menyampaikan kejujurannya. Jiwanya terasa lelah, saat tertidur ia terbangun pada tubuhnya yang lain. Ia mungkin melupakan bagaimana nikmatnya terbangun setelah bermimpi sesuatu yang indah namun tak mampu ia ingat. Ia mungkin juga melupakan bagaimana rasa malas menyerbu di pagi hari, saat terbangun oleh omelan adik kecilnya yang kembali dari rumah Herman dengan rantang makanan buatan ibu Herman untuk mereka yang hanya tinggal berdua tanpa orang tua. Kebiasaan

  • Lucifer Guardian   17

    Di dalam hutan yang damai beberapa hewan kecil berlarian. Seperti kelinci, tupai, bahkan kancil yang amat cepat tak mau kalah berlari dari kejaran Lucifer. Entah bagaimana hutan tersebut tampak sangat bersahabat dengannya. Tak terlihat satupun hewan buas. Pohon-pohon tinggi yang menjulang, bunga-bunga yang tumbuh di sekitar batangnya membuat hutan tersebut bagai surganya duniawi. Terasa nyaman dan aman.Sesekali kicau burung dan gemericik air dari air terjun di dekat sana terdengar amat memanjakan. Tak ada yang akan menolak kenyamanan hutan tersebut. Hewan buas yang tak terlihat bukan berarti mereka tak ada. Hutan tersebut ditinggali berbagai macam makhluk dan hewan, tak ada yang tau makhluk apa saja yang tinggal selain sebuah keluarga kecil yang terdiri dari tiga manusia, dan hewan-hewan kecil yang bersahabat dengan si anak manusia."Luci, jangan berlari!" Seru sang ibu yang sedang duduk di bawah pohon besar dengan tangan yang sibuk merajut benang berwarna coklat. Tak menghiraukan te

  • Lucifer Guardian   16

    "Dia harus kuhajar." Sasha merenggut masih berusaha melayangkan pukulannya pada pria tersebut."Lucifer," panggil sebuah suara lembut yang entah datangnya dari mana. Suara tersebut menggema beberapa kali, layaknya suara ibu yang memanggil anaknya. Pria tersebut terduduk dengan mata terpejam. Ia mengusap rambutnya yang acak-acakan, berusaha merapikan namun tak tampak lebih rapi. Diane dan Diana melepaskan tangannya dari Sasha, tangan Sasha yang hendak melayangkan pukulan pun melemas. Si kembar hanya menatap temannya itu dengan tatapan sendu yang tampak mengasihani. Namun, Sasha hanya memasang wajah kesalnya. Wajah kesal yang tak ingin ia tunjukkan pada pria itu. Gadis itu membalik badannya memunggungi yang lainnya. Pandangannya lagi-lagi menatap layar besar yang menampilkan bulatnya planet hijau tersebut. "Apakah semenyenangkan itu tinggal bersama mereka?" Gumam Sasha hampir tak terdengar."Dia bicara apa?" Tanya Diana yang hanya mendapat gelengan dari saudaranya. Mereka hanya menatap

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status