"Jadilah istri kedua untuk suamiku!" Sandra Monika mengalami kecelakaan saat hamil tua, hingga kehilangan anak bahkan rahimnya harus diangkat. Karena kejadian itu sang mertua terus meminta suaminya untuk menikah dengan wanita lain agar memiliki keturunan, sebab Irsyad adalah anak tunggal dan hanya dari Irsyad penerus keturunan di harapkan. 9 tahun berlalu setelah kejadian itu, sang mertua terus meminta suami Sandra menikahi wanita lain. Namun, Irsyad selalu menolak karena cintanya yang begitu besar pada Sandra, tetapi Sandra sudah lelah dengan keadaan yang tak berubah. Akhirnya ia memiliki ide untuk mencarikan istri kedua untuk suaminya dan memilih asistennya sendiri, Hana Ashadiya, sebagai istri kedua untuk suaminya.
view more"Sayang, aku mohon, hari ini kamu jangan ke kantor dulu. Perutmu sudah besar, kamu butuh istirahat." Irsyad berdiri di ambang pintu kamar dengan wajah cemas. Ia memandangi istrinya yang sedang mengenakan blazer pastel di depan cermin.
Sandra mematut diri, mengusap pelan perutnya yang bulat sempurna. "Aku gak bisa diam di rumah, Mas. Bisnis yang aku bangun dari 0 sekarang sedang mengalami kemajuan. Lagipula aku hanya akan duduk di kantor, bukan kerja berat. Aku cuma perlu memantau meeting hari ini, itu sangat penting untuk kelanjutan produksi skincare ku." Irsyad melangkah mendekat, menggenggam tangan istrinya. "Tapi kehamilan kamu sudah delapan bulan, Sandra. Kamu bisa serahkan urusan pekerjaan pada asisten atau manajermu untuk handle semua itu. Kamu tinggal delegasikan saja." Sandra tersenyum samar, menggelengkan kepala sambil menatap suaminya. "Mas Irsyad, kamu tahu betul kan kalau aku paling tidak suka diatur-atur, aku akan istirahat kalau anak ini lahir." ucap Sandra seraya mengelus perutnya, lalu melanjutkan ucapannya. "Sekarang dia masih di dalam perutku, masih bisa ku bawa kemana-mana, aku tidak bisa diam saat impianku ini sedang di ambang kesuksesan." Irsyad menghela nafas dan menatap istrinya dalam diam. Dalam hatinya, ia ingin berteriak, ingin melarang, tapi ia tahu betapa keras kepala Sandra, terutama soal kerja. Ia mengalah, tapi dengan berat hati. Lelaki itupun berpisah dengan istrinya di depan pintu rumah, Sandra pergi dengan supirnya, sementara Irsyad membawa mobil sendiri ke perusahaan tempatnya bekerja. Irsyad adalah seorang asisten CEO di salah satu perusahaan besar di ibukota, dengan uang yang ia miliki, ia mewujudkan mimpi sang istri membangun perusahaan skincare. Semua dimulai dari 0 hingga kini skincare itu mulai terkenal, tetapi Irsyad harus menerima waktunya bersama Sandra semakin terkikis karena kesibukan Sandra sebagai owner skincare tersebut. --- Mobil putih yang dikemudikan sopir pribadi melaju meninggalkan rumah. Sandra duduk di kursi belakang sambil membuka laptop, mengecek presentasi untuk siang nanti. Pikirannya penuh dengan angka penjualan, strategi pemasaran online, dan kontrak baru dengan distributor. Ia tidak tahu, beberapa kilometer di depannya, sebuah truk tua pengangkut semen sedang bermasalah. Rem-nya blong sejak menuruni turunan panjang jalan tol, dan kini meluncur tanpa kendali, membelah jalur searah. Tiba-tiba suara dentuman keras menggema di sepanjang jalan tol. Orang-orang berteriak, klakson bersahut-sahutan, dan dalam hitungan detik, lima mobil beruntun ringsek tertabrak truk yang melaju liar. Salah satu mobil yang terlibat adalah milik Sandra. "Telpon ambulan, ya Tuhan salah satu korban seorang ibu hamil!" teriak beberapa orang yang berhasil selamat dan keluar dari kendaraan mereka. "Ya Allah, benar ada yang hamil!" seru seorang pria sambil menatap ke dalam mobil sedan putih yang bagian depannya ringsek parah. Sandra tergeletak di kursi belakang, tubuhnya miring dengan perut besar tertahan sabuk pengaman. Wajahnya pucat, tak bergerak. Darah mengalir tipis dari pelipisnya. Di kursi depan, sang sopir, Pak Ridwan, juga tak sadarkan diri, kepalanya terbentur dashboard. "Panggil ambulans! Cepat!" seorang wanita berteriak histeris. Beberapa warga yang kebetulan lewat ikut membantu. Dua orang pria memecahkan kaca jendela belakang mobil Sandra dengan alat bantu darurat. Dengan hati-hati, mereka membuka pintu dan mengangkat tubuh Sandra perlahan, mencoba tak mengguncang perutnya yang besar. Suara sirine ambulans mulai terdengar samar, lalu makin jelas seiring waktu berjalan. Tiga ambulans tiba bersamaan, petugas medis segera menyebar. Dalam kekacauan itu, satu tim medis mendatangi Sandra dan sopirnya. "Ibu hamil, usia kandungan kira-kira delapan bulan, denyut nadinya lemah, ada pendarahan di jalan lahir dan pendarahan ringan di kepala," lapor salah satu petugas sambil memeriksa denyut nadi Sandra. "Kita harus bawa ke rumah sakit sekarang!" Sopirnya, Ridwan, juga mengalami luka cukup serius di kepala. Ia tampak tak sadarkan diri dengan napas tersengal. "Pakai oksigen! Stabilkan posisinya!" teriak paramedis lain. Beberapa korban lain dikeluarkan dari kendaraan masing-masing. Seorang anak perempuan menangis memanggil ibunya yang terjebak di bangku pengemudi mobil SUV, sementara seorang pria tua menahan luka di kakinya sambil dibopong petugas. "Tolong anak saya dulu, tolong!" teriak pria tua itu histeris. Namun prioritas darurat tetap ditetapkan. Sandra, karena sedang hamil tua dan dalam kondisi tidak sadar, menjadi salah satu pasien kritis yang harus segera dibawa. Dalam ambulans, seorang paramedis duduk di sisi Sandra, memegang alat detak jantung janin. "Detak jantung bayinya masih terdengar, tapi mulai melambat, ada pendarahan yang terus mengalir dari jalan lahir. Kita harus percepat ke rumah sakit!" Sandra masih tak membuka matanya. Perutnya tampak bergerak pelan, nafasnya dangkal. Tangan kirinya bergetar lemah sebelum akhirnya lemas kembali. "Bu, dengarkan suara saya, kita hampir sampai," ujar sang paramedis dengan suara pelan namun tegas. Di mobil ambulans lain, Pak Ridwan mulai membuka mata, mengerang pelan. "Aaah… Ibu Sandra… Ibu di mana?" gumamnya, sebelum kembali kehilangan kesadaran karena pusing hebat. Sesampainya di rumah sakit, pintu ambulans dibuka tergesa. "Pasien hamil kritis, usia kandungan delapan bulan, tidak sadar, ada pendarahan dari jalan lahir, kemungkinan trauma kepala dan stres janin. Siapkan ruang operasi darurat!" teriak petugas sambil mendorong ranjang Sandra ke dalam rumah sakit. Dokter dan perawat segera menyambut dengan alat-alat siap pakai "Bawa ke ruang observasi dulu, monitor janinnya! Siapkan tim obgyn dan bedah!" instruksi dokter terdengar cepat dan tegas. Di sisi lain, Pak Ridwan juga ditangani dengan cepat di ruang gawat darurat. Luka di kepalanya dibersihkan dan dilakukan CT scan untuk mengetahui cedera internal. Sementara itu, beberapa korban lain dirawat di IGD, tangisan dan erangan terdengar di sepanjang lorong. Seorang anak kecil yang wajahnya berlumuran darah menangis memanggil ibunya yang belum sadar. Dua petugas polisi datang dan mulai mengumpulkan informasi. Di balik semua kekacauan, detik demi detik berlalu bagaikan mimpi buruk. Nyawa-nyawa menggantung di antara takdir dan harapan. Dan di tengah semuanya, Sandra perempuan muda penuh semangat dan ambisi, terbaring diam dalam ketidakpastian, sementara denyut jantung kecil dalam kandungannya terus berjuang untuk hidup. Hari itu menjadi pengingat, bahwa hidup bisa berubah dalam sekejap. Dan bahkan obsesi paling besar pun tak ada artinya jika harus dibayar dengan nyawa. Disisi lain. Irsyad sedang memeriksa berkas-berkas diatas meja kerjanya, tiba-tiba ponselnya berdering berdering. Panggilan masuk dari nomor supir yang mengantar sang istri. "Hallo, ada apa pak Ridwan?" tanya Irsyad saat mengangkat panggilan telepon. "Pak Irsyad, sa-saya di rumah sakit Medika." ucap Pak Ridwan dengan bibir bergetar. "Rumah sakit Medika? Kenapa disana, apa yang terjadi?" tanya Irsyad panik. "Kami mengalami kecelakaan lalu lintas. Kondisi Bu Sandra parah, butuh penanganan segera." Bolpoin yang ia pegang terlepas. "Ya Allah, kenapa bisa kecelakaan? Sandra sedang hamil, bagaimana dengan anak kami dalam perutnya?" ucap Irsyad dengan perasaan tak karuan.Setelah pesta sederhana usai, rumah peninggalan orang tua Irsyad kembali tenang. Lampu temaram menyinari kamar pengantin yang sudah dirapikan Bu Rum. Seprai putih bersih dengan bunga melati di atas bantal membuat suasana kamar terasa hangat dan penuh makna.Malam itu, Ihsan sengaja diajak Bu Rum tidur bersamanya agar Hana dan Irsyad bisa menikmati waktu berdua.Di Dalam KamarHana duduk di tepi ranjang dengan kebaya yang sudah ia ganti dengan daster lembut. Rambutnya yang basah usai keramas, Irsyad masuk, menutup pintu perlahan, lalu duduk di sampingnya."Akhirnya kita bisa duduk berdua tanpa gangguan," ucap Irsyad.Hana tersenyum malu, matanya menunduk. "Iya… rasanya masih seperti mimpi."Irsyad menggeser tubuhnya mendekat, meraih tangan Hana, lalu mengecup punggung tangannya penuh kelembutan. "Aku sudah lama menunggu momen ini. Aku ingin menebus semua waktu yang hilang, semua kerinduan yang terpendam."Irsyad perlahan mendekap Hana, merasakan tubuh istrinya yang sempat lama ia rindu
Hari itu rumah peninggalan orang tua Irsyad terasa berbeda. Dinding-dinding tua yang dulu sepi kini dihiasi janur kuning sederhana, balon warna pastel, dan bunga kertas buatan tangan Bu Rum serta beberapa tetangga. Meja panjang di ruang tengah dipenuhi hidangan, nasi tumpeng, ayam goreng, sambal, kue tradisional, serta minuman segar. Walau sederhana, suasana begitu hangat.Irsyad berdiri di ruang tamu dengan jas sederhana, wajahnya tegang tapi bahagia. Hana duduk di samping Bu Rum dengan kebaya biru muda, jilbab rapi, senyumnya malu-malu.Ketika ruangan penuh saksi menjawab serentak, "Sah! Sah!"Hana menunduk, matanya berkaca-kaca. Air mata mengalir tanpa bisa ia tahan. Bu Rum meraih tangannya erat-erat. "Nak, akhirnya kau resmi jadi istri. Tak ada lagi yang bisa meragukan dan menghina mu, ibu ikut bahagia."Hana hanya bisa mengangguk, suaranya tercekat.Setelah AkadTepuk tangan kecil terdengar. Beberapa tetangga tersenyum haru. Marco, menghampiri sambil menyalami Irsyad."Selamat ya
Setelah selesai berziarah dan berdoa bersama, Irsyad menyalakan mobil perlahan meninggalkan area pemakaman. Wajah Hana masih sembab, sesekali ia menatap keluar jendela, berusaha menenangkan perasaannya. Ihsan tertidur di pangkuan Bu Rum karena kelelahan, sementara suasana di dalam mobil begitu hening dan penuh perenungan.Tak lama, mobil berbelok memasuki sebuah gang kecil yang rindang. Pohon-pohon tua masih berdiri di kanan kiri jalan. Mobil berhenti di depan sebuah rumah sederhana dengan cat putih yang mulai pudar. Halamannya bersih, ada kursi kayu di teras, dan sebuah pohon mangga besar menaungi rumah itu.Hana mengernyit. "Ini rumah siapa, Mas?"Irsyad tersenyum tipis, mematikan mesin. "Rumah masa kecilku. Di sinilah aku tumbuh bersama Mama dan Papa dulu. Rumah yang selalu di tempati mama selama ini."Mereka turun bersama. Hana berdiri memandang rumah itu dengan perasaan hangat bercampur haru. Ada sesuatu yang begitu teduh dan damai dari rumah sederhana itu.Irsyad membuka pintu,
Malam itu, kontrakan kecil terasa lebih hangat dari biasanya. Hana duduk bersila di lantai, sedang melipat pakaian Ihsan. Di depannya, Irsyad menatap penuh perhatian sambil sesekali mengajukan pertanyaan kecil tentang kebutuhan rumah tangga.Setelah beberapa lama terdiam, Irsyad akhirnya angkat bicara dengan nada hati-hati."Hana, kalau kita menikah lagi kamu mau pesta pernikahan seperti apa? Aku akan lakukan semua yang kamu inginkan. Aku akan usahakan semampuku, Hana. Apapun yang kamu mau."Hana berhenti melipat, lalu mengangkat wajahnya. Ada cahaya sendu di matanya, bercampur dengan rasa takut dan kejujuran."Aku tidak butuh pesta mewah, Mas. Aku tidak peduli soal itu. Aku hanya ingin statusku jelas. Aku ingin jadi istri yang sah, bukan istri kedua, bukan istri simpanan. Hanya itu," jawab Hana dengan nada lirih.Irsyad meraih tangan Hana, menggenggamnya erat."Dan itulah yang akan aku wujudkan. Kamu satu-satunya wanita yang akan kucatat sebagai istriku. Tidak ada lagi yang lain, tap
Sore itu, cahaya matahari menembus sela-sela dinding kayu kontrakan sederhana. Hana duduk di lantai, masih memegang dokumen perceraian yang tadi ditunjukkan Irsyad. Kata-kata di dalam kertas itu terus terngiang di kepalanya. Ia tahu, apa yang selama ini ia ragukan perlahan terjawab.Irsyad duduk di hadapannya, wajahnya lembut. Ia menatap Hana seolah hanya ada satu orang yang penting di dunia ini."Hana... aku tahu hatimu masih terluka, tapi aku tidak akan berhenti berusaha. Aku tidak ingin sekadar menebus kesalahan, aku ingin memulai lagi dengan benar. Jika kamu mau, jika kamu bersedia menerima aku kembali, maka aku akan menikahimu lagi. Bukan hanya sebagai suami, tapi sebagai lelaki yang benar-benar menjadikanmu satu-satunya istri, sah secara agama dan negara."Hana tersentak, matanya berkaca-kaca. Ia menunduk, menggenggam ujung jilbabnya erat-erat."Hana. Aku ingin mewujudkan impian sederhanamu yang dulu sering kamu ceritakan. Punya keluarga kecil yang bahagia, suami yang menyayangi
"Aku serius, Hana. Aku tahu kamu masih ragu padaku dan kamu berhak merasa begitu. Aku sudah banyak salah, membuatmu menanggung beban sendirian. Namun Hana, aku benar-benar sudah tidak bekerja di kantor lama lagi. Aku resign."Hana terdiam, sedikit tidak percaya. Ia tahu posisi Irsyad saat ini di perusahaan adalah posisi yang diinginkan banyak orang. Tidak mudah berada di posisi itu, sehingga Hana merasa tak percaya Irsyad rela melepaskan pekerjaannya hanya untuk hidup bersama ia dan Ihsan yang belum jelas masa depannya seperti apa.Irsyad menatap Hana, melanjutkan ucapannya mencoba membuat Hana percaya padanya."Setelah resign, aku investasikan tabungan dan pesangon ke beberapa perusahaan swasta kecil. Tidak besar, tapi cukup untuk memulai. Aku tidak mau lagi terikat pada pekerjaan yang membuatku jauh dari kalian. Aku ingin hidup dekat denganmu, dengan anak kita."Hana menunduk, suaranya bergetar."Tapi aku... aku masih takut. Kamu sudah berjanji banyak kali, Mas. Lalu kenyataannya,
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Mga Comments