Beranda / Romansa / Luka Cinta Istri Kedua / Bab 1. Istri Tak Patuh

Share

Luka Cinta Istri Kedua
Luka Cinta Istri Kedua
Penulis: Sulistiani

Bab 1. Istri Tak Patuh

Penulis: Sulistiani
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-17 16:19:17

"Sayang, aku mohon, hari ini kamu jangan ke kantor dulu. Perutmu sudah besar, kamu butuh istirahat." Irsyad berdiri di ambang pintu kamar dengan wajah cemas. Ia memandangi istrinya yang sedang mengenakan blazer pastel di depan cermin.

Sandra mematut diri, mengusap pelan perutnya yang bulat sempurna. "Aku gak bisa diam di rumah, Mas. Bisnis yang aku bangun dari 0 sekarang sedang mengalami kemajuan. Lagipula aku hanya akan duduk di kantor, bukan kerja berat. Aku cuma perlu memantau meeting hari ini, itu sangat penting untuk kelanjutan produksi skincare ku."

Irsyad melangkah mendekat, menggenggam tangan istrinya. "Tapi kehamilan kamu sudah delapan bulan, Sandra. Kamu bisa serahkan urusan pekerjaan pada asisten atau manajermu untuk handle semua itu. Kamu tinggal delegasikan saja."

Sandra tersenyum samar, menggelengkan kepala sambil menatap  suaminya. "Mas Irsyad, kamu tahu betul kan kalau aku paling tidak suka diatur-atur, aku akan istirahat kalau anak ini lahir." ucap Sandra seraya mengelus perutnya, lalu melanjutkan ucapannya. "Sekarang dia masih di dalam perutku, masih bisa ku bawa kemana-mana, aku tidak bisa diam saat impianku ini sedang di ambang kesuksesan."

Irsyad menghela nafas dan menatap istrinya dalam diam. Dalam hatinya, ia ingin berteriak, ingin melarang, tapi ia tahu betapa keras kepala Sandra, terutama soal kerja. Ia mengalah, tapi dengan berat hati.

Lelaki itupun berpisah dengan istrinya di depan pintu rumah, Sandra pergi dengan supirnya, sementara Irsyad membawa mobil sendiri ke perusahaan tempatnya bekerja.

Irsyad adalah seorang asisten CEO di salah satu perusahaan besar di ibukota, dengan uang yang ia miliki, ia mewujudkan mimpi sang istri membangun perusahaan skincare. Semua dimulai dari 0 hingga kini skincare itu mulai terkenal, tetapi Irsyad harus menerima waktunya bersama Sandra semakin terkikis karena kesibukan Sandra sebagai owner skincare tersebut.

---

Mobil putih yang dikemudikan sopir pribadi melaju meninggalkan rumah. Sandra duduk di kursi belakang sambil membuka laptop, mengecek presentasi untuk siang nanti. Pikirannya penuh dengan angka penjualan, strategi pemasaran online, dan kontrak baru dengan distributor.

Ia tidak tahu, beberapa kilometer di depannya, sebuah truk tua pengangkut semen sedang bermasalah. Rem-nya blong sejak menuruni turunan panjang jalan tol, dan kini meluncur tanpa kendali, membelah jalur searah.

Tiba-tiba suara dentuman keras menggema di sepanjang jalan tol. Orang-orang berteriak, klakson bersahut-sahutan, dan dalam hitungan detik, lima mobil beruntun ringsek tertabrak truk yang melaju liar.

Salah satu mobil yang terlibat adalah milik Sandra.

"Telpon ambulan, ya Tuhan salah satu korban seorang ibu hamil!" teriak beberapa orang yang berhasil selamat dan keluar dari kendaraan mereka.

"Ya Allah, benar ada yang hamil!" seru seorang pria sambil menatap ke dalam mobil sedan putih yang bagian depannya ringsek parah.

Sandra tergeletak di kursi belakang, tubuhnya miring dengan perut besar tertahan sabuk pengaman. Wajahnya pucat, tak bergerak. Darah mengalir tipis dari pelipisnya. Di kursi depan, sang sopir, Pak Ridwan, juga tak sadarkan diri, kepalanya terbentur dashboard.

"Panggil ambulans! Cepat!" seorang wanita berteriak histeris.

Beberapa warga yang kebetulan lewat ikut membantu. Dua orang pria memecahkan kaca jendela belakang mobil Sandra dengan alat bantu darurat. Dengan hati-hati, mereka membuka pintu dan mengangkat tubuh Sandra perlahan, mencoba tak mengguncang perutnya yang besar.

Suara sirine ambulans mulai terdengar samar, lalu makin jelas seiring waktu berjalan.

Tiga ambulans tiba bersamaan, petugas medis segera menyebar. Dalam kekacauan itu, satu tim medis mendatangi Sandra dan sopirnya.

"Ibu hamil, usia kandungan kira-kira delapan bulan, denyut nadinya lemah, ada pendarahan di jalan lahir dan pendarahan ringan di kepala," lapor salah satu petugas sambil memeriksa denyut nadi Sandra. "Kita harus bawa ke rumah sakit sekarang!"

Sopirnya, Ridwan, juga mengalami luka cukup serius di kepala. Ia tampak tak sadarkan diri dengan napas tersengal.

"Pakai oksigen! Stabilkan posisinya!" teriak paramedis lain.

Beberapa korban lain dikeluarkan dari kendaraan masing-masing. Seorang anak perempuan menangis memanggil ibunya yang terjebak di bangku pengemudi mobil SUV, sementara seorang pria tua menahan luka di kakinya sambil dibopong petugas.

"Tolong anak saya dulu, tolong!" teriak pria tua itu histeris. Namun prioritas darurat tetap ditetapkan. Sandra, karena sedang hamil tua dan dalam kondisi tidak sadar, menjadi salah satu pasien kritis yang harus segera dibawa.

Dalam ambulans, seorang paramedis duduk di sisi Sandra, memegang alat detak jantung janin.

"Detak jantung bayinya masih terdengar, tapi mulai melambat, ada pendarahan yang terus mengalir dari jalan lahir. Kita harus percepat ke rumah sakit!"

Sandra masih tak membuka matanya. Perutnya tampak bergerak pelan, nafasnya dangkal. Tangan kirinya bergetar lemah sebelum akhirnya lemas kembali.

"Bu, dengarkan suara saya, kita hampir sampai," ujar sang paramedis dengan suara pelan namun tegas.

Di mobil ambulans lain, Pak Ridwan mulai membuka mata, mengerang pelan.

"Aaah… Ibu Sandra… Ibu di mana?" gumamnya, sebelum kembali kehilangan kesadaran karena pusing hebat.

Sesampainya di rumah sakit, pintu ambulans dibuka tergesa.

"Pasien hamil kritis, usia kandungan delapan bulan, tidak sadar, ada pendarahan dari jalan lahir, kemungkinan trauma kepala dan stres janin. Siapkan ruang operasi darurat!" teriak petugas sambil mendorong ranjang Sandra ke dalam rumah sakit.

Dokter dan perawat segera menyambut dengan alat-alat siap pakai

"Bawa ke ruang observasi dulu, monitor janinnya! Siapkan tim obgyn dan bedah!" instruksi dokter terdengar cepat dan tegas.

Di sisi lain, Pak Ridwan juga ditangani dengan cepat di ruang gawat darurat. Luka di kepalanya dibersihkan dan dilakukan CT scan untuk mengetahui cedera internal.

Sementara itu, beberapa korban lain dirawat di IGD, tangisan dan erangan terdengar di sepanjang lorong. Seorang anak kecil yang wajahnya berlumuran darah menangis memanggil ibunya yang belum sadar. Dua petugas polisi datang dan mulai mengumpulkan informasi.

Di balik semua kekacauan, detik demi detik berlalu bagaikan mimpi buruk. Nyawa-nyawa menggantung di antara takdir dan harapan. Dan di tengah semuanya, Sandra perempuan muda penuh semangat dan ambisi, terbaring diam dalam ketidakpastian, sementara denyut jantung kecil dalam kandungannya terus berjuang untuk hidup.

Hari itu menjadi pengingat, bahwa hidup bisa berubah dalam sekejap. Dan bahkan obsesi paling besar pun tak ada artinya jika harus dibayar dengan nyawa.

Disisi lain.

Irsyad sedang memeriksa berkas-berkas diatas meja kerjanya, tiba-tiba ponselnya berdering berdering. Panggilan masuk dari nomor supir yang mengantar sang istri.

"Hallo, ada apa pak Ridwan?" tanya Irsyad saat mengangkat panggilan telepon.

"Pak Irsyad, sa-saya di rumah sakit Medika." ucap Pak Ridwan dengan bibir bergetar.

"Rumah sakit Medika? Kenapa disana, apa yang terjadi?" tanya Irsyad panik.

"Kami mengalami kecelakaan lalu lintas. Kondisi Bu Sandra parah, butuh penanganan segera."

Bolpoin yang ia pegang terlepas. "Ya Allah, kenapa bisa kecelakaan? Sandra sedang hamil, bagaimana dengan anak kami dalam perutnya?" ucap Irsyad dengan perasaan tak karuan.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Noor Sukabumi
diawal bab j udah bikin degdegan thor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Luka Cinta Istri Kedua   Bab 57. Menunggu

    Irsyad berdiri di depan pintu, menatap kayu tua yang memisahkan dirinya dari Hana. Nafasnya berat, dadanya seperti diremas. Ia mengangkat tangan, berniat mengetuk, tapi tangannya berhenti di udara. Ada rasa takut, takut jika ketukan itu akan membuat Hana semakin menjauh.Dari dalam, suara langkah cepat terdengar, lalu bunyi pintu kamar yang tertutup rapat. Irsyad tahu, Hana memilih mengurung diri.tiba-tiba seorang wanita paruh baya membuka pintu, menatap Irsyad membuat Irsyad menegakkan punggungnya. "Nak Irsyad, apa benar itu kamu?"Irsyad menarik napas, berusaha tersenyum, lalu mengangguk. "Iya, Bu. Saya Irsyad, saya suami Hana. Maaf kalau kedatangan saya tiba-tiba. Saya… hanya ingin bertemu Hana."Bu Rum mendesah pelan, lalu menggeleng. "Dia… belum siap, Nak. Ibu tidak tahu apa yang sudah terjadi diantara kalian sebelumnya, tetapi dari cerita Hana, dia punya luka yang belum sembuh."Irsyad terdiam. Matanya mulai basah. Ia tahu benar siapa penyebab luka itu, dirinya sendiri dan Sand

  • Luka Cinta Istri Kedua   Bab 56. Pertemuan

    Irsyad akhirnya memasuki gerbang kayu sederhana yang menandai batas desa kelahiran Hana. Jalanan tanah yang sedikit bergelombang membuat mobilnya berguncang pelan. Aroma sawah yang basah dan suara jangkrik mulai terdengar di sela-sela kesunyian desa itu.Irsyad melambatkan laju mobil, matanya menatap penuh rasa penasaran ke setiap rumah yang ia lewati. Di kepalanya, ada seribu tanya. "Apakah benar Hana ada di sini? Bagaimana keadaannya? Bagaimana wajah anaknya?"Tak jauh dari tikungan, ia melihat seorang bapak paruh baya sedang duduk di bangku bambu depan rumah, merokok sambil menatap ke jalan. Irsyad meminggirkan mobil, lalu turun."Permisi, Pak." ucap Irsyad dengan sopan.Bapak itu menoleh. "Iya, Nak? Ada yang bisa dibantu?""Saya, mencari seseorang. Namanya Hana. Dia baru-baru ini pindah ke desa ini."Bapak itu mengangguk pelan. "Ooh… Hana. Iya, saya tahu. Dia tinggal di ujung sana, rumahnya Bu Rum. Jalannya terus saja, nanti belok kiri di pohon mangga besar. Rumah kayu dengan ter

  • Luka Cinta Istri Kedua   Bab 55. Desa Terpencil

    Pagi itu, rumah Irsyad masih tampak seperti biasa. Tak ada yang aneh. Sandra bersiap-siap ke kantor dengan wajah dingin yang sudah menjadi rutinitas. Ia tak menyapa Irsyad, tak juga menoleh meski suaminya duduk di meja makan. Irsyad tak peduli, pikirannya sedang dipenuhi oleh satu nama, Hana.Setelah memastikan Sandra benar-benar pergi bekerja, Irsyad segera bangkit dari duduknya. Ia naik ke kamar dan menarik koper kecil yang sudah ia siapkan malam sebelumnya. Pakaian secukupnya, berkas penting, dan foto kecil Hana dan bayinya yang dulu sempat diberikan oleh bi Piah, ia simpan rapi di dalam.Dengan langkah ringan tapi hati yang berat, ia keluar dari rumah tanpa suara. Ia sempat menatap rumah besar itu—tempat yang semestinya penuh cinta, tapi berubah jadi penjara bagi luka-lukanya.Di garasi, Irsyad memasukkan koper ke bagasi mobil. Setelah memastikan semuanya aman, ia masuk ke dalam mobil, menyalakan mesin, dan mulai melaju menuju alamat yang diberikan Arkan. Jalanan pagi itu cukup le

  • Luka Cinta Istri Kedua   Bab 54. Irsyad Mulai Tegas

    Di sisi lain.Irsyad tampak gelisah. Sejak pagi pikirannya tak tenang. Ia terus menunggu seseorang yang akan membawakan jawaban dari sebagian kegelisahannya selama ini. Tak lama kemudian, seorang pria berkemeja rapi menghampiri meja mereka dengan langkah pasti."Arkan," sapa Irsyad sambil berdiri dan menjabat tangan pria itu.Arkan, pria muda yang merupakan rekan kerja sekaligus penyelidik pribadi Marco, mengangguk sopan. Ia duduk dan tanpa banyak basa-basi mengeluarkan sebuah amplop cokelat tebal dari tas kerjanya, lalu menyerahkannya kepada Irsyad."Semua data tentang Hana ada di sini, seperti yang Anda minta," ujar Arkan tenang.Irsyad menatap amplop itu sejenak, lalu dengan tangan gemetar ia membukanya. Marco hanya diam, memperhatikan dengan seksama ekspresi wajah bawahannya itu.Satu per satu lembaran dalam dokumen itu dibuka oleh Irsyad. Semakin ia membaca, semakin dalam kerutan di dahinya. Dan saat sampai pada halaman yang menceritakan tentang masa lalu Hana, tangannya terhenti

  • Luka Cinta Istri Kedua   Bab 53. Teman Masa Kecil

    Hilman ragu sejenak, sebelum akhirnya bertanya dengan suara rendah, "Kamu sudah menikah, Han?"Hana mengangguk pelan. "Sudah.""Jadi,banak yang kamu gendong itu, anakmu?" lanjut Hilman, kali ini nadanya lebih pelan, seolah tak ingin melukai."Iya," jawab Hana sambil membelai kepala bayinya dengan lembut.Hilman terdiam. Jantungnya berdetak lebih cepat, tapi ia berusaha tetap tenang. Ada banyak hal yang ingin ia tanyakan, tapi ia tak ingin melukai hati perempuan yang duduk di sampingnya itu."Lalu… suamimu mana?" tanyanya akhirnya. "Kenapa kamu sendiri?"Hana menghela napas panjang, matanya kembali menerawang ke kejauhan."Kami sudah berpisah," katanya singkat.Hilman mengernyit. "Berpisah?""Iya," Hana mengangguk, masih menatap lurus. "Maaf, Hilman, aku tak bisa cerita banyak. Itu aib rumah tanggaku. Aku tidak ingin mengungkit-ungkitnya."Suara Hana lirih, tapi jelas terasa getirnya. Hilman merasakan ada dinding tinggi di antara mereka yang tak bisa ia tembus.Ia menunduk, menghela na

  • Luka Cinta Istri Kedua   Bab 52. Bisik-bisik Tetangga

    Di saat Irsyad masih menanti kabar dari Arkan, menunggu dengan cemas dan harap di tengah keheningan kamar kosong yang pernah dipenuhi tawa anak dan suara lembut Hana, jauh di sebuah desa yang tenang dan terasing dari hiruk-pikuk kota, Hana mencoba membangun kembali hidupnya dari puing-puing yang berserakan. Ketika dunia menolaknya, kampung itulah satu-satunya tempat yang mau memeluknya kembali.Rumah Bu Rum yang sederhana, berdinding kayu, tapi bersih dan hangat. Di beranda kecil rumah itu, Hana mulai membuka warung kecil. Ia menjual gorengan, minuman, mi instan, dan kebutuhan harian lain yang mudah dicari. Ia menata dagangannya dengan penuh kasih sayang, seolah-olah itu adalah caranya berbicara pada dunia bahwa ia belum menyerah.Pagi itu seperti biasa, Hana menggendong bayinya, sambil membuka lapak warung yang makin hari makin dikenal warga sekitar. Para ibu yang lewat menyapa, membeli gula atau telur, dan memuji senyumnya yang ramah."Sejak ada warung Hana di sini kita gak perlu re

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status